Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto menjadi pembicara di Musyawarah Nasional (Munas) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ke-10 di Hotel Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta, Selasa 24 April 2018. Di depan para pengusaha, Airlangga membeberkan soal roadmap perekonomian Indonesia menuju industri 4.0.
Airlangga menyoroti soal penyediaan sumber daya manusia (SDM) untuk menyongsong era revolusi industri 4.0. Kata dia, sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu faktor yang tidak bisa lepas dari industri, meski, lanjutnya, saat ini sudah memasuki era industri digital.
Advertisement
Baca Juga
"Kami menciptakan vokasi dan politeknik untuk menyongsong era revolusi industri 4.0 ini. Nanti di setiap kawasan industri ada politeknik, " ujar Airlangga Hartarto.
Airlangga mengatakan, salah satu politeknik dibangun di Morowali, Sulawesi Tengah. Morowali menjadi perhatian pemerintah karena pertumbuhan perekonomiannya yang sangat pesat.
Adapun pertumbuhan ekonomi di Morowali mencapai 60 persen atau 12 kali dari pertumbuhan ekonomi nasional.
"Seperti di Morowali ada laboratorium metalurgi itu lebih bagus dari universitas negeri yang ada saat ini," ucap Airlangga.
Morowali merupakan salah satu penghasil nikel terbaik di Asia Tenggara di mana hasilnya diubah menjadi stainless steel atau baja. Di Morowali juga sudah dibangun smelter atau tempat pengolahan logam agar lebih bernilai.
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Morowali, kata Airlangga, pemerintah tak hanya menyediakan laboratorium metalurgi yang bagus. Namun, rektornya juga difasilitasi dengan baik, termasuk masalah gaji.
"Rektornya digaji lebih tinggi dari rektor di perguruan tinggi lain," tuturnya.
Selain di Morowali, beberapa politeknik dan vokasi juga sudah dibuat di Bandung, salah satunya berlokasi dekat STT Telkom. Di sana ada program pelatihan startup untuk anak-anak muda. Kemudian yang sudah berhasil bisa memberikan beasiswa kepada mahasiswa lainnya.
"Ini politeknik lebih bagus dari NHI yang dulu dibuat di Bandung," ucapnya.
Airlangga berharap roadmap dan berbagai inovasi yang dilakukan pemerintah ini disambut para pengusaha anggota Apindo. Sehingga, ketika menuju revolusi industri 4.0 ini semuanya bergerak beriringan baik itu pemerintah, pengusaha dan sumber daya manusia.
"Jadi implementasinya ada di sana (pengusaha) dan roadmap-nya ada di kami di pemerintah," ucap Airlangga Hartarto.
Reporter: Rohimat Nurbaya
Sumber: Merdeka.com
Menperin Airlangga Minta Norwegia Permudah Ekspor Tekstil RI
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Perikanan Norwegia Per Sandberg sepakat untuk mempercepat finalisasi Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EFTA CEPA).
Airlangga Hartarto mengungkapkan, upaya ini diharapkan bisa memperluas pasar ekspor bagi produk industri kedua belah pihak sekaligus untuk saling melengkapi dan sama-sama menguntungkan.
"Rencananya perundingan kerja sama itu selanjutnya akan dilakukan pada bulan Mei di Jakarta," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, pada 19 April 2018.
Dia mengatakan, pihak Norwegia ingin kemudahan impor bahan baku susu ke Indonesia. “Selain itu, Norwegia meminta beberapa produk perikanan seperti salmon dan ikan cod bisa masuk ke pasar Indonesia dengan tarif rendah atau nol,” kata dia.
Adanya usulan itu, Airlangga menawarkan agar Indonesia juga diberi kemudahan dalam akses ekspor produk industri nasional ke Norwegia terutama untuk jenis tekstil, pakaian, dan sepatu dengan tarif bea masuk rendah atau nol persen. “Saat ini, produk-produk dari Indonesia tersebut masuk ke Eropa masih kena tarif 10 hingga 20 persen,” lanjut dia.
Kedua belah pihak juga membahas persoalan yang dialami Indonesia terkait pelarangan produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masuk ke pasar Eropa. Untuk diketahui, Parlemen Uni Eropa akan menghapus penggunaan CPO, termasuk dari Indonesia, pada tahun 2021.
Sementara itu, Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyatakan, Kemenperin fokus mendorong perluasan pasar bagi produk industri yang termasuk sektor padat karya berorientasi ekspor.
“Makanya Menperin meminta agar sama-sama saling menguntungkan. Apabila Norwegia meminta kemudahan produk mereka bisa masuk ke sini, Menperin juga meminta agar produk dari Indonesia tidak dihambat di Norwegia,” kata dia.
Putu berharap, dengan penguatan kerja sama ekonomi dengan Norwegia, dapat membuka pula akses pasar ekspor produk industri Indonesia ke negara-negara Skandinavia.
Pada 2017, ekspor Indonesia ke negara-negara EFTA mencapai US$ 1,3 miliar, sementara impor dari empat negara tersebut sebesar US$ 1,1 miliar. Sehingga, neraca perdagangan Indonesia dengan EFTA masih mencatatkan surplus kurang lebih senilai US$ 200 juta.EFTA merupakan sebuah blok dagang alternatif bagi negara-negara Eropa yang tidak bergabung dalam Uni Eropa. EFTA yang dibentuk sejak 1960 ini hanya beranggotakan empat negara yaitu, Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein.
Advertisement