Liputan6.com, Jakarta Dukungan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk pencapaian tujuan besar Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran menciptakan kesejahteraan rakyat terus dilakukan.
Sebagai perusahaan pembiayaan untuk ibu-ibu pengusaha ultra mikro, PNM menyalurkan modal finansial tanpa agunan yang diiringi dengan program-program pemberdayaan sebagai bagian dari modal intelektual dan mendorong terbangunnya modal sosial.
Advertisement
Baca Juga
Ini juga sejalan dengan komitmen Menteri BUMN Erick Thohir membuka jalan bagi pengusaha UMKM agar dapat berkontribusi lebih besar dalam membangun Indonesia.
Advertisement
Perhatian PNM terhadap ibu-ibu PNM Mekaar khususnya di desa-desa dan pelosok Indonesia dioptimalkan melalui pemberdayaan. Selama tahun 2024 PNM telah memberdayakan lebih dari 21,92 juta ibu-ibu, membantu kehidupan mereka lebih sejahtera. Apalagi, di antara nasabah PNM Mekaar tersebut ada yang tergolong miskin ekstrem namun memiliki semangat juang usaha yang luar biasa.
“PNM fokus memberdayakan keluarga prasejahtera dimana ada yang masuk kategori miskin ekstrem. Tapi sejak mereka mendapat suntikan modal usaha dari PNM, pendapatan bulanan mereka bertambah di atas satu juta rupiah, artinya telah keluar dari kemiskinan ekstrem. Ini bukti bahwa usaha subsisten bisa maju kalau diiringi dengan pemberian pendampingan dan pemberdayaan,” ungkap Direktur Utama PNM Arief Mulyadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (23/1/2025).
Angka Kemiskinan
Bukan hanya menekan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem, program pembiayaan dan pemberdayaan PNM Mekaar juga menjadi salah satu cara untuk pemerataan ekonomi khususnya di grassroot. Terbukti dengan terus bertambahnya nasabah yang mulai membuka usaha dan bergabung bersama PNM Mekaar.
“PNM hanya membantu agar ibu-ibu mandiri secara ekonomi dan kehidupan keluarga lebih baik. Effort terbesar adalah kemauan dari mereka sendiri yang akhirnya meningkatkan semangat juang berusaha,” tambah Arief.
Program PNM Mekaar selaras dengan visi Asta Cita pemerintah yang menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama. Memastikan bahwa tidak ada lagi ibu-ibu prasejahtera yang tertinggal dalam perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik.
BPS: Garis Kemiskinan di Jakarta Naik pada September 2024
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa garis kemiskinan yang menjadi dasar penentuan status kemiskinan penduduk di Jakarta pada September 2024 mengalami kenaikan sebesar 2,52 persen. Angka peningkatan itu jika dibandingkan dengan periode Maret 2024.
Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin mengatakan, garis kemiskinan pada September 2024 mencapai Rp846.085 per kapita per bulan, sementara garis kemiskinan pada Maret 2024 Rp825.288 per kapita per bulan.
Seperti dikutip dari Antara, garis kemiskinan adalah suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan penduduk miskin. Sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Adapun penyumbang komposisi garis kemiskinan pada September 2024 berasal dari makanan (garis kemiskinan makanan/GKM), yakni Rp590.704 per kapita per bulan.
"Antara makanan dan non-makanan, tentunya proporsi besarannya yang terbesar garis kemiskinan ini, share-nya berasal dari makanan 69,82 persen (Rp590.704 per kapita per bulan)," ujar Hasanudin.
Sedangkan sumbangan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM) terhadap garis kemiskinan September 2024, yakni sebesar 30,18 persen atau Rp255.381 per kapita per bulan.
Adapun komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di Jakarta, yakni beras. Sumbangan beras terhadap garis kemiskinan makanan mencapai 23,85 persen, diikuti komoditas rokok kretek filter (11,75 persen), serta daging ayam ras dan telur ayam ras yang masing-masing sebesar 7,89 persen dan 7 persen.
Advertisement
Jumlah Penduduk Miskin Jakarta Menurun
Sementara untuk penyumbang garis kemiskinan non-makanan yang paling besar, yakni perumahan sebesar 37,39 persen, listrik (14,71 persen), bensin (12,29 persen), pendidikan (7,11 persen), perlengkapan mandi (3,65 persen) serta angkutan (3,18 persen).
Hasanudin menambahkan, rata-rata rumah tangga miskin di Jakarta memiliki 5,01 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, rata-rata besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin adalah sebesar Rp4.238.886 per rumah tangga miskin per bulan.
Di sisi lain, BPS juga mencatat persentase penduduk miskin pada September 2024 sebesar 4,14 persen atau menurun 0,16 persen poin terhadap Maret 2024 yang sebesar 4,3 persen.
Jumlah penduduk miskin pada September 2024 sebanyak 449,07 ribu orang, menurun 15,86 ribu orang terhadap Maret 2024 yang sebesar 464,93 ribu orang.