Bos IMF: Dunia Makin Sejahtera, tapi Banyak yang Tak Ikut Merasakan

Bos IMF menyebut banyak orang tak merasakan kesejahteraan, meski dunia makin maju.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Okt 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 13:00 WIB
Keberadaan Kampung di Jakarta
Anak-anak sekolah melintas di Kampung Kuningan Timur, Jakarta, Kamis (11/1). Permukiman warga miskin di kampung tersebut terlihat kontras dengan pembangunan hunian bertingkat mewah dan pusat-pusat perbelanjaan di sekitarnya. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Bali - Subjek tentang ketidaksetaraan (inequality) menjadi yang utama dibahas dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali. Isu itu disorot karena meski dunia makin sejahtera, tetapi banyak orang yang tidak ikut merasakannya.

Fakta itu disampaikan langsung Direktur Pelaksanan IMF Christine Lagarde dalam pidatonya, Jumat (12/10/2018). Presiden Joko Widodo dan delegasi 189 negara turut menyimak.

"Walaupun kerja sama dagang telah mendorong periode pertumbuhan dan kesejahteraan yang belum pernah dialami dalam 70 tahun terakhir, hal itu sekarang menghadapi cambukan balik, di antaranya banyak orang yang ditinggalkan (dalam pertumbuhan ekonomi)," ucap Lagarde.

Penelitian IMF menunjukkan bahwa ketidaksetaraan berkaitan dengan munculnya kaum marjinal, dan memiliki efek pada hidup kemasyarakatan dan kepercayaan. "Maka tak aneh banyak orang merasa marah dan terpinggirkan," ucap Lagarde.

Dalam upaya menangkal masalah ketidaksetaraan, IMF mengajak lebih banyak kerja sama dalam pemerintahan, sektor privat, dan warga sipil.

"Agar menumpas diskriminasi terhadap wanita, merancang reformasi pasar tenaga kerja, dan memperkuat pendidikan, pelatihan, dan sistem perlindungan sosial."

Lagarde menekankan betapa pentingnya kebijakan yang berpusat pada manusia. Ucapan Bos IMF itu senada dengan pesan Bos Bank Dunia terkait modal sumber daya manusia (SDM)

"Libatkan orang, bukan malah menyingkirkan mereka, dan persiapkan mereka untuk tranformasi teknologi," pungkas Lagarde.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Jokowi: Kita Harus Cegah Kehancuran Dunia Akibat Perubahan Iklim

Jokowi Bicara Perkembangan Fintech di IMF-Bank Dunia 2018
Presiden Joko Widodo saat berpidato dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). Jokowi mengingatkan dunia tentang bagaimana langkah tepat dalam mengatur perkembangan financial technology (Fintech). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh negara anggota IMF dan Bank Dunia untuk bersatu demi mencegah kehancuran dunia. Satu musuh bersama yang harus dihadapi dunia adalah perubahan iklim.

Saat membuka rapat pleno Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia di Nusa Dua Bali, Jokowi mengatakan bahwa seluruh dunia harus bersatu menghadapi ancaman global yang tengah meningkat pesat. Ancaman itu adalah perubahan iklim.

“Sudah sangat mendesak bagi kita untuk bertindak dalam skala besar-besaran guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tidak terkendali,” kata Jokowi, Jumat (12/10/2018).

“Kita perlu segera meningkatkan investasi tahunan secara global sebesar 400 persen untuk energi terbarukan. Untuk itu, kita harus bekerja bersama menyelamatkan kehidupan bersama kita," ucap dia.

Menurut Jokowi, sudah bukan waktunya lagi setiap negara hanya memikirkan ego sendiri dan harus segera meninggalkan rivalitas. Untuk menyelamatkan dunia, sudah saatnya seluruh negara bergandeng tangan, bekerja sama, dan berkolaborasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya