Harga Tiket Angkutan Mudik Bakal Pengaruhi Inflasi di Juni

Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi akan berada di angka 0,22 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Jun 2018, 19:29 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2018, 19:29 WIB
20160105-Ilustrasi-Inflasi-iStock
Ilustrasi Inflasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan tingkat inflasi pada Juni 2018 akan berkisar antara 0,2 persen-0,25 persen. Hal ini hampir sama dengan perkiraan inflasi Bank Indonesia (BI) yang berada di angka 0,22 persen.

Dia mengungkapkan, inflasi yang terjaga relatif rendah tersebut lantaran harga bahan pangan selama Ramadan relatif terkendali.

"Ya memang antara 0,2 persen-0,25 persen. Karena harga-harga oke, beras oke, daging oke," ujar dia di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (11/6/2018).

Darmin mengatakan, harga pangan yang sedikit mengalami kenaikan panjang bulan puasa hanya telur ayam. Namun kenaikannya tidak begitu signifikan.

"Yang mungkin sedikit harganya naik itu telur. Tapi Telur kan tidak banyak pengaruh," lanjut dia.

Namun demikian, yang tetap harus menjadi perhatian yaitu kenaikan harga tiket angkutan, khususnya pada periode mudik Lebaran. Jika harga tiket ini stabil, maka inflasi diperkirakan akan berada di bawah 0,25 persen.

"Yang harus kita perhatikan itu tiket pesawat. Kalau tiket angkutan darat biasanya tidak mudak lagi dimain-mainkan, didorong naik. Tapi kalau tiket pesawat itu bisa naik. Kalau harga tiket angkutan darat tidak ada lonjakan maka inflasi kita bulan Juni akan 0,2 persen-0,25 persen," tandas dia.

Ekonomi RI Diramal Tumbuh 5,2 Persen pada 2018

World Bank atau Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2018 akan tumbuh sebesar 5,2 persen. Angka tersebut tercatat lebih tinggi dibanding proyeksi pemerintah yang 5,18 persen, namun masih lebih rendah dari prediksi awal Bank Dunia yakni 5,3 persen.

Country Director Bank Dunia di Indonesia Rodrigo A Chaves menyampaikan, pertumbuhan PDB negara yang diproyeksikan mencapai 5,2 persen tersebut seiring pertumbuhan perekonomian global yang melambat.

"Arus perdagangan juga menurun dari level tertingginya baru-baru ini, sehingga pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan mencapai 5,2 persen pada tahun 2018," ujar dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/6/2018).

Mengacu terhadap fakta ini, ia mengatakan, konsumsi swasta di Tanah Air akan sedikit meningkat, sementara pertumbuhan investasi diproyeksikan tetap tinggi lantaran tingginya harga komoditas yang terus berlanjut.

Bank Dunia pun mengasumsikan, PDB riil Tanah Air pada tahun ini diperkirakan 5,2 persen, Indeks Harga Konsumen (IHK) 3,5 persen, neraca transaksi berjalan -2 persen dari PDB, dan neraca Anggara pemerintah -2,1 persen dari PDB.

Akan tetapi, dia mengingatkan, ekspor bersih akan terus membebani pertumbuhan ekonomi oleh sebab pertumbuhan ekpsor melambat sejalan dengan menurunnya perdagangan global. Hal itu ia tekankan mengingat sifat investasi yang sarat impor.

"Risiko terhadap perkiraan perekonomian cenderung menurun, di tengah kondisi moneter yang terus mengetat dan timbulnya volatilitas keuangan yang berpusat di negara-negara berkembang yang lebih rentan, seperti Argentina dan Turki," tukas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya