Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pengusaha untuk menyimpan devisa hasil ekspor di dalam negeri. ‎Sebab, selama ini hanya sebagian kecil saja hasil ekspor pengusaha yang kembali ke Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani usai menghadiri undangan dari Presiden Jokowi bersama para pengusaha lain di Istana Bogor.
Baca Juga
Menurut dia, data menyebutkan jika baru 15 persen devisa hasil ekspor pengusaha masih disimpan di perbankan luar negeri.
Advertisement
"Sebetulnya gini, Pak Presiden kan melihat ada gejolak mata uang dan lain-lain. Tadi Presiden menanyakan apakah para pengusaha ini mau untuk pertama, taruh uang hasil ekspornya ke Indonesia. Karena menurut data hanya 15 persen yang ditaruh di Indonesia. Sisanya masih di luar," ujar dia di Istana Bogor, Kamis (26/7/2018).
Namun menurut Rosan, bukan tanpa alasan pengusaha menyimpan devisa hasil ekspornya pada bank di negara lain. Sebab, bank yang memberikan pinjaman kepada pengusaha merupakan bank asing dan yang ingin hasil ekspor Indonesia disimpan di bank tersebut.
"Di antaranya karena semua pengusaha ini ada pinjamannya ini, bank yang meminjamkan ini mau uangnya ditaruh di banknya. Walaupun tadi ada usulan, ya kita cari bank nya walaupun bank asing tapi ada cabang di Indonesia," kata dia.
Menanggapi hal tersebut, lanjut Rosan, para pengusaha tidak berkeberatan jika harus menyimpan hasil ekspornya di dalam negeri. Namun masih ada juga yang harus berpikir karena tidak bisa begitu saja devisa tersebut dipindahkan ke dalam negeri.
‎"Tentunya dari dunia usaha karena ini untuk kebaikan, kan walaupun ada yang ingin mempelajari lagi tapi ada yang langsung oke. Jadi kami akan ada assent lanjutan," tandas dia.
Kumpulkan 40 Eksportir di Istana Bogor, Ini yang Dibahas Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang 40 pengusaha yang berorientasi ekspor ke Istana Bogor, pada sore ini. Pertemuan tersebut salah satunya membahas soal kondisi global yang mengalami ketidakpastian dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengajak para pengusaha untuk tetap fokus pada bisnis serta meningkatkan ekspornya.
Sebab, dengan daya saing yang dimiliki saat ini, para pengusaha tersebut sebenarnya mampu mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah dan menggunakan hal ini sebagai kesempatan.
"Kesempatan ini juga untuk mendengar dari pengusaha apa-apa yang bisa dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan momentum ekonomi kita, menggunakan kesempatan di lingkungan global yang berubah secara cepat. Dan pada saat yang sama ingin menciptakan suatu kerja sama dan kepercayaan agar antara pemerintah dan dunia usaha ada sinergi dalam menghadapi situasi ekonomi utamanya dari gejolak global,"‎ujar dia di Istana Bogor, Kamis (26/7/2018).
Menurut dia, pemerintah akan terus mendorong sektor usaha untuk lebih berkembang. Salah satunya dengan layanan perizinan terintegrasi secara online atau online single submission (OSS).
"P‎residen meminta follow up tentu dengan pengusaha, bahkan kalau ada yang minat investasi, Presiden minta untuk mencoba menggunakan OSS. Dan kalau ada keluhan atau perizinan yang belum diselesaikan cepat sesuai janjinya, Bapak Presiden juga ingin mendapatkan masukan yang terjadi di lapangan. Saya rasa ini adalah pendekatan bagaimana kita ingin terus memperbaiki dan menyempurnakan kebijakan saat dunia mengalami perubahan yang sangat cepat," jelas dia.
Selain itu, dalam pertemuan ini juga dibahas mengenai cara agar ‎devisa ekspor bisa dibawa ke dalam negeri sehingga memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Ini agar para pengusaha mau membawa kembali devisanya ke dalam negeri dan menginvestasikan atau digunakan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi atau kegiatan usahanya.
"Dalam percakapan kita mendapatkan masukan yang cukup beragam, dilihat dari latar belakang perusahaan-perusahaan tersebut. Tadi seperti saya katakan, dari eksportir natural resource dari batu bara, CPO, manufaktur elektronik dan tekstil, produk kecantikan, sampai bagaimana kita bisa meningkatkan investasi di destinasi pariwisata. Karena itu juga menghasilkan devisa untuk mempertahankan perekonomian kita lebih kuat lagi," tandas dia.
Advertisement