Terkena Tsunami, Begini Kondisi Kapal Pelni

Kapal terdekat dengan pusat gempa adalah kapal perintis KM Sanus 39 dengan posisi sandar di Pelabuhan Wani, Pantoloan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Sep 2018, 17:51 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2018, 17:51 WIB
Pelni mendapat alokasi 15 kapal Sabuk Nusantara (Sanus) baru dari pemerintah.
Pelni mendapat alokasi 15 kapal Sabuk Nusantara (Sanus) baru dari pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta PT Pelni (Persero) memastikan armada kapalnya dalam kondisi aman usai terjadi gelombang tsunami yang dipicu gempa magnitudo 7,4 di Donggala, Sulawesi pada Jumat (28/9/2018).

Direktur Armada PT PELNI (Persero) M Tukul Harsono mengatakan,‎ kapal terdekat dengan pusat gempa adalah kapal perintis KM Sanus 39 dengan posisi sandar di Pelabuhan Wani, Pantoloan.

Kemudian KM Egon posisi laut Sulawesi dalam pelayaran menuju Bontang, Kalimantan Timur, dan kapal Tol Laut KM Logistik Nusantara 1 posisi di Tahuna, Sulawesi Utara.

"Untuk rekan-rekan Anak Buah Kapal (ABK) yang ada di KM Sanus 39 dalam keadaan aman dan masih berada di kapal dengan penerangan Motor Bantu emergency," kata Tukul, di Jakarta, Sabtu (29/9/2018).

KM Sanus 39 adalah kapal Perintis tipe 2000 Gross Ton (GT) yang sebelumnya beroperasi di Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau.

Kapal di Pantoloan karena dalam proses serah terima pengelolaan dari PELNI kepada operator swasta. "KM Sanus 39 tidak ada penumpang, ABK sejumlah 12 orang," tutur Tukul

Meskipun aman, namun posisi kapal berada di daratan Wani (Pantoloan). ‎Saat ini kondisi dermaga pelabuhan tersebut hancur dan kapal terseret gelombang ke daratan saat gempa yang baru saja terjadi di Donggala, posisi kapal saat ini di samping kantor KSOP Wani.

"Untuk persiapan bantuan, disiapkan kapal-kapal PELNI terdekat, yaitu KM Egon yang saat ini menuju Bontang dan kapal-kapal Sabuk Nusantara di Makasar dan Tahuna," tandasnya.

Pelabuhan di Kota Palu Rusak Parah Akibat Gempa

Gempa dan Tsunami Melanda Palu
Warga mengevakuasi kantong jenazah berisi jasad korban tsunami di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9). Gelombang tsunami setinggi 1,5 meter yang menerjang Palu terjadi setelah gempa bumi mengguncang Palu dan Donggala. (AP Photo)

Sejumlah fasilitas sarana dan prasana pelabuhan di wilayah Sulawesi Tengah mengalami kerusakan akibat gempa magnitudo 7,4 yang mengguncang wilayah tersebut, pada Jumat (28/9/2018).‎

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan R Agus H. Purnomo mengatakan, Pelabuhan Pantoloan yang berada di kota Palu mengalami kerusakan yang paling parah, dibandingkan pelabuhan lainnya yang ditandai dengan rubuhnya Quay Crane di Pelabuhan Pantoloan.

"Laporan sementara, Quay Crane di Pelabuhan Pantoloan rubuh dan dengan kondisi ini layanan kepelabuhanan dihentikan menunggu hasil pengecekan lebih lanjut di lapangan," kata Agus, di Jakarta, Sabtu (29/9/2018).

Sementara itu, laporan dari Pelabuhan Wani menyebutkan ada beberapa bangunan dan dermaga mengalami kerusakan. Sedangkan kapal KM Sabuk Nusantara 39 yang sedang bersandar di Pelabuhan Wani terlempar dan terbawa arus sejauh 70 meter dari dermaga, akibat gelombang tsunami yang menerjang wilayah tersebut kemarin.

Saat itu Kapal KM Sabuk Nusantara 39 dalam kondisi tidak ada penumpang. Total Anak Buah Kapal (ABK) ada 20 orang. Saat kejadian, ada 3 orang ABK yang sedang turun ke darat untuk bertemu keluarganya.

"Posisi kapal sendiri saat ini berada di sekitar 70 meter dari laut tepatnya di jalan menuju pelabuhan dan saat ini kapal menggunakan generator darurat untuk kelistrikannya," ujar Agus.

Kerusakan akibat gempa juga terjadi di Pelabuhan Ogoamas berupa adanya retak di Talaud dan terjadi pergeseran dermaga ke sisi kanan sepanjang 3 cm.

Selanjutnya, laporan yang masuk dari Pelabuhan Ampana, Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Belang-Belang dan Pelabuhan Majene kondisinya baik dan tidak ada kerusakan akibat gempa.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya