Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) menyatakan, sektor pertanian merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun berbagai pihak. Selain itu, sektor pertanian menyangkut kesejahteraan petani.Â
"Pertanian secara umum paling banyak tantangannya di dunia ini," kata dia saat membuka Jakarta Food Security Summit (JFSS) di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (8/3/2018).Â
Advertisement
Baca Juga
Jusuf Kalla menyebut, Indonesia tepat merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-100 tahun pada 2045. Penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai angka 330 juta pada periode tersebut.
"Artinya pangan dibutuhkan secara terus menerus, kira-kira 3 persen per tahun dan Indonesia harus siap meningkatkan ini (kebutuhan pangan)," dia menerangkan.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani mengatakan, pentingnya membangun ketahanan pangan melalui para petani di Indonesia.
"Upaya Indonesia mencapai ketahanan pangan mesti disokong oleh kesejahteraan petani yang baik pula," tuturnya.Â
Rosan menambahkan, pemberdayaan para petani sangat penting untuk mewujudkan pemerataan perekonomian di Indonesia.
"Pemberdayaan para petani ini menjadi hal yang penting dalam rangka memajukan pemerataan dan keadilan perekonomian Indonesia. Sudah ada 24 perusahaan yang ikut dalam program kemitraan kali ini dengan menerapkan cloosed-loop, yaitu program tertutup yang terintegrasi melibatkan petani, koperasi, perbankan, para pengusaha sebagai off taker dalam menciptakan good governance practice," jelasnya.Â
Mengangkat tema Pemerataan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Melalui Kebijakan dan Kemitraan, JFSS ke-4 ini berfokus pada akses lahan pertanian di mana petani memiliki akses legal terhadap lahan, sesuai dengan skala ekonomi mereka.
"Pengembangan komoditas pangan diharapkan dapat berlangsung berdasarkan klasterisasi dan zonasi," ungkap Wakil Ketua Umum Kadin bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky Widjaja.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Â
Harga Beras Premium Masih Tinggi
Impor beras belum mampu menurunkan harga beras premium. Terbukti, harga beras premium di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) terpantau masih mahal.
Rata-rata harga beras jenis premium masih berada di kisaran Rp 12 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram (kg). Sedangkan beras jenis medium masih di angka Rp 9.500, berbeda tipis dengan beras dari Perum Bulog yang dijual Rp 9.300 per kg.
Salah satu pedagang beras, Tony (28) mengatakan, harga beras premium jenis Pandan Wangi masih terbilang tinggi. Harga jual di pasaran kata dia bisa mencapai Rp 15 ribu per kg.
"Paling mahal Rp 15 ribu. Dominan Pandan Wangi masih tinggi. Rata-rata permintaan semua dari rumah makan," kata dia saat ditemui di Ruko pasar PIBC, Jumat, (2/3/2018).
Meski harga beras jenis premium terbilang tingi lanjut Tony, hal tersebut tidak memengaruhi omzet penjualan. Alasannya, dia sendiri sudah memiliki alternatif lain dan memiliki segmen pasar yang juga luas.
"Untuk mengakali beras tinggi, kita nyari tempat lain. Nyari barang terus, alternatif distribusi lain. Dan kita punya segmen sendiri," imbuhnya.
Advertisement
Penyebab Masih Mahal
Penyebab tingginya harga beras terjadi karena beberapa faktor. "Pertama karena panen telat dan tidak seragam. Bahan baku, ditambah musim hujan beras Sumedang baru turun Rp 400 mereka enggak bisa menjemur. Panen belum rata," ungkapnya.
Pedagang lainnya Ibu Sam (56), juga merasakan masih tingginya harga jual beras jenis premium. Harga tersebut, menurutnya, lantaran kondisi cuaca yang tidak menentu.
"Jenis premium kisaran di atas Rp 12 ribu masih tinggi. Karena panen sebagian, panasnya enggak ada," ujarnya.
Dengan begitu, dikatakan dia, otomatis akan memengaruhi penurunan pada daya beli masyarakat. Meski demikian, dia juga berharap nantinya pasca-penurunan, harga beras tersebut harus standar dan terjangkau.
"Kalau pribadi, kalau untuk turun kasihan petani. Jenis mahal, pupuk mahal, tenaga mahal. Ya kalau bisa standar yang terjangkau aman. Apalagi sekarang musim banjir sawah enggak jadi panen," tandasnya.
Â
Reporter : Dwi Aditya Putra
Sumber:Â Merdeka.com