Survei BI: Minggu Keempat September 2018 Deflasi 0,06 Persen

Hingga akhir tahun, inflasi diperkirakan berada di bawah target BI sebesar 3,5 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 28 Sep 2018, 16:42 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2018, 16:42 WIB
(Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu keempat September 2018 telah terjadi deflasi sebesar 0,06 persen secara month to month (mtm). Sedangkan secara secara year on year (yoy) mencapai 3,02 persen.

"Mengenai inflasi survei pemantauan harga sampai minggu keempat menunjukan deflasi minus 0,06 persen. Deflasi 0,06 ya month to month. Yoy 3,02 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat (28/9/2018). Perry menekankan, dengan angka tersebut semakin menunjukan inflasi semakin terjaga rendah dan stabil.

Dengan demikian, hingga akhir tahun, inflasi diperkirakan berada di bawah target BI sebesar 3,5 persen. "Akhir tahun ini inflasi akan di bawah titik tengah di bawah 3,5 persen plus minus 1 untuk akhir tahun ini. Berarti perkiraan kita kan di bawah titik tengah berarti di bawah 3,5 persen," kata Perry.

Perry menjelaskan, faktor penyebab terjadinya deflasi adalah kecenderungan harga komoditas pangan yang menurun.Terutama untuk bahan pangan seperti, bawang merah, cabai merah, telur ayam.

"Di samping koreksi tarif angkutan udara yang terus turun kan dulu tingginya angkutan udara itu pada saat lebaran kan koreksi di bulan bulan itu," ujar dia.

Sementara itu, Perry juga mengatakan, meski  permintaan dalam negeri naik tapi tekanan terhadap inflasinya masih tetap rendah. Sebab, perekonomian Indonensia, menurut dia masih berada di bawah output potensialnya. Demikian juga, kata Perry dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah tidak berpengaruh terhadap inflasi

Sebelumnya, BI akan kembali terjadi deflasi di September ini. Hal ini berdasarkan survei bank sentral dalam dua minggu pertama September.

"Mengenai inflasi, kalau dilihat dari survei pemantauan sampai minggu kedua bulan September diperkirakan September ini masih deflasi minus 0,04 month to month. Kalau secara year on yearnya 3,03 persen ya," kata Perry.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka

 

Deflasi Terjadi pada Agustus 2018

20151103-Ilustrasi Deflasi-iStockphoto
Ilustrasi Deflasi (iStockphoto)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Agustus 2018 mengalami deflasi sebesar 0,05 persen. Angka ini berbanding terbalik dibandingkan Juli 2018 yang mengalami inflasi sebesar 0,28 persen.

Deflasi Agustus 2018 tersebut lebih rendah dibandingkan Agustus 2017 yang mengalami deflasi sebesar 0,22 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan,‎ dengan deflasi ini berarti tingkat inflasi tahun kalender Januari-Agustus sebesar 2,13 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun Agustus 2018 ke Agustus 2018 3,20 persen.

"Inflasi pada Agustus 2018, berdasarkan perkembangan harga berbagai komoditas pada Agustus secara umum mengalami penurunan. Ini menggembirakan karena di bawah target, diharapkan inflasi tetap terkendali," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin 3 September 2018.

Dia menjelaskan, dari 82 kota IHK, 52 kota mengalami deflasi. Sedangkan 30 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi dialami Kota Baubau sebesar 2,49 persen dan deflasi terendah yaitu Jember sebesar 0,01 persen.

"Deflasi tertinggi di Baubau‎. Karena penurunan harga ikan segar dan transportasi udara," kata dia.

Sedangkan kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Tarakan 0,62 persen dan inflasi terendah yaitu Padangsidempuan dan Medas sebesar 0,01 persen.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya