Pasokan Premium Seret, Petugas SPBU Kena Semprot Konsumen

Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Garut, Jawa Barat seret

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mar 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2018, 20:00 WIB
SPBU 34.44116 Pasawahan, Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat. (Jayadi Supriadin/Liputan6.com)
SPBU 34.44116 Pasawahan, Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat. (Jayadi Supriadin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Garut - Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Garut, Jawa Barat seret. Akibatnya, dalam dua pekan terakhir karyawan SPBU di Garut mendapat omeran dari konsumen karena tak tersedianya Premium.

"Awalnya sih lancar, tapi mulai sekitar dua pekan terakhir (Premium) dijatah dua hari sekali, itu pun kadang-kadang telat," ujar Sarif (27), salah satu Petugas 34.44115 Ciateul, Tarogong Kidul, saat ditemui Liputan6.com, Sabtu (23/3/2018).

Menurutnya, penurunan pasokan Premium sudah cukup meresahkan masyarakat, terutama bagi kalangan pengguna angkutan kota (angkot) yang kerap menggunakan salah satu bahan bakar beroktan 88 tersebut.

"Akhirnya sopir angkot kadang pakai Pertalite," kata dia.

Tak ayal dalam beberapa kesempatan, ia kerap diomeli konsumen bahkan berdebat saat memesan Premium. "Sebab tidak ada surat edaran (pemberitahuan pengurangan kiriman kuota), akhirnya kami jelaskan langsung, ada juga sih yang marah dan tidak percaya," kata dia.

Syarif mengaku, meskipun tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dalam dua pekan terakhir pasokan yang diterimanya mengalami penurunan.

Jika sebelumnya, SPBU tempatnya bekerja mendapatkan jatah 8.000 liter premium tiap hari, namun saat ini hanya mendapatkan jatah serupa untuk interval dua hari sekali. "Itu pun kadang telat," kata dia.

Tak mengherankan dengan seretnya pasokan, kuota premium yang diberikan tidak cukup untuk melayani konsumen dalam waktu seharian. "Paling setengah hari juga bahkan kurang (12 jam) sudah habis," kata dia.

 

Mobil Mewah Pakai Premium

20151224-Jelang awal tahun 2016, Pemerintah Akan Turunkan Harga BBM
Petugas mengisi bahan bakar jenis Premium di SPBU Cikini, Jakarta, Kamis (24/12). Jelang awal tahun 2016, Pemerintah memutuskan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meskipun awalnya pasokan premium diperuntukan bagi angkot atau angkutan barang, namun dalam prakteknya ujar dia, banyak mobil pribadi termasuk mobil kategori mewah menggunakan Premium.

"Sulit juga sih, apalagi tugas kami hanya melayani konsumen," kata dia.

Kondisi serupa dialami SPBU 34.44116 Pasawahan, Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat. Tatan (35), salah satu petugas SPBU itu mengatakan berdasarkan informasi yang ia terima kelangkaan dan seretnya pasokan Premium berlaku bagi seluruh kota dan kabupaten di wilayah Jawa Barat bagian selatan atau Priangan Timur.

"Infonya begitu, katanya dijatah dua atau tiga hari sekali, itu pun sulit kata dia," ujarnya.

Akibatnya bisa ditebak, banyak konsumen yang akhirnya mengalihkan pembeliaan BBM nya menggunakan Pertalite, Pertamax. "Bahkan tak jarang yang gak jadi beli, mereka mungkin nyari yang premium, kan harganya lebih murah," ungkap dia.

Saat ini harga Premium dijual Rp 6.550 per liter, Pertalite Rp 7.800 per liter, dan Pertamax Rp 8.900 per liter. "Sudah dua hari ini harga pertalite naik Rp 200 per liter," kata dia.

Dengan kondisi itu, ia berharap pasokan premium bagi masyarakat kembali lancar, apalagi dalam waktu dua bulan ke depan, sudah memasuki bulan suci Ramadan. "Kasian warga yang biasa pakai premium, kadang kalau beli eceran harganya (premium) mahal hampir sama dengan pertamax," ujarnya.

 

Mulai Gunakan Pertalite

20150930-Pom Bensin-BBM-SPBU-Jakarta
Aktivitas pengisian BBM di SPBU Cikini, Jakarta, Rabu (30/9/2015). Menteri ESDM, Sudirman Said menegaskan, awal Oktober tidak ada penurunan atau kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) baik itu bensin premium maupun solar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rudi, salah satu pembeli premium di SPBU 34.44115 Ciateul mengakui sudah hampir sebulan terakhir ia beralih menggunakan Pertalite bahkan Pertamax untuk mobil angkutan kota yang biasa ia gunakan.

Sebab selain pasokan yang sulit, terkadang antrian yang telah ia jalani bersama arma angkot lainnya, tidak mendapatkan kepastian mendapatkan Premium. "Sudah ngantrinya lama eh pas depan mesin antrian malah habis," ujarnya.

Dengan adanya perubahan BBM yang ia gunakan, tak mengherankan biaya produksi pun semakin membengkak, sementara harga tarif angkutan masih sama.

"Belum lagi memikirkan uang setoran buat mobil, semakin sulit, mohon ada solusi bagi masyarakat," ujar salah satu sopir jurusan kota Garut tersebut.

Reporter: Jayadi Supriadin

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya