Ini Strategi Sri Mulyani Hadapi Kenaikan Suku Bunga The Fed

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen pada Rabu waktu setempat.

oleh Merdeka.com diperbarui 27 Sep 2018, 12:39 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2018, 12:39 WIB
Pemerintah rapat bersama Banggar
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi paparan dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung Nusantara II DPR, Kamis (31/5). Rapat terkait penyampaian kerangka ekonomi makro dan pokok kebijakan dalam RAPBN 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen pada Rabu waktu setempat. The Fed tercatat sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan sepanjang tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mangatakan, pemerintah akan terus menjaga fundamental ekonomi dalam negeri tetap kuat dalam menghadapi perubahan aktivitas ekonomi akibat kenaikan suku bunga the Fed.

"Pak Darmin (Menko Perekonomian) sudah sampaikan berkali-kali, kami akan tetap menjaga agar fundamental cukup kuat terus-menerus dari sisi kemampuan kalau ada perubahan yang kita semuanya sebetulnya sudah membaca," jelasnya di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Sri Mulyani mengatakan, the Fed masih akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali tahun depan. Artinya, suku bunga acuan bank sentral negara Paman Sam tersebut akan terus naik ke angka 3 persen.

"Itu berarti dari sisi perekonomian kita harus melihat bagaimana sensitifitasnya pada kegiatan ekonomi. Kemudian, kalau kita melihat thightening dari capital kita juga harus antisipasi dari sisi capital account kita," jelasnya.

Sementara itu, dari sisi external balance pemerintah akan terus menyeimbangkan antara current account defisit (CAD) dengan capital account. Sehingga kegiatan naik turunnya nilai tukar maupun dari sisi cadangan devisa, bisa tetap terjaga ke depan.

"Artinya, kalau ada movement itu ya kita melihat dalam scope yang dianggap normal. Kita anggap itu reaksi yang cukup normal dari perubahan yang terjadi. Kita akan menjaga jangan sampai perubahan itu, kemudian menimbulkan volatilitas yang akan mengganggu stabilitas Bank Indonesia," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin

Ilustrasi The Fed
Ilustrasi The Fed

Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen pada Rabu (26/9/2018). The Fed juga memprediksi ekonomi AS bakal terus tumbuh dalam tiga tahun ke depan dan mengakhir era suku bunga rendah.

Dilansir dari Reuters, Kamis (27/9/2018), The Fed  tercatat  sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan sepanjang tahun ini. Kenaikan ini akan menempatkan suku bunga pinjaman naik menjadi 3,4 persen.

The Fed menyatakan telah mengakhiri era kebijakan moneter yang akomodatif dan masih menaikkan suku bunga pada Desember mendatang. Tak hanya itu, suku bunga acuan akan naik tiga kali lagi pada tahun depan, dan satu peningkatan pada tahun 2020. 

"Hal yang orang-orang perhatikan, yang mereka lakukan dan lakukan, adalah menghapus kata 'akomodatif' sehubungan dengan kebijakan moneter mereka," kata Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors.

"Ini tampaknya berpotensi mengindikasikan bahwa mereka percaya kebijakan moneter menjadi kurang akomodatif dan semakin mengarah ke tingkat netral."

Sikap The Fed memperketat kebijakan ini diprediksi akan berlanjut hingga tiga tahun ke depan. Dolar AS melemah terhadap euro setelah rilis pernyataan kebijakan, kurva imbal hasil obligasi AS datar dan pasar saham naik.

The Fed melihat pertumbuhan ekonomi pada 3,1 persen lebih cepat dari perkiraan tahun ini dan terus berkembang cukup untuk setidaknya dalam tiga tahun depan, di tengah rendahnya angka pengangguran dan inflasi yang stabil di dekat target 2 persen.

"Pasar tenaga kerja terus menguat ... aktivitas ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat," kata The Fed dalam pernyataannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya