Perusahaan Konsorsium Oman dan Jepang Bakal Bangun Kilang Bontang

Pertamina menyatakan, pembangunan kilang Bontang merupakah program pemerintah untuk bangun kilang baru buat wujudkan ketahanan energi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 30 Jan 2018, 15:18 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2018, 15:18 WIB
(Foto: Liputan6.com/Abelda Gunawan)
Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menetapkan perusahaan minyak asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) dengan menggandeng perusahaan trading asal Jepang Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) sebagai mitra untuk pembangunan kilang Bontang.

Diretur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang mengatakan,‎ pembangunan kilang Bontang merupakan salah satu program pemerintah, untuk membangun kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi Indonesia. Nilai proyek pembangunan kilang diperkirakan mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 130 triliun.

Ardhy mengungkapkan, sebelum menetapkan konsorsium terebut, Pertamina melakukan seleksi calon mitra untuk proyek GRR Bontang. ‎Proses pemilihan ini dilaksanakan berdasarkan skema penugasan pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016.

"Proses seleksi dijalankan sejak Januari 2017 yang pada awalnya diikuti oleh sekitar 100 perusahaan pendaftar. Selanjutnya, setelah tahapan seleksi awal, project expose, hingga tahap Request for Information dan Workshop diperoleh 8 calon mitra potensial," kata Ardhy, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Selanjutnya, Pertamina menyampaikan persyaratan terkait dengan perubahan struktur bisnis GRR Bontang kepada mitra potensial tersebut, yakni dari sisi keuangan Pertamina tidak ikut mendanai proyek dan Pertamina mendapatkan lebih dari 10 persen saham dari proyek tanpa mengeluarkan biaya.

Selain itu, Pertamina juga menyampaikan perubahan struktur bisnis terkait dengan deposit dana yang dilakukan oleh mitra. Pasokan minyak mentah dengan Pertamina berhak memasok sampai 20 persen dari minyak mentah GRR Bontang. Product Offtake dengan Pertamina tidak memberikan jaminan offtake serta Pertamina bersedia bekerjasama untuk joint marketing.

Dari proses tersebut, ada dua calon mitra potensial yang menyampaikan kesanggupannya. Akhirnya Pertamina memilih OOG sebagai mitra strategis, dengan beberapa pertimbangan antara lain OOG mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Oman untuk pendanaan proyek kilang Bontang dan penyediaan pasokan minyak‎ mentah, serta memiliki kemitraan strategis dengan COI dalam hal dukungan teknis dan pemasaran produk.

"Tahapan selanjutnya, Pertamina dan mitra terpilih akan menandatangani Frame Work Agreement yang dilanjutkan dengan Feasibility Study (FS) yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019, dan dilanjutkan dengan penyusunan engineering package (FEED) hingga akhir 2020. Ditargetkan kilang Bontang beroperasi pada 2025," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ada 95 Perusahaan Calon Mitra Pertamina Garap Kilang Bontang

Kilang minyak
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit

Sebelumnya, 95 perusahaan calon mitra strategis proyek Grass Root Refinery (GRR) fasilitas pengolahan minyak (Kilang) Bontang mengikuti Project Expose. Hal ini menunjukkan proyek tersebut menarik ‎untuk investor.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Rachmad Hardadi mengatakan, Project Expose GRR Bontang terlaksana dengan baik dan sukses. Buktinya, respons perusahaan calon mitra cukup antusias mengikuti pelaksanaan kegiatan tersebut.

"Kami memang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada perusahaan yang memiliki kompetensi, kapabilitas untuk dapat berpartisipasi dalam proyek GRR Bontang," kata Hardadi, di Jakarta, Selasa 28 Februari 2017.

Hardadi mengungkapkan, 95 calon mitra itu berasal dari seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Asia Timur, Timur Tengah dan Indonesia. 12 di antaranya merupakan perusahaan migas besar.

Menurut dia, terdapat 4 karakteristik utama calon mitra yang dikehendaki Pertamina, yaitu memiliki rekam jejak yang kuat pada industri pengolahan minyak utamanya keandalan operasional dan eksekusi proyek, dapat menyesuaikan dengan struktur dan model bisnis yang dikehendaki Pertamina, memiliki keinginan kuat untuk percepatan proyek dan menyelesaikannya pada 2023, dan memberikan nilai menarik bagi proyek GRR Bontang.‎"Yang pasti, kami menginginkan untuk dapat bermitra dengan perusahaan yang punya komitmen tinggi menuntaskan proyek pada 2023,” kata Hardadi.

Perusahaan calon mitra diminta untuk menyampaikan respons terhadap Request for Information pada 2 April 2017. Rachmad Hardadi mengatakan Pertamina menargetkan untuk memperoleh mitra strategis tersebut pada 28 April 2017.

Segera setelah terpilih, Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses Bankable Feasibility Study (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2018 sekaligus menuntaskan pembentukan konsorsium dan akan ditetapkan Preliminary-Investment Decision 1 yang menggambarkan perkiraan awal investasi proyek GRR Bontang.

GRR Bontang ditargetkan mampu mengolah minyak mentah sekitar 300 ribu barel per hari dengan kapasitas produk gasoline minimal 60 ribu barel per hari dan diesel minimal 124 ribu barel per hari. Hasil produksi memiliki spesifikasi minimal Euro IV dengan mengutamakan pasar dalam negeri.

Pada tahap awal, Pertamina akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5 persen hingga 25 persen dan selanjutnya mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati kemudian. Perkiraan awal nilai investasi sekitar US$ 10 miliar-US$ 12 miliar dengan mempertimbangkan proyek GRR Bontang tidak dimulai dari titik nol karena beberapa infrastruktur pendukung dan juga lahan telah tersedia.

Mitra strategis diharapkan berperan dalam pengadaan crude dan menyiapkan pendanaan. Mitra juga memiliki kemampuan dalam memasarkan produk yang tidak terserap di pasar dalam negeri ke pasar luar negeri, seperti Australia, Papua Nugini, Selandia Baru dan Filipina.

"Untuk jet fuel dan gasoline 100 persen akan diserap Pertamina, sedangkan untuk diesel kami dapat pasarkan produk tersebut untuk tujuan ekspor yang potensial," tutup Hardadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya