SKK Migas Harap Kenaikan Harga Minyak Gairahkan Investasi Migas

Dampak penurunan harga minyak masih dirasakan sampai 2017. Hal ini ditunjukan dengan tidak tercapainya target investasi hulu migas. ‎

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Jan 2018, 18:46 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2018, 18:46 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menginginkan investasi pada industri hulu migas kembali bergairah, saat harga minyak dunia mulai merangkak naik.

Wakil Kepala SKK Migas Sukendar mengatakan, ketika harga minyak dunia sudah menyentuh level US$ 59 sampai US$‎ 60 per barel, maka industri hulu atau pencariaan migas sudah mendapat keuntungan yang lumayan. ‎

"J‎adi kalau misalnya US$ 60, itu seharusnya sudah provide reasonable return untuk investor," kata Sukendar, di Kantor SKK Migas Jakarta, Jumat (5/1/2017).

Menurut dia, seharusnya dengan kenaikan harga minyak belakangan ini, investor kembali bergairah menanamkan modalnya pada kegiatan pencarian migas. ‎

"T‎api kalau harga minyak di level US$ 60, ini menurut saya, bisa dapat (keuntungan) 20 persen lebih dikit. Jadi mestinya cukup-lah, 18, 22, 23, itu mestinya sudah atraktif bagi si perusahaan minyak," ujar Sukendar.

Dampak penurunan harga minyak masih dirasakan sampai 2017. Hal ini ditunjukan dengan tidak tercapainya target investasi hulu migas. ‎

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengungkapkan, realisasi investasi 2017 sebesar US$9,33 miliar, jauh lebih rendah dari kesepakatan dalam rencana kerja anggaran sebesar US$12,29 miliar.

Dari jumlah tersebut, investasi untuk blok eksplorasi hanya sebesar US$180 juta, sebesar US$9,15 miliar  untuk blok eksploitasi.

 "‎Investasi eksplorasi masih kecil kedepan perlu ditingkatkan, tapi butuh dukungan berbagai pihak,"tutup Amien.‎ ‎
 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Harga Minyak Indonesia Naik Terpengaruh Keputusan OPEC

Tim Harga Minyak Indonesia menetapkan, rata-rata harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada Desember 2017 naik sebesar US$ 1,56 per barel, menjadi US$ 60,90 per barel dari US$ 59,34 per barel pada bulan sebelumnya.

Seperti yang dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), di Jakarta Jumat (5/1/2017), ICP SLC pada Desember 2017 mencapai US$ 61,19 per barel, naik sebesar US$ 1,36 per barel dari US$ 59,83 per barel pada Desember 2017.

Kenaikan harga minyak mentah Indonesia ini juga sejalan dengan peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional,yang diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu aksi Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memperpanjang kesepakatan, untuk membatasi produksi hingga akhir tahun 2018 pada general meeting yang diadakan pada 30 November 2017 di Vienna.

Berdasarkan publikasi OPEC ‎ Desember 2017, produksi minyak mentah dari negara-negara OPEC pada November 2017 turun sebesar 0,13 juta barel per hari (bph) menjadi sebesar 32,45 juta bph, dari Oktober 2017 yaitu sebesar 32,58 juta bph.

Proyeksi permintaan minyak mentah global 2018 naik sebesar 1,51 juta bph menjadi sebesar 98,45 juta bph, dari proyeksi tahun 2017 yaitu sebesar 96,94 juta bph.

Berdasarkan publikasi ‎ International Energy Agency (IEA) pada Desember 2017, produksi minyak mentah dari negara-negara OPEC pada November 2017 mengalami penurunan dibandingkan dengan Oktober 2017 sebesar 0,13 juta bph dari 32,49 juta bph pada Oktober 2017 menjadi sebesar 32,36 juta bph pada November 2017.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya