Harga Emas Melemah Imbas Kekhawatiran Krisis Turki

Harga emas turun seiring dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Hal itu didorong kekhawtiran krisis Turki.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Agu 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2018, 06:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas melemah seiring dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Hal itu karena kekhawatiran yang berkembang kalau krisis mata uang di Turki akan berdampak.

Harga emas untuk pengiriman Desember turun 90 persen atau kurang dari 0,1 persen ke posisi USD 1.219 per ounce. Harga emas ditransaksikan lebih rendah di posisi USD 1.213 dan tertinggi USD 1.224,90 secara harian.

Pasar global tertekan seiring laporan Financial Times yang menyebutkan Bank Sentral Eropa makin khawatir tentang paparan bank Eropa terhadap krisis Turki. Mata uang Turki Lira turun ke level terendah dalam setahun pada Jumat pekan ini.

Mata uang AS menarik minat beli investor global sebagai tempat berlindung dari krisis ekonomi di Turki dan volatilitas pasar yang menanjak di Rusia. Emas juga secara historis memiliki peran sebagai aset lebih aman di saat terjadi gejolak pasar global.

Sebaliknya hubungan terbalik logam mulia dan dolar AS lebih baik. Sebagian besar didorong oleh naiknya tingkat suku bunga AS dibandingkan ekonomi utama lainnya.

"Momentum tekanan untuk harga emas. Secara teknis harga emas Comex diperdagangkan di posisi USD 1.207 hingga pekan depan berada di zona bullish," ujar Analis Insignia Consultans, Chintan Karnani seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (11/8/2018).

Kemungkinan dolar AS melonjak akan menjadi dasar argumen Karnani. Sentimen itu akan buat harga emas tertekan. Hal itu karena ketegangan di Turki. Investor mencari perlindungan dari krisis politik dan ketidakpastan sehingga angkat dolar AS.

Indeks dolar AS naik hampir satu persen ke posisi 96,32 dan capai level tertinggi dalam satu tahun. Imbal hasil surat berharga bertenor 10 tahun turun 1,92 persen menjadi 2,86 persen usai alami penurunan terbesar sejak 3 Juli.

"Karena emas juga berdenominasi dolar AS, penguatan dolar AS menjadikan emas kurang menarik bagi investor yang pakai mata uang asing," ujar Marios Hadjikyriacos, Analis XM.

"Dolar AS telah melambung sejak kemarin, emas bertahan baik dengan area sekitar USD  1.200 memberikan dukungan penting," kata dia.

 

Rusia Tertekan

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Volatilitas pasar Rusia pun membebani global. Hal ini seiring AS umumkan sanksi dan potensi untuk putaran kedua dalam 90 hari. Hal tersebut mengguncang mata uang dan saham unggulan.

Rusia bersiap hadapi tekanan ekonomi lebih lanjut karena ketidakpastian atas komitmen pemerintahan Donald Trump untuk penegakan hukum. Di Moskow, rubel turun lima persen terhadap dolar AS.

Harga emas sedikit menguat usai inflasi menguat dari yang diperkirakan dan menunjukkan kenaikan yang berkelanjutan. Data inflasi menimbulkan skenario campuran untuk emas. Jangka pendek kemungkinan akan menjaga the Federal Reserve menaikkan suku bunga.

Data pemerintah AS menunjukkan tingkat inflasi inti 12 bulan naik menjadi 2,4 persen, yang merupakan tingkat tertinggi sejak September 2008. Pasar keuangan terus mengamati faktor yang mungkin membuat bank sentral AS tidak menaikkan suku bunga lebih banyak lagi pada 2018. Data inflasi menjaga proyeksi bank sentral AS terkait suku bunga.

Untuk pergerakan harga logam lainnya, harga perak untuk pengiriman September turun 16,7 sen atau 1,1 persen ke posisi USD 15.295 per ounce.

Selama sepekan, harga perak turun satu persen. Selain itu, harga tembaga turun 2,3 sen atau 0,8 persen ke posisi USD 2.7425 per pound.  Selama sepekan, harga tembaga turun 0,9 persen dan platinum susut USD 4,5 atau 0,5 persen ke posisi USD 829,60 per ounce.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya