Harga Minyak Merosot Imbas Persediaan AS Meningkat

Harga minyak ke level terendah dalam satu bulan seiring persediaan dan produksi minyak Amerika Serikat (AS) bertambah.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Feb 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2018, 06:00 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun ke level terendah dalam satu bulan. Harga minyak melemah usai data Amerika Serikat (AS) menunjukkan persediaan dan produksi sentuh rekor tertinggi.

Sentimen tersebut meningkatkan kekhawatiran pasar akan alami aksi jual dan spekulan memanfaatkan momentum tersebut. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah US$ 1,87 atau tiga persen ke posisi US$ 61,52 per barel pada pukul 1.38 waktu setempat. Harga minyak WTI pun sentuh level US$ 61,33. Level itu terendah dalam satu bukan sejak 5 Januari.

Sedangkah harga minyak Brent susut US$ 1,44 atau 2,2 persen ke posisi US$ 65,40 per barel. Persediaan minyak AS meningkat 1,9 juta barel pada pekan lalu mempengaruhi harga mninyak. Meski persediaan tersebut kurang dari yang diharapkan namun memberi kejutan.

Selain itu, produksi minyak AS juga sentuh 10,25 juta barel per hari. Ini menunjukkan rekor jika dikonfirmasikan dengan data bulanan.

"Produksi minyak mingguan tercatat 10,25 juta barel per hari, ini meresahkan pasar. Dampaknya terwujud pada harga minyak yang melemah," ujar Analis Interfax Global Gas Analytics, Abhishek Kumar, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (8/2/2018).

Kenaikan produksi yang didorong aktivitas pengeboran rig usai harga minyak sentuh level tertinggi dalam tiga tahun juga meningkatkan sentimen. Kenaikan produksi dapat melemahkan harga minyak ke depan. Apalagi analis menuturkan, kalau produksi AS meningkat.

"Sentimen positif didorong pemangkasan produksi OPEC dan kerusuhan geopolitik perlahan memudr. Ini adanya sentimen produksi AS yang melebihi 10 juta barel per hari sehingga menempatkan risiko Arab Saudi dan Rusia kehilangan pangsa pasar," tulis Analis Drillinginfo dalam laporannya.

Sebelumnya, the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan produsen minyak lainnya termasuk Rusia sudah pangkas produksi sejak Januari 2017. Langkah tersebut memangkas persediaan minyak global. Meningkatnya produksi AS telah membayangi pasar dengan kenaikan produksi 1 juta barel per hari pada tahun lalu.

EIA memperkirakan produksi minyak AS rata-rata 10,59 juta barel per hari pada 2018. Kemudian 11,18 juta barel per hari pada 2019. Produksi minyak AS menekan langkah OPEC untuk kurangi pasokan, dan bisa menempatkan AS menyalip Rusia sebagai produsen minyak terbesar di dunia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Harga Minyak Indonesia

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Januari 2018 di angka US$ 65,59 per barel. Angka tersebut naik US$ 4,69 per barel dari Desember 2017 yang ada di angka US$ 60,90 per barel.

Penetapan tersebut merupakan hasil perhitungan Formula ICP, yang dilakukan ‎Tim Harga Minyak Indonesia.

Seperti yang dikutip dari situs Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), di Jakarta, Rabu 7 Januari 2018, ICP jenis SLC Januari 2018 mencapai US$ 65,83 per barel, naik sebesar US$ 4,64 per barel dari US$ 61,19 per barel pada Desember 2017.

Peningkatan harga minyak mentah Indonesia tersebut, menyesuaikan dengan perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Januari 2018 dibandingkan Desember 2017.

Adapun peningkatan harga minyak mentah di pasar internasional sebagai berikut, ‎dated Brent naik sebesar US$ 4,99 per barel dari US$ 64,19 per barel menjadi US$ 69,18 per barel.

Brent (ICE) naik sebesar US$ 4,99 per barel dari US$ 64,09 per barel menjadi US$ 69,08 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya