Pasokan Diprediksi Membanjir Seret Harga Minyak Jatuh

Gubernur OPEC Arab Saudi Adeeb Al-Aama mengatakan jika bahwa kerajaan mengharapkan ekspor minyak mentah turun sekitar 100 ribu barel per hari pada Agustus.

oleh Nurmayanti diperbarui 20 Jul 2018, 06:15 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2018, 06:15 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia Brent merosot dipicu kekhawatiran memuncaknya pasokan, setelah sempat naik di awal sesi. Kondisi ini dipicu komentar jika ekspor Arab Saudi akan jatuh pada Agustus.

Melansir laman Reuters, Jumat (20/7/2018), harga minyak mentah Brent turun 32 sen ke posisi USD 72,58 per barel, usai sebelumnya mencapai sesi tinggi di USD 73,79 per barel.

Sementara harga patokan minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) tercatat 70 sen lebih tinggi, atau 1 persen menjadi USD 69,46 per barel. Harga minyak mentah AS telah mencapai posisi tertinggi di USD 70,17 pada awal sesi sebelum turun kembali.

Gubernur OPEC Arab Saudi Adeeb Al-Aama mengatakan jika bahwa kerajaan mengharapkan ekspor minyak mentah turun sekitar 100 ribu barel per hari pada Agustus karena adanya pembatasan produksi.

"Harga minyak mentah kembali dari level tertinggi pada awal sesi karena pedagang menguangkan keuntungannya," kata John Kilduff, Mitra di Again Capital Management, New York.

Harga minyak yang sempat naik ditengah berita pemotongan ekspor kembali turun karena fokus pasar kembali ke potensi kelebihan pasokan Arab Saudi, Rusia dan produsen utama lainnya yang terus meningkatkan output.

Produsen OPEC dan non-OPEC memangkas produksi minyak pada bulan Juni sebesar 20 persen dari tingkat yang disetujui, dibandingkan dengan 47 persen pada bulan Mei, menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters pada hari Rabu.

"Hanya karena Saudi mencoba untuk mencegah kejatuhan (harga), tidak mengubah fakta bahwa mereka meningkatkan produksi," kata Kilduff.

 

 

Tekanan Dolar

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Komoditas ini juga di bawah tekanan penguatan dolar dan gelombang baru ketegangan perdagangan yang memicu kekhawatiran kerusakan pada ekonomi dan harga komoditas.

Pada awal perdagangan, dolar AS mencapai level tertinggi terhadap sekeranjang mata uang lainnya sejak Juli 2017, naik setengah persen.

"Margin penyulingan di Asia berada di bawah tekanan dan beberapa penyuling independen Cina telah mengurangi pemrosesan mereka, yang membebani pasar minyak Brent," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Berita bahwa pekerja mogok di rig pengeboran Norwegia juga membebani harga minyak global.

Brent telah jatuh sekitar 8 persen dari posisi tertinggi pada pekan lalu, di atas USD 79. Ini menjadi bukti adanya produksi yang lebih tinggi dari Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak, serta Rusia dan Amerika Serikat.

Administrasi Informasi Energi AS mengatakan pada hari Rabu produksi minyak mentah domestik AS mencapai rekor 11 juta bpd minggu lalu. AS telah menambahkan hampir 1 juta bpd minyak dalam produksi sejak November.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya