Bos BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi 5,6 Persen pada 2018

Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didorong membaiknya harga komoditas dan kegiatan investasi swasta.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mei 2018, 17:32 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2018, 17:32 WIB
Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 mencapai 5,06%.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) prediksi pertumbuhan ekonomi 5,2-5,6 persen pada 2019. Angka ini lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi oleh pemerintah Indonesia di angka 5,4 persen-5,8 persen.

"2019 pertumbuhan ekonomi berkisar 5,2 persen hingga 5,6 persen. Pertumbuhan didorong meningkatnya investasi dan beberapa aspek ekspor yang membaik," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Kamis (31/5/2018).

Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada 2019 akan didukung oleh beberapa faktor ekonomi, salah satunya membaiknya harga komoditas serta naiknya kegiatan investasi swasta.

"2019 ada beberapa peluang mendorong ekonomi, baik ekonomi dunia yang membaik, harga komoditas tinggi, stimulus fiskal pemerintah dan membaiknya kegiatan investasi di swasta," ujar dia.

Perry melanjutkan untuk nilai tukar rupiah, bank sentral memprediksi kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan bergerak pada posisi 13.800-14.100. Sementara inflasi diprediksi berada pada angka 3,5 plus minus 1 persen. 

"Dengan perkembangan yang ada di dunia, Rupiah bergerak rata-rata Rp 13.800 sampai Rp 14.100 per USD. Inflasi terjrga 3,5 plus minus 1 persen dengan beberapa aspek terkendali, permintaan terkendali dan beberapa koordinasi badan usaha," tutur dia. 

Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan sebesar 2 persen sampai 2,5 persen dan masih di bawah batas aman.  Dengan gambaran tersebut, arah kebijakan ke depan adalah bagaimana menjaga stabilitas dan kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi. 

"Bank Indonesia ada instrumen kebijakan moneter, makroprudensial, pendalaman pasar keuangan dan sistem keuangan, serta pemetaan ekonomi syariah. Dengan tekanan global, tidak ad pilihan lain selain kebijakan pro stabilitas," kata dia.

Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menghadiri rapat kerja dengan badan anggaran DPR mengenai kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2019.

Rapat tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo serta perwakilan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Sri Mulyani Yakin Pertumbuhan Ekonomi Bisa Capai 5,8 Persen pada 2019

Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Suasana pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati optimistis perekonomian Indonesia pada tahun depan akan bergerak cukup baik untuk mencapai angka pertumbuhan 5,8 persen. Hal ini disampaikan saat menghadiri rapat paripurna dengan DPR untuk membahas mengenai tanggapan fraksi-fraksi DPR terhadap kerangka ekonomi makro dan pokok pokok kebijakan fiskal tahun anggaran 2019. 

"Pemerintah memandang bahwa perekonomian Indonesia di 2019 memiliki potensi yang baik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,4 - 5,8 persen," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Kamis 31 Mei 2018.

Potensi tersebut didasarkan pada beberapa perkembangan yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Dari sisi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai ditopang secara seimbang oleh keempat mesin pertumbuhan, yaitu konsumsi, investasi, ekspor, dan belanja Pemerintah.

"Selama tiga tahun terakhir, inflasi kita pada kisaran 3,5 persen, lebih rendah dibanding rata-rata inflasi selama 10 tahun terakhir sebesar 5,6 persen. Perkembangan harga domestik dan laju inflasi telah menurun dan semakin stabil merupakan faktor penting dalam menjaga tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat," jelas Sri Mulyani.

Sri Mulyani melanjutkan, investasi secara bertahap mulai pulih kembali ditopang oleh kesehatan sektor perbankan dan pasar modal, pelaksanaan program pembangunan infrastruktur, serta meningkatnya daya saing iklim usaha dan investasi Indonesia. Kinerja ekspor terus menunjukkan peningkatan sejak 2017 setelah beberapa tahun sebelumnya mencatat kontraksi.

"Capaian-capaian ini telah mampu membawa perbaikan persepsi pelaku usaha terhadap prospek investasi di lndonesia dan membawa dampak positif untuk mendorong minat investor pada pasar dalam negeri," Sri Mulyani menerangkan. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya