Liputan6.com, New York - Harga emas berpeluang stabil pada pekan ini. Hal itu seiring harapan tekanan terhadap harga emas mereda.
Pada Jumat pekan lalu, harga emas naik 0,17 persen ke posisi USD 1.186. Akan tetapi, kenaikan harga emas itu tidak cukup untuk menutupi kerugian besar pada pekan lalu sehingga penurunan harga emas untuk pengiriman Desember dari USD 1.221 menjadi USD 1.167 dalam beberapa hari.
"Ini adalah waktu untuk harga emas beranjak dari level terendah. Kami harapkan kenaikan terbatas dolar AS, stabilisasi dan pemulihan yuan," ujar Analis ABN Ambro, Georgette Boelle seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (20/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Analis teknikal Kitco, Jim Wyckoff menuturkan, tekanan terhadap harga emas terlihat mereda. Kemungkinan harga emas kembali menguat. Banyak analis melihat tekanan terhadap harga emas didorong dolar AS.
"Pergerakan harga emas didorong menguatnya dolar AS. Ini telah secara berkala ungguli basis lintas mata uang tetapi emas didorong dolar AS menguat," ujar Analis ICBC Standard Bank Marcus Garvey.
Dengan investor bertanya-tanya apakah dolar AS telah mencuri daya tarik emas yang juga safe haven di tengah ketegangan perang dagang, Garvey menuturkan, dolar AS bukanlah safe haven yang baru. Hal tersebut bukan risiko.
"Jika Anda melihat rujukan dari pasar negara berkembang dan beberapa pasar komoditas. Dinamika belum benar-benar sesuai dengan kondisi risiko. Bahkan kinerja emas seusai dengan saham yang masih kuat terutama di AS dan dolar AS yang menguat. Agar emas mulai berkinerja lebih baik kemungkinan membutuhkan aksi jual di saham," kata dia.
Lalu yang menjadi pertanyaan kemudian apakah emas dapat kembali pulih di atas USD 1.200 per ounce? Menurut analis, ada potensi kenaikan yang diharapkan sehingga dapat berada di atas USD 1.200.
“Jika berada di bawah USD 1.171 dapat mendorong harga emas kembali tertekan di posisi USD 1.160. Kenaikan harga emas kembali ke posisi USD 1.200 tetap mungkin jika mampu dorong kembali di atas USD 1.180,” tutur Analis FXTM Lukman Otunuga.
Analis TD Securities, Ryan McKay menambahkan, harga emas di bawah USD 1.200 per ounce dapat dorong aksi jual secara teknikal. Ia mengharapkan harga emas dapat kembali menguat.
"Harga emas dapat kembali ke posisi USD 1.180, USD 1.185. Jika berpotensi tertekan kami melihat harga emas dapat ke posisi USD 1.160-USD 1.150. Sedangkan jika menguat dapat ke posisi USD 1.190-USD 1.200," ujar dia.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Prospek Harga Emas dalam Enam Bulan ke Depan
Sementara itu, prediksi harga emas untuk enam bulan ke depan jauh lebih positif dibandingkan prediksi untuk sepekan. Harga emas dapat kembali ke posisi USD 1.300 seiring meredanya tekanan dolar AS.
"Mengingat posisi investor yang pendek dan permintaan fisik baru-baru ini, harga emas akan berada di posisi USD 1.200 mungkin dekati USD 1.300 dalam enam bulan ke depan. Kami saat ini tidak melihat ruang lingkup untuk langkah lebih signifikan lebih tinggi karena suku bunga di AS dan pasar saham yang terus berkembang," ujar Garvey.
ABN Amnro menambahkan, harga emas untuk kembali menguat membutuhkan waktu. Harga emas berpotensi ke posisi USD 1.250 pada Desember dan kemudian menjadi ke posisi USD 1.400 pada akhir 2019.
Capital Economics juga melihat, prospek emas dalam jangka panjang berpotensi menguat. Hal ini melihat potensi ekonomi AS berisiko melambat sehingga memaksa bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga sekali lagi.
"Karena dorongan dari stimulus fiskal memudar dan pengetatan moneter kumulatif the Federal Reserve jadi penghambat ekonomi, pertumbuhan PDB AS akan lambat menjadi dua persen pada 2019 dan 1,3 persen pada 2020," tutur Ekonom Capital Economic Simona Gambarini.
Ia menuturkan, harga emas akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan moneter yang lebih longgar dan dolar AS melemah dalam beberapa tahun ke depan.
Lalu apa saja yang perlu dicermati ke depan?
Adapun rilis data ekonomi akan cenderung sepi. Akan tetapi, sebagian besar perhatian fokus pada notulen pertemuan bank sentral AS terbaru yang diterbitkan pada Rabu dan laporan barang tahan lama pada Jumat.
Selain itu, ada juga konfrensi bank sentral global tahunan di Jackson Hole pada Kamis pekan ini. Pimpinan Bank Sentral AS Jerome Powell akan berikan pidato pada konferensi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement