Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Capai 46 Persen

Nantinya jalan tol Balikpapan-Samarinda dapat menjadi cikal bakal Trans Kalimantan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Jan 2018, 13:50 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2018, 13:50 WIB
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Desi Arryani melakukan kunjungan kerja ke proyek pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda.
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Desi Arryani melakukan kunjungan kerja ke proyek pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda.

Liputan6.com, Jakarta Hingga awal Januari 2018, proyek pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,35 km yang terbagi menjadi 5 seksi sudah mencapai 46,704 persen. Sedangkan dalam sektor pembebasan lahan, sudah mencapai 96,68 persen.

Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani mengaku optimis jalan tol pertama di Kalimantan tersebut dapat selesai di akhir 2018 sehingga dapat beroperasi pada awal 2019.

Ia juga mengharapkan, nantinya jalan tol ini dapat menjadi cikal bakal Trans Kalimantan. 

"Di akhir tahun 2018, mudah-mudahan jalan tol Balikpapan Samarinda dapat diselesaikan sehingga pada awal tahun 2019 jalan tol ini dapat beroperasi,” ujar Desi dalam keterangannya, Jumat (12/1/2018).

Lebih lanjut, Desi mengapresiasi langkah percepatan yang dilakukan PT JBS. Percepatan bisa dilakukan meski JBS memiliki masalah pada Tahura (Taman Hutan Rakyat), di mana setelah hampir satu tahun lamanya akhirnya Tahura dapat diselesaikan sehingga progres konstruksi dapat segera dilaksanakan dilahan tersebut.

Desi juga menyatakan dengan beroperasinya Jalan Tol Balikpapan-Samarinda akan memangkas biaya logistik karena distribusi barang antar dua kota tersebut menjadi lebih cepat.

Pengguna jalan dapat memangkas total perjalanan 54 km, sehingga berbanding lurus dengan efisiensi waktu perjalanan antara Balikpapan dan Samarinda, dari waktu tempuh semula menghabiskan 3 jam, nantinya dapat ditempuh hanya dalam waktu 1 jam. 

Tonton Video Pilihan Ini:

Jokowi: Hingga 2019 akan Ada Tambahan 1.800 Km Jalan Tol

Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) menyatakan, hingga 2019 secara total akan ada tambahan 1.800 kilometer (km) jalan tol. Hal tersebut bisa tercapai jika pembangunan tol yang tengah digenjot pemerintah tidak terhambat oleh pembebasan lahan.

Jokowi mengungkapkan, sejak pembangunan Tol Jagorawi yang dimulai pada 1970-an, progres pembangunan jalan tol di Indonesia berjalan sangat lambat. Padahal, dulu negara-negara lain seperti Malaysia hingga China belajar membangun tol kepada Indonesia.

‎"Jalan tol, Malaysia, Vietnam, China waktu kita bikin Jagorawi, mereka nengok ke kita, kita sudah jadi walaupun cuma 60 km. Pembebasan, konstruksi, pengelolaan mereka lihat ke kita. Tapi sudah lebih dari 40 tahun sampai 2014, jalan tol kita hanya 780 km. Sedangkan China sudah punya 280 ribu km," ujar dia dalam Rakernas Kementerian ATR/BPN di Jakarta, Rabu (10/1/2018).

Ketika dilihat, lanjut Jokowi, ternyata yang membuat lambatnya pembangunan tol di Indonesia adalah pembebasan lahannya.

"Pasti ada masalah, yang banyak adalah pembebasan lahan yang sulit. Saya ke lapangan saya lihat detail, ketemu sekarang.‎ Saya kalau ada masalah sedikit, saya telepon Pak Menteri, di Balikpapan, Samarinda ada masalah tanah si A, tanah si B. Saya minta dua bulan rampung, padahal berapa tahun berhenti," lanjut dia.

Sekarang sejumlah tuas tol yang sebelumnya mangkrak, bisa dikerjakan bahkan sudah ada selesai dan dioperasikan.

"Batang-Semarang berapa tahun berhenti, jalan tol di tengah jalan berhenti. Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono sama juga. Tapi nyatanya sekarang rampung. Kalau kita niat, tanpa didasari kepentingan-kepentingan ya bisa rampung. Kita harapkan tol di Jawa dari ujung barat Merak sampai Banyuwangi, target kita 2019 maksimal kalau bisa saya masih minta maju, itu tersambung," jelas dia.

Dengan demikian, pada hingga 2019 akan ada tambahan 1.800 km tol. Ke depannya diharapkan pembangunan tol bisa berjalan cepat tanpa terhalang pembebasan lahan.

"Saat itu 2019 kita akan ada tambahan jalan tol 1.800 km. Rampung. Meski menurut saya 1.800 km dalam lima tahun itu juga kelamaan. Pembandingnya lagi-lagi ke China, setahun bisa 4.000 km sampai 5.000 km. Ya kita ini negara besar kalau kita enggak kejar dan ditinggal negara lain ya ditinggal betul. Itu yang sekarang ini kita kejar," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya