Lonjakan Nilai Tukar Dolar AS Tekan Harga Minyak

Harga Brent yang menjadi patokan global, turun US$ 1,02 atau 1,5 persen menjadi US$ 68,62 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Feb 2018, 05:30 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2018, 05:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun cukup dalam pada perdagangan Jumat karena nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melonjak menyusul kenaikan angka tenaga kerja AS.

Penurunan produksi dari negara-negara anggota organisasi pengekspor minyak (OPEC) dan permintaan global yang terus meningkat tak mampu menahan pelemahan harga minyak.

Mengutip Reuters, Sabtu (3/2/2018), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 46 sen atau 0,7 persen menjadi US$ 65,33 per barel pada pukul 1.19 siang waktu New York. Harga minyak ini telah kehilangan 1,3 persen dalam sepekan.

Sedangkan harga Brent yang menjadi patokan global, turun US$ 1,02, atau 1,5 persen menjadi US$ 68,62 per barel.

Harga minyak turun setelah nilai tukar dolar AS menguat karena pertumbuhan data tenaga kerja AS yang menunjukkan kenaikan upah para karyawan. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan terbesar dalam 8 tahun.

"Harga minyak telah mendapat tekanan karena kenaikan produksi minyak AS dan juga aksi ambil untuk dari investor," jelas analis Interfax Energy’s Global Gas Analytics, London, Abhishek Kumar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Kenaikan Permintaan

Harga Minyak Dunia Tertekan Dipicu Kekhawatiran Ekonomi Global
Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.

Dalam beberapa bulan terakhir harga minyak sebenarnya mengalami kenaikan karena penurunan produksi dari negara anggota OPEC dan beberapa negara di luar OPEC yang telah membuat komitmen.

"Penurunan produksi OPEC terus berkejaran dengan dorongan produksi di AS menjadi fokus para pelaku pasar di tahun ini. Namun kenaikan permintaan seharusnya juga menjadi perhatian," jelas analis UBS Jon Rigby dalam catatannya.

Permintaan minyak global naik 1,6 juta barel per hari, atau sekitar 1,5 persen pada tahun lalu dan dalam riset UBS menuliskan bahwa permintaan harus tumbuh 1,3 juta lagi di tahun ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya