Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura I (Persero) menginisiasi penyelenggaraan Airports-Airlines Gathering 2018 sebagai upaya memperkuat kerja sama dengan mitra-mitra maskapainya.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk menyinergikan strategi pengembangan bandara-bandara Angkasa Pura I agar relevan dengan strategi pengembangan para mitra maskapai pada 2018.
"Airports-Airlines Gathering 2018 ini merupakan bagian dari upaya Angkasa Pura I dalam rangka memperkuat kerja sama dengan mitra-mitra maskapainya, dengan menampung dan memfasilitasi masukan-masukan dari airlines yang merupakan salah satu customer bagi airports," kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi di Hotel Borobudur, Rabu (21/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, ajang ini juga merupakan usaha Angkasa Pura I untuk menyinergikan strategi pengembangan bandaranya dengan strategi maskapai penerbangan, sehingga potensi dan peluang pengembangan pasar pada 2018 ini dapat dioptimalkan.
Menurut Faik, Angkasa Pura I akan melakukan beberapa program pemasaran bandara dan kegiatan terkait customer relationship management pada 2018.
Di antaranya adalah program insentif untuk maskapai, Collaborative Destination Development (CDD), serta integrated marketing campaign. Diharapkan hal ini dapat membantu maskapai dalam mengembangkan bisnisnya, khususnya dalam pembukaan rute-rute baru dan penambahan frekuensi penerbangan.
"Ini juga merupakan cara Angkasa Pura I dalam berkontribusi memajukan industri aviasi nasional, mendorong peningkatan lalu lintas transportasi udara, mengoptimalkan kinerja bandara, sekaligus memberikan alternatif pilihan jadwal penerbangan bagi masyarakat,” imbuh Faik.
Program insentif bagi maskapai yaitu berupa pembebasan biaya pendaratan (landing fee) bagi rute atau penerbangan baru di Bandara Pattimura Ambon, Bandara Frans Kaisiepo Biak, dan Bandara El Tari Kupang selama 6 bulan.
Lalu potongan 50 persen biaya pendaratan bagi rute atau penerbangan baru di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Juanda Surabaya, Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Bandara Adi Soemarmo Solo, dan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin selama enam bulan.
"Program insentif untuk maskapai lainnya adalah berupa pembebasan biaya promosi maskapai di bandara selama satu bulan penuh, pembebasan biaya inaugurasi pembukaan rute baru di bandara, dan insentif untuk menstimulus pertumbuhan penumpang,” tambah Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura I Devy Suradji.
Sedangkan program Collaboration Destination Development (CDD) pada 2018 ini akan dilakukan di 10 kota, yaitu Solo, Balikpapan, Biak, Ambon, Lombok, Surabaya, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Kupang.
"CDD merupakan forum focus group discussion yang diinisiasi Angkasa Pura I dengan melibatkan seluruh stakeholder industri pariwisata daerah untuk bersama-sama mendorong pengembangan industri pariwisata daerah. CDD ini dilakukan dalam tiga fase; fase pertama untuk membangun awareness industri pariwisata, fase kedua untuk mengumpulkan dan mengaktifkan kolaborasi dan partisipasi para stakeholder, dan fase terakhir untuk melakukan strategi hardselling dan pengembangan aksi lanjut, "jelas Devy. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
AP I Kurangi Jumlah Bandara Merugi pada 2017
Sebelumnya, PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I mencatatkan kinerja cukup baik pada 2017. Ini ditunjukkan dengan jumlah bandara yang rugi berkurang.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi memaparkan, jumlah bandara yang masih merugi sebanyak lima bandara pada 2016. Namun pada kinerja 2017 menjadi hanya tiga bandara.
"Ketiga bandara tersebut yaitu bandara yang memang jumlahnya penumpang di bawah 2 juta orang per tahun seperti Bandara El Tari Kupang, Bandara Pattimura Ambon, dan Bandara Frans Kaisiepo Biak," kata Faik Fahmi kepada wartawan, Jumat 2 Februari 2018.
Selain itu, AP I mampu meraup laba bersih (unaudited) sebesar Rp 1,6 triliun, atau tumbuh 39 persen jika dibanding 2016 sebesar Rp 1,1 triliun.
Perusahaan pengelola 13 bandara di kawasan tengah hingga timur Indonesia ini membukukan pendapatan operasional sebesar Rp 7,1 triliun atau meningkat 17 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 6,1 triliun.
Dari pendapatan operasional tersebut, Rp 4,2 triliun berasal dari bisnis aeronautika yang meliputi Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), layanan aviobridge, check-in counter, dan layanan baggage handling system.
Sisanya Rp 2,9 triliun berasal dari bisnis non-aeronautika yang meliputi sewa ruang, konsesi, reklame, parkir, peron, lounge, event promotion, dan lainnya.
"Peningkatan pendapatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penumpang, pesawat, dan kargo, seiring dengan upaya perusahaan menginisiasi program pengembangan destinasi wisata Collaborative Destination Development (CDD) yang berkerja sama dengan pemerintah daerah serta terus meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan bandara," tambah Faik Fahmi.
Selama 2017, PT Angkasa Pura I (Persero) mencatat peningkatan trafik pesawat sebesar 3,5 persen dari 764.531 pergerakan pada 2016 menjadi 791.496 pergerakan pada 2017.
Sementara itu, trafik penumpang tumbuh 6 persen dari 84,7 juta orang pada 2016 menjadi 89,7 juta orang pada 2017. Begitu juga kargo tumbuh 11,4 persen dari 362 juta kg pada 2016 menjadi 403 juta kg pada 2017.
"Perusahaan telah menggelontorkan dana investasi tahun 2017 sebesar Rp 4,6 triliun yang terdiri dari Rp 2,3 triliun untuk pengembangan bandara dan Rp 2,3 triliun untuk investasi bidang keselamatan dan pelayanan," tutur Faik Fahmi. (Yas)
Advertisement