Menko Luhut Pimpin Rapat soal Kereta Cepat, Ini Hasilnya

Ada kemungkinan untuk memperpanjang rute kereta cepat Jakarta-Bandung hingga Solo atau Yogyakarta.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Feb 2018, 13:47 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2018, 13:47 WIB
Ketika Tiga Menteri Berswafoto Usai Penandatanganan Kerja Sama Antarbank
Menkomaritim Luhut Binsar Panjaitan memberi sambutan saat menghadiri penandatanganan kerja sama antar bank sindikasi di Jakarta, Jumat (29/12). Kerja sama antar bank tersebut sebesar 19,25 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman‎ telah mengelar rapat kordinasi, dengan membahas perkembangan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Dari pertemuan tersebut, diputuskan berbagai target percepatan agar proyek ini tetap berjalan.

Rapat dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dan perwakilan pihak PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Kereta Cepat Indonesia China dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ‎mengatakan, dalam rapat tersebut membahas tiga hal, yaitu pembebasan lahan, perizinan dan pendanaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

‎"Kita rapat pertama mengenai kereta cepat Jakarta Bandung. Jadi kita bagi tiga masalah, satu mengenai tanah, dua perizinan dan ketiga financing," kata Luhut, usai rapat, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (8/2/2018).

Luhut mengungkapkan, terkait dengan pembebasan lahan, saat ini 54 persen dari 140 kilometer‎ (km). Dia pun menargetkan pembebasan lahan dapat selesai awal bulan Maret. Selain itu, permasalahan perizinan frekuensi saluran komunikasi ditargetkan selesai akhir Februari.

"Mengenai tanah, sepertinya kami bisa menyelesaikan, di mana tadi semua hadir. Pokoknya akhir bulan ini atau awal bulan depan selesai," ujarnya.

Terkait dengan pendanaan, saat ini masih dirumuskan struktur pendanaan yang sesuai dengan proyek kereta cepat Jakarta Bandung tersebut. Untuk diketahui, jika mengacu pada konsep awal, proyek tersebut‎ diperkirakan membutuhkan investasi total US$ 5,9 miliar dari China Development Bank.

"Tinggal sekarang mengenai financing. Kita lihat strukturnya bagaimana kita buat supaya dia bisa feasible. Jadi lagi hitung khusus mengenai ini dan minggu depan akan bertemu sekali lagi," tutup Luhut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rute Kereta Cepat Diperpanjang hingga Yogyakarta

Kereta Cepat China
Petugas mengecek kereta berkecepatan tinggi di pusat perawatan di Wuhan, provinsi Hubei, China, (1/2). Jelang Imlek, pihak berwenang memperkirakan lebih 390 juta perjalanan kereta api berlangsung antara 1 Februari-12 Maret. (AFP Photo)

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi menyambut baik kemungkinan untuk memperpanjang rute kereta cepat Jakarta-Bandung hingga Solo atau Yogyakarta. Hal ini dinilai akan membuat transportasi tersebut lebih layak dari sisi keekonomian.

"Secara teoritis makin jauh makin bagus. Makin feasible makin jadi preferensi kita kan. Kalau penumpangnya lebih jauh lebih banyak kan malah lebih feasible," ujar dia pada 5 Februari 2018.

Budi Karya mencontohkan, jika untuk rute kereta cepat Jakarta-Bandung jumlah penumpangnya sebanyak 30 ribu orang, maka bila jaraknya diperpanjang, potensi jumlah penumpang yang menggunakan transportasi tersebut bisa bertambah.

"Kalau Jakarta-Bandung umpamanya 30 ribu penumpangnya, tiba-tiba begitu tambahin ke sana meski cuma 80 kilometer (km), ekstremlah melonjaknya 3 kali lipat, kan jadi lebih feasible," jelas dia.

Selain ke Solo atau Yogyakarta, lanjut Budi, opsi untuk memperpanjang rute kereta cepat tersebut ke Kertajati juga dimungkinkan. Sebab, jika di Kertajati telah ada bandara, maka kebutuhan masyarakat akan transportasi yang cepat ke bandara sangat diperlukan.

‎"Kan kalau bandara itu rutin, orang dari Karawang mau ke Kertajati buat ke luar negeri disuruh bayar Rp 300 ribu kecil. Tapi bukan harian. Itu contoh," ucap Budi Karya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya