Bank Dunia Targetkan Akhiri Kemiskinan Ekstrem pada 2030

Bank Dunia dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali kali ini memaparkan ingin mengurangi angka kemiskinan di dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Okt 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 17:00 WIB
20161006-rakyat miskin-jakarta-FF5
Seorang ibu membawa anaknya mencari barang bekas dengan gerobak melintasi kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Kamis (6/10). Penduduk miskin di DKI Jakarta meningkat sebesar 15.630 orang atau meningkat 0,14% dari tahun sebelumnya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Nusa Dua - Bank Dunia dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali kali ini memaparkan ingin mengurangi angka kemiskinan di dunia. Bahkan pihaknya optimistis mampu mengakhiri kemiskinan ekstrem pada 2030.

Presiden Bank Dunia, Jim Jong Kim, mengatakan di tahun yang sama, pihaknya juga menargetkan 40 persen penduduk termiskin di dunia bisa naik kelas.

"Kami berkumpul di sini minggu ini untuk berbagi ide dan pendekatan baru untuk menjawab pertanyaan ini dan mempercepat kemajuan menuju sasaran kembar kami itu," kata Kim di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).

Kim mengatakan, dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, setidaknya sudah ada saru miliar penduduk di dunia yang keluar dari angka kemiskinan. Bahkan, saat ini, tingkat kemiskinan di dunia terendah sepanjang sejarah yang hanya 10 persen.

Dari jumlah 10 persen tersebut, setidaknya ada 736 juta orang masih berada di garis kemiskinan. Pendapatan masyarakat ini tidak lebih dari USD 1 per hari. Selain itu, masih ada seperempat penduduk di dunia yang memiliki penghasilan kurang dari USD 3 per hari.

Kim mengaku, kategori masyarakat ini mayoritas tinggal dengan Pendapatan Perkapitanya terbilang rendah. Upaya meningkatan pendapatan per kapita inilah yang juga menjadi misi Bank Dunia.

"Namun pada kenyataannya, laju pengentasan kemiskinan juga melambat, yang berarti bahwa kita harus mempercepat upaya kita," ujar dia.

Ada dua strategi yang dilakukan Bank Dunia demi mewujudkan misinya itu. Pertama, mendorong pertumbuhan ekonomi dibsetiap negara yang inklusif dan berkelanjutan dengan meningkatkan investasi sektor swasta, membantu negara-negara mengelola tingkat utang, dan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti financial technology (fintech).

Kedua, membangun kekuatan terhadap guncangan dan ancaman perubahan iklim dengan segera dan membantu negara-negara yang memiliki risiko ekonomi melalui penguatan pasar modal. (Yas)

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bos IMF: Dunia Makin Sejahtera, tapi Banyak yang Tak Merasakan

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menyimak diskusi Pemberdayaan Wanita di Dunia Kerja pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Bali, Selasa (9/10/2018). (www.am2018bali.go.id)
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menyimak diskusi Pemberdayaan Wanita di Dunia Kerja pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Bali, Selasa (9/10/2018). (www.am2018bali.go.id)

Sebelumnya, subjek tentang ketidaksetaraan (inequality) menjadi yang utama dibahas dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali. Isu itu disorot karena meski dunia makin sejahtera, tetapi banyak orang yang tidak ikut merasakannya.

Fakta itu disampaikan langsung Direktur Pelaksanan IMF Christine Lagarde dalam pidatonya, Jumat 12 Oktober 2018. Presiden Joko Widodo dan delegasi 189 negara turut menyimak.

"Walaupun kerja sama dagang telah mendorong periode pertumbuhan dan kesejahteraan yang belum pernah dialami dalam 70 tahun terakhir, hal itu sekarang menghadapi cambukan balik, di antaranya banyak orang yang ditinggalkan (dalam pertumbuhan ekonomi)," ucap Lagarde.

Penelitian IMF menunjukkan bahwa ketidaksetaraan berkaitan dengan munculnya kaum marjinal, dan memiliki efek pada hidup kemasyarakatan dan kepercayaan. "Maka tak aneh banyak orang merasa marah dan terpinggirkan," ucap Lagarde.

Dalam upaya menangkal masalah ketidaksetaraan, IMF mengajak lebih banyak kerja sama dalam pemerintahan, sektor privat, dan warga sipil.

"Agar menumpas diskriminasi terhadap wanita, merancang reformasi pasar tenaga kerja, dan memperkuat pendidikan, pelatihan, dan sistem perlindungan sosial."

Lagarde menekankan betapa pentingnya kebijakan yang berpusat pada manusia. Ucapan Bos IMF itu senada dengan pesan Bos Bank Dunia terkait modal sumber daya manusia (SDM)

"Libatkan orang, bukan malah menyingkirkan mereka, dan persiapkan mereka untuk tranformasi teknologi," pungkas Lagarde.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya