Wall Street Tumbang Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Penguatan Wall Street terhenti di akhir perdagangan usai The Fed menaikkan suku bunga acuan yang menandai berakhirnya kebijakan moneter akomodatif.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 27 Sep 2018, 05:02 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2018, 05:02 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street terhenti pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), sementara dolar AS naik usai Bank Sentral AS atau Federal Reserve (AS) menaikkan suku bunga acuan yang menandai berakhirnya kebijakan moneter akomodatif.

Dilansir dari Reuters, Kamis (27/9/2018), dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pasar kerja yang kuat, The Fed mengindikasikan akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada bulan Desember, tiga kali kenaikan di tahun depan, dan satu lagi pada 2020.

Meskipun dolar AS lebih tinggi, greenback sempat tersandung setelah keputusan The Fed. "Dolar yang kuat telah memorak-porandakan investasi internasional," kata Jamie Cox, Managing Partner di Harris Financial Group di Richmond, Virginia.

"Jika dolar turun itu sangat bullish untuk pasar negara berkembang, tapi di tempat lain penguatan dolar benar-benar menjadi masalah."

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 106,93 poin atau 0,4 persen menjadi 26.385,28, S & P 500 kehilangan 9,59 poin atau 0,33 persen menjadi 2.905,97 dan Nasdaq Composite turun 17,11 poin atau 0,21 persen menjadi 7.990,37.

Penguatan dolar AS  juga menekan dolar Kanada, yang mencapai level terendah dalam lebih dari seminggu. Kekhawatiran bahwa Kanada akan ditinggalkan dari kesepakatan perdagangan dengan mitra NAFTA turut membebani.

Imbal hasil obligasi AS turun, dengan kurva imbal hasil kini berada pada level rata-rata dalam lebih dari seminggu. The Fed melihat pertumbuhan ekonomi pada 3,1 persen lebih cepat dari perkiraan tahun ini dan terus berkembang cukup untuk setidaknya dalam tiga tahun depan, di tengah rendahnya angka pengangguran dan inflasi yang stabil di dekat target 2 persen.

 

Pasar Saham China

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sebelumnya pada Rabu, pasar saham China menguat setelah penyedia indeks global MSCI mengatakan bisa melipatgandakan pembobotan China dalam tolok ukur global. Itu memberikan dorongan baru untuk pasar yang telah didukung oleh ekspektasi stimulus dari pemerintah Negeri Tirai Bambu untuk mengimbangi dampak dari tarif AS.

Saham yang terdaftar di Shanghai ditutup hampir 1 persen lebih tinggi, pada level tertinggi delapan minggu dan Indeks Hang Seng, terdiri dari perusahaan-perusahaan besar Hong Kong, naik 1,15 persen. Indeks saham MSCI di seluruh dunia naik0,15 persen.

Indeks dolar naik 0,15 persen, dengan euro turun 0,25 persen menjadi USD 1,1741. Yen Jepang menguat 0,25 persen terhadap greenback di 112,74 per dolar AS.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya