Miliarder Nyentrik Ini Rela 10 Tahun Tak Digaji, Kenapa?

Bos dan miliarder nyentrik Elon Musk rela untuk tidak mendapat insentif dan gaji sedikit pun dari Tesla.

oleh Vina A Muliana diperbarui 25 Jan 2018, 02:14 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2018, 02:14 WIB
Elon Musk
Foto: Digitaltrends

Liputan6.com, Jakarta - Bos Tesla Elon Musk memiliki ambisi besar untuk membawa perusahaannya menjadi salah satu pemain yang diperhitungkan di dunia otomotif. Demi mewujudkannya hal tersebut, miliarder nyentrik ini pun rela untuk tidak mendapat insentif dan gaji sedikit pun dari Tesla sampai perusahaan yang dipimpinnya mencapai target yang ditentukan.

Seperti dilaporkan CNNMoney, Kamis (25/1/2018), Tesla kini memiliki valuasi pasar US$ 60 miliar. Elon Musk rela tidak digaji selama satu dekade atau 10 tahun ke depan hingga valuasi Tesla bisa mencapai US$ 650 miliar.

Sebagai perbandingan, valuasi sebesar US$ 650 miliar tersebut baru bisa didapat oleh tiga perusahaan Amerika Serikat yakni Google, Alphabet dan microsoft. Perusahaan pimpinan Jeff Bezos, Amazon bahkan masih memiliki nilai valuasi dibawah itu yaitu US$ 649 miliar.

Jika Tesla berhasil mewujudkan targetnya termasuk mencapai keuntungan dan target profit, Elon Musk akan mendapat saham senilai US$ 55,8 miliar. Tak hanya itu, Elon juga bakal diganjar 'hadiah' saham setiap kali Tesla mencapai target tertentu.

Misalnya saat Tesla mampu meraup nilai valuasi US$ 100 miliar maka Elon mendapat saham sebagai apresiasinya. Begitu juga saat nilai valuasi perusahaan meningkat US$ 50 miliar setelahnya.

Tapi untuk sekarang, Elon Musk tidak akan mendapat gaji, bonus maupun saham dari Tesla.

Meski begitu, pria 46 tahun ini tetap bisa meraup uang banyak dari kepemilikan perusahaan dan investasinya yang menggurita di berbagai bidang. Forbes dan Bloomberg melaporkan, Elon kini memiliki kekayaan sebanyak US$ 22 miliar.

Diprediksi goyah

Perusahaan otomotif Tesla milik miliarder Elon Musk diprediksi akan goyah pada 2018 oleh para pengamat. Semakin banyaknya target produksi mobil Tesla yang harus dipenuhi berakibat pada tertekannya keuangan perusahaaan asal Sillicon Valley ini.

Setelah bertahun-tahun pamer akan teknik manufakturnya yang canggih, perusahaan otomotif ini harus diganjar kenyataan pahit saat harus mengejar produksi mobil non-mewah pertamanya, sedan Model 3 electric. Janji Elon Musk yang memproduksi 5.000 unit pada akhir Desember tahun 2017 terealisasi jauh dari target.

Dilansir dari USAToday.com, tahun 2018 pun bakal jadi waktu yang menentukan bagi Tesla.  Pengamat menilai, tahun yang baru ini akan menentukan langkah Elon Musk selanjutnya. Apakah akan tetap mempertahankan posisi Tesla sebagai produsen utama mobil listrik atau justru mencari cara untuk menutupi kondisi finansial yang menyusut di kuartal tiga tahun 2017.

Meski 2018 ditakutkan bisa menjadi tahun yang riskan bagi Tesla, antusias dari investor masih tinggi. Pada September lalu, Tesla mampu menyalip General Motors sebagai perusahaan otomotif paling bernilai di Amerika Serikat.

Nilai saham Tesla pernah meroket ke angka US$ 389,61 di Bulan September. Sebelum akhirnya menurun kembali 20 persen ke angka US$ 321. Tesla kini memiliki nilai perusahaan sebesar US$ 53,3 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya