Donald Trump Naikkan Tarif Impor Produk China, Ini Untung Rugi buat RI

Kebijakan kenaikan tarif impor produk China ke AS akan berlaku efektif 60 hari sejak penandatanganan oleh Donald Trump

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mar 2018, 14:55 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2018, 14:55 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani memorandum yang menyatakan, AS akan memberlakukan tarif impor sekitar USD 50 miliar terhadap produk yang berasal China. 
 
Memorandum tersebut akan berlaku efektif 60 hari sejak penandatanganan, yaitu setelah daftar produk asal China dipublikasikan. 
 
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, kebijakan perang dagang ini akan memberi dampak positif dan juga negatif bagi Indonesia. Dampak positifnya, konsumen Indonesia memperoleh pilihan harga barang yang lebih murah jika China membidik Indonesia untuk memperdagangkan produknya. 
 
"Kenapa jadi pusing? Biar saja dia perang dagang. Itu adalah kelanjutan kebijakan yang lalu ya. Jadi kita imbasnya enggak selalu negatif. Bisa saja ada positifnya. Di satu pihak, ya dilihat dari kepentingan pemakai atau konsumen mungkin dapat barang lebih murah," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat (23/3).
 
Sementara itu dampak negatif akibat perang dagang tersebut, pengusaha Indonesia akan mendapat banyak saingan jika barang dari China masuk ke dalam negeri. Tentu saja hal ini akan menyusahkan dunia industri. 
 
"Dari kepentingan produsen dapat saingan yang menyusahkan. Maksudnya, pengusaha yang menghasilkan jenis barang yang sama mendapat saingan yang lebih ketat," jelasnya. 
 
"Tapi pada dasarnya jangan buru buru melihat ke kita dulu mereka (Amerika Serikat dan China) saja dulu coba perhatikan bagaimana dampaknya. (Ke Indonesia) pasti ada imbasnya," tambahnya. 
 
Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, terkait kemungkinan Indonesia menggantikan kebutuhan barang ke AS maupun China, masih sulit dilakukan. Sebab, barang yang dibutuhkan keduanya berbeda dengan barang hasil produksi Indonesia. 
 
"Enggak sama biasanya barangnya. Kalau sama, dari dulu kita yang berhadapan dengan AS," tandasnya. 
 
Reporter: Anggun P Situmorang
Sumber: Merdeka.com

Trump Beri Sanksi ke China Guncang Pasar Keuangan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Carolyn Kaster)

Kegaduhan perang dagang mengguncang pasar saham dan mata uang menjelang akhir pekan ini. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif buat barang impor China direspons negatif pelaku pasar.

Donald Trump menandatangani memorandum pada Kamis waktu setempat. Memorandum tersebut mengenai pengenaan tarif impor hingga USD 60 miliar dari China. Akan tetapi, langkah tersebut memiliki periode konsultasi ke publik 30 hari.

Aksi Trump itu memicu kekhawatiran investor. Tindakan Trump dapat meningkatkan potensi perang dagang dengan konsekuensi yang berpotensi terhadap ekonomi global. Langkah Trump tersebut pun dibalas China. Pemerintahan China mendesak AS untuk menarik langkah tersebut.

“China tidak berharap untuk terlibat dalam perang dagang tetapi tidak takut terlibat dalam perang,” tulis Kementerian Perdagangan China, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (23/3/2018).

China bahkan mengumumkan bakal memberlakukan tarif impor hingga USD 3 miliar untuk barang AS. Ini sebagai balasan terhadap tarif atas produk baja dan aluminium China.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya