Harga Emas Berpeluang Menguat Pekan ini

Analis prediksi harga emas berpotensi menguat pada pekan ini. Hal itu berdasarkan survei mingguan Kitco.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jun 2018, 08:30 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2018, 08:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Analis prediksi harga emas berpotensi menguat pada pekan ini. Hal itu berdasarkan survei mingguan Kitco.

Harga emas sempat menguat pada pekan lalu. Namun, harga emas akhirnya melemah menyambut akhir pekan didorong dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat. Penguatan dolar AS didorong kekhawatiran perang dagang AS dan China kembali meningkat.

Selain itu, laporan lainnya pengaruhi harga emas yaitu pertemuan pimpinan Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump, kenaikan suku bunga 25 basis poin oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve, dan pengumuman bank sentral Eropa yang menyatakan pelonggaran kuantatif akan berakhir pada 2018. Oleh karena itu, suku bunga mungkin tidak akan naik hingga akhir musim panas 2019.

Dalam survei mingguan itu melibatkan 16 analis. Dari 16 analis tersebut, 10 suara atau 63 persen memperkirakan harga emas menguat. Ada empat suara atau 25 persen menyatakan harga emas melemah. Sedangkan dua analis atau 13 persen prediksi harga emas sideways.

Sementara itu, 1.081 responden mengikuti survei main street. Sekitar 683 responden atau 63 persen memperkirakan harga emas akan menguat pada pekan ini. Sekitar 306 pemilih lainnya atau 28 persen mengatakan harga emas akan merosot. Sedangkan 95 analis atau delapan persen analis melihat harga emas mendatar. Sekitar 59 persen analis perkirakan harga emas tertekan dan 61 persen analis prediksi harga emas menguat.

"Saya optimis harga emas menguat pada pekan ini karena sejumlah alasan. Pertama, harga emas yang sudah tertekan dan indikator momentum relative strength index telah berbalik ke atas,” ujar Chief Market Strategist SIA Wealth Management, Colin Cieszynski, seperti dikutip dari laman Kitco.com, Senin (18/6/2018).

Sementara itu, Analis Price Futures Group Phil Flynn menuturkan, harga emas menguat seiring kekhawatiran inflasi.

Selain itu, dolar Amerika Serikat diperkirakan melemah pada pekan ini seiring euro mendapatkan katalis positif dari pengumuman bank sentral Eropa pada pekan lalu menjadi sentimen positif untuk harga emas.

"Meski emas dan komoditas melemah baru-baru ini tetapi bisa berubah dengan cepat karena investor kembali buru safe haven. Ditambah dolar AS turun pekan depan karena euro mendapatkan kembali kekuatan usai terjun bebas,” ujar Editor Eureka Miner Report Richard Baker.

Baker prediksi, harga emas kembali ke posisi USD 1.300 pada pekan ini.

Chief Executive Officer (CEO) Adrian Day Asset Management, Adrian Day juga prediksi harga emas menguat. "Pasar emas telah cukup diskon tingkat suku bunga the Federal Reserve. Ini menjadi pola sejak kenaikan suku bunga pertama kali pada akhir 2015. Emas kembali turun namun reli setelah itu," ujar Adrian.

Sentimen lainnya pengaruhi harga emas yaitu Presiden AS Donald Trump menyetujui tarif barang impor China senilai USD 50 miliar. China pun membalas dengan penerapan tarif atas barang AS antara lain produk pertanian.

Selanjutnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sedangkan Presiden Direktur Phoenix Futures and Options, Kevin Grady netral terhadap harga emas pada pekan ini. Ia perkirakan harga emas berada di posisi USD 1.313 dan USD 1.320.

"Saya tidak akan mempertimbangkan membeli emas hingga geraknya meyakinkan di atas area USD 1.320," kata Grady.

Demikian juga dengan Direktur RBC Wealth Management George Gero juga rekomendasi netral dengan harga emas. Hal itu mengingat pasar akan cermati pertemuan Bank Sentral Eropa pada Kamis pekan ini.

"Hadapi bom dengan Pimpinan Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengumumkan mereka tidak akan menaikkan suku bunga selama satu tahun penuh. Ini belum pernah terjadi sebelumnya bagi bank sentral untuk mengatakan itu," ujar dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya