Kurangi Impor, Antam Kaji Pembangunan Pabrik Stainless Steel

PT Aneka Tambang Tbk berencana membangun pabrik stainless steel‎ untuk mengolah nikel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 09 Mei 2018, 13:45 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2018, 13:45 WIB
Smelter PT Antam Tbk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Dok Foto: Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)
Smelter PT Antam Tbk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Dok Foto: Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)

Liputan6.com, Pomalaa - PT Aneka Tambang Tbk atau Antam berencana membangun pabrik stainless steel untuk mengolah nikel. Jika pabrik tersebut beroperasi, maka Indonesia dapat mengurangi impor stainless steel.

Deputy Manager Unit Bisnis Pertambangan Nikel Antam Sulawesi Tenggara Nilus Rahmat mengatakan, pembangunan pabrik stainless steel akan dibangun se‎telah proyek hilirisasi Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) beroperasi.

"Kemudian selanjutnya jangka panjang, perusahaan membangun pabrik feronikel Halmahera Timur, tahun depan komersial. Ini rencana hilirisasi menuju program pembangunan pabrik stainless steel," kata Nilus, di Pomalaa, Rabu (9/5/2019).

Menurut Nilus, saat ini proses pembangunan pabrik stainless steel sedang dalam kajian untuk menghitung keekonomian, menentukan lokasi, dan kapasitasnya.

"Setelah selesai pabrik Halmahera Timur lanjut hilirisasi. Dalam proses kajian keekonomian produk kita bisa mencapai kebutuhan," ‎paparnya.

‎Nilus mengungkapkan, jika pabrik stainless steel sudah beroperasi, maka Antam tidak lagi melakukan ekspor feronikel. Pasalnya, hasil pemurnian dari bijih nikel tersebut menjadi bahan baku stainless steel. Keberadaan pabrik tersebut juga akan mengurangi ketergantungan impor stainless steel Indonesia yang selama ini pasokannya berasal dari luar negeri.

‎"Setelah stainless steel, kita tidak kita ekspor. Kita ekspor produk jadi," ucapnya.

‎Nilus menambahkan, harga stainless steel juga lebih stabil ketimbang feronikel yang mengalami fluktuasi karena mengikuti harga pasar internasional. Dengan begitu akan berdampak positif pada keuangan perusahaan.

‎"Kenapa kami incar stainless steel supaya harganya lebih stabil. Kalau feronikel kan fluktuatif. Ada peningkatan nilai tambah ini jadi pemikiran Antam masuk hilirisasi‎," tandasnya.

Antam Fokus Ekspor Feronikel ke Asia pada 2018

(Foto:Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)
Feronikel (Foto:Liputan6.com/Pebrianto Wicaksono)

PT Aneka Tambang Tbk (Persero) (Antam) mencatat produksi feronikel dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomala, Sulawesi Tenggara meningkat 107 persen ‎pada kuartal 1 2018.

Deputy Manager Unit Bisnis Pertambangan Nikel Antam Sulawesi Tenggara, Nilus Rahmat mengatakan, saat ini melalui smelter feronikel Pomalaa, ANTAM mencatatkan peningkatan volume produksi feronikel sebesar 107 persen atau 6.088 ton nikel dalam feronikel (TNi), dibandingkan capaian kuartal I 2017.

‎"Tahun ini kami akan meningkatkan target penjualan 26 ribu TNi (untuk) dari 21.812 TNi," kata Nilus, saat ditemui di fasilitas Smelter Antam, Pomala, pada 8 Mei 2018. 

Nilus menuturkan, feronikel yang menjadi‎ bahan baku stainlees steel tersebut saat ini diekspor ke Korea Selatan 43 persen, India 23 persen dan China 23 persen. Sebelumnya, hasil dari pemurnian bijih nikel tersebut juga diekspor ke Eropa.

"Selanjutnya produksi feronikel kami ekspor ke luar negeri semua produk di Asia dan Eropa, tahun ini kita fokus di Asia," tutur dia.

‎Sekretaris Perusahaan Antam Apriliandi H. Setria melanjutkan, sejalan dengan pertumbuhan volume produksi, penjualan feronikel pada kuartal I 2018 mengalami pertumbuhan 109 persen dibandingkan kuartal I 2017  atau mencapai 5.363 TNi.

"Penjualan feronikel pada kuartal I 2018 adalah kontributor terbesar kedua dari total penjualan bersih ANTAM, dengan kontribusi sebesar Rp 972,38 miliar atau 17 persen dari total penjualan bersih Perusahaan," kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya