LPS: Perbankan RI Kuat Hadapi Gejolak Ekonomi Global

Perbankan di Indonesia relatih baik setelah krisis 1998, apalagi dengan pengetatan aturan prudensial.

oleh Merdeka.com diperbarui 12 Sep 2018, 19:42 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2018, 19:42 WIB
20170203-KSSK-Rilis-Stabilitas-Keuangan-Indonesia-Jakarta-Sri-Mulyani-AY
(ki-ka) Ketua OJK Muliaman D Hadad, Menkeu Sri Mulyani, Gubernur BI Agus Martowardojo dan Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah usai rilis stabilitas keuangan Indonesia, Jakarta, (3/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah, menyatakan bahwa kondisi perbankan dalam negeri saat ini tengah siap dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia. Hal tersebut ditandai dengan pemberian kredit yang disalurkan perbankan lebih banyak menggunakan rupiah ketimbang dolar Amerika Serikat (AS).

"Perbankan kita relatih baik setelah krisis 1998, apalagi dengan pengetatan aturan prudensial dikatakan bahwa perbankan kita cenderung bermain di dalam negeri sendiri lebih banyak mereka condong memberikan kreditnya itu bahkan ke rupiah. Rata-rata cuma 14 persen pemberian kredit terhadap valuta asing (valas)," ungkap Halim saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (12/9/2018).

Selain pada pemberian kredit, penguatan perbankan dalam negeri juga tercemin dari net poin posision. Di mana perbankan sangat konserfatif dalam memberikan kredit dalam bentuk valas.

"Dan ini juga tercermin dari net open posision mereka (perbankan). Mereka enggak pernah lebih dari 10 persen padahal maksimumnya diberikan 20 persen perbandingan antara aset valas dikurangi dengan liabilitas valas,'" ungkapnya.

Dengan begitu, dirinya menilai, gejolak perekonomian dunia saat ini dampaknya tidak terlalu terlalu besar untuk sektor perbankan di dalam negeri. Sebab perbankan lebih banyak melakukan transaksi menggunakan Rupiah.

"Jadi perbankan kita gejolak kurs buat mereka mereka enggak takut karena sumber pendaptannya bukan dari valas. Dan mereka pendapatannya dari kredit dalam Rupiah itu," terangnya.

"Saya rasa mereka lebih rasional dalam artian ngapain saya susah-susah cari keuntungan kalau kredit dalam rupiah net interest margin 5 persen. Kalau dalam dolar paling cuma tipis berapa jadi mereka rasional mengejar profit," tutup Halim.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

LPS Dongkrak Bunga Penjaminan 25 Basis Poin

LPS Canangkan 2017 Sebagai Tahun Transformasi
Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) mencanangkan tahun 2017 ini sebagai tahun Transformasi.

Rapat Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menghasilkan keputusan menaikkan tingkat bunga penjaminan simpanan, untuk simpanan dalam rupiah di Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar 25 basis poin (bps). Sementara untuk valuta asing pada bank umum mengalami kemaikan sebesar 50 bps.

Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengungkapkan, rincian kenaikan untuk simpanan dalam rupiah naik 25 bps menjadi 6,50 persen dari sebelumnya 6,25 persen.

Sedangkan untuk simpanan bank umum valuta asing naik menjadi 50 bps menjadi 2,00 persen sebelumnya 1,50 perse dan untuk simpanan Rupiah di BPR menjadi sebesar 9,00 persen naik 25 persen dari semula 8,25 persen. 

"Kenaikan bunga penjaminan LPS ini berlaku mulai 13 September 2018 sampai dengan 12 Januari 2019," kata Halim di Kantornya, Jakarta, Rabu (12/9/2018).

Halim menuturkan, kebijakan ini ditetapkan dengan mempertimbangkan suku bunga simpanan perbankan yang masih menunjukan tren kenaikan dan berpotensi untuk berlanjut. Kenaikan ini juga sebagai bentuk respon atas kenaikan suku bunga kebijakan moneter.

Selain itu, kondisi risiko likuiditas masih relatif stabil namun terdapat tendensi meningkat di tengah tren kenaikan suku bunga simpanan dan membaiknya penyaluran kredit.

"Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski terdapat tekanan yang berasal dari penurunan nilai tukar dan volatilitas di pasar keuangan," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya