Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) Distribusi Bali menyatakan konsumsi listrik di Bali pada saat Hari Raya Nyepi yang jatuh kemarin pada Sabtu, 17 Maret 2018, masih lebih rendah dari prediksi awal.
Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Bali, I Gusti Ketut Putra menyatakan, beban puncak ketika Nyepi berada pada malam hari waktu setempat, dengan pemakaian sebesar 518,3 megawatt (MW).
"Peak Nyepi, Sabtu 17 Maret 2018, terjadi pukul 19.00 Wita (Waktu Indonesia Tengah), sebanyak 518,3 MW," terangnya kepada Liputan6.com, Minggu (18/3/2018).
Jumlah tersebut terhitung masih di bawah prediksi awal. Menurut data yang diterima dari PLN Distribusi Bali, prediksi beban puncak pada saat hari perayaan suci umat Hindu berlangsung itu adalah 549 MW.
Sementara itu, daya mampu listrik total di Bali sebesar 1.255 MW, di mana masih ada cadangan daya sebanyak 736,7 MW pada saat beban puncak Nyepi terjadi.
Jika dibuat perbandingan dengan beban puncak pada tiap bulan 2018, peak penggunaan listrik kemarin tetap masih terhitung rendah. Untuk Januari saja, beban puncak terjadi pada tanggal 3 pukul 18.30 Wita, sebesar 805 MW.
Pada Februari, penggunaan daya terbesar juga ada saat malam, tepatnya tanggal 20 pukul 18.30, sebanyak 841 MW. Begitu juga Maret, lagi-lagi masa sehabis senja jadi waktu favorit warga Pulau Dewata memakai listrik, yakni pada tanggal 2 pukul 18.30 Wita, sebesar 832 MW.
Terkait area mana di Bali yang paling besar mengonsumsi listrik pada saat Nyepi, Putra menyebutkan, wilayah selatan yang merupakan destinasi favorit wisatawan, baik lokal maupun mancanegara seperti di Badung Selatan, adalah tempatnya.
"Pemakaian listrik terbesar saat Nyepi di Bali yaitu di wilayah selatan, kawasan Badung Selatan," pungkas dia.