PGN Siap Pasok Gas ke Kawasan Industri Purwakarta

Nantinya PGN akan memenuhi kebutuhan gas bumi di kawasan yang dibangun MOS.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Nov 2018, 14:47 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2018, 14:47 WIB
20160921-Pekerja Jaringan Pipa Gas PGN-Jakarta- Helmi Afandi
Pekerja merawat jaringan pipa gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) di Jakarta, Rabu (21/9/2016). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menggandeng Jasa Tirta dan Multi Optimal Sentosa untuk menyediakan energi gas bumi di Kawasan Industri Purwakarta.

Direktur Utama PGN, Gigih Prakoso mengatakan, PGN menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) Perum Jasa Tirta II (PJT II) dan PT Multi Optimal Sentosa (MOS) untuk mengembangkan kawasan industri Purwakarta, Jawa Barat.

Melalui penandatanganan MoU antara ketiga pihak, pengembangan kawasan industri akan menghadirkan kenyamanan beraktivitas bagi pelaku industri yang menjadi penghuni kawasan.

"Apalagi, PGN maupun PJT II telah sarat pengalaman menangani banyak klien komersial, termasuk industri besar," kata Gigih, di Jakarta, Senin (5/11/2018).

Dia menyatakan, penandatanganan perjanjian tersebut mencerminkan sinergisitas yang kian kuat, antara entitas bisnis guna menggerakkan perekonomian nasional.

“Sinergi itu sangat dibutuhkan, pelaku industri harus bersinergi dengan pengembang kawasan, begitu pun pengembang kawasan mesti bersinergi pula dengan pihak lain, termasuk kepada penyedia fasilitas,” tutur dia.

Dalam MoU, menyebutkan nantinya PGN akan memenuhi kebutuhan gas bumi di kawasan yang dibangun MOS. Begitu pun untuk peran PJT II yang juga akan dimanfaatkan bagi pengembangan kawasan industri.

Selanjutnya, MoU akan lebih dimatangkan ke dalam perjanjian kerjasama ataupun dokumen tertulis lainnya. Kelak, perjanjian kerjasama itu akan dijadikan acuan untuk pemanfaatan fasilitas serta skema teknis lainnya.

"MOS merupakan pengembang kawasan industri terpadu di Purwakarta, Jawa Barat. Dalam pembangunan kawasan industri terpadu itu, MOS menggandeng PGN dan PJT II untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan pihak industri," tandasnya.

 

Infrastruktur Jadi Kunci Pemanfaatan Gas Alam Cair di RI

Qatar merupakan salah satu penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia
Qatar merupakan salah satu penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (AP Photos/Maneesh Bakshi, File)

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus mendorong agar pelaku usaha domestik turut memanfaatkan produksi gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dalam negeri.

Misi ini bisa tercapai jika kendala infrastruktur terkait pengiriman gas dari hulu ke hilir dapat teratasi. Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, mengatakan pihaknya tertantang memanfaatkan produksi LNG Indonesia untuk dipakai secara domestik dibanding diekspor ke luar negeri. 

"Mengapa kondisi itu terjadi? Waktu itu kita jadi eksportir terbesar LNG di dunia, tapi pemakaiannya di domestik tidak ada. Sekarang ada tapi masih minim," ungkap dia di Workshop Distribusi dan Pemanfaatan LNG Skala Kecil di City Plaza, Jakarta, Kamis (1/11/2018).

Dia menceritakan, sejak 1977 Indonesia sudah banyak mengekspor gas alam cair produksi Kilang Badak di Bontang, Kalimantan, ke Jepang. Namun, lanjutnya, pemakaian LNG di lingkup lokal masih sedikit sekali.

"Baru pada 2012 kargo pertama untuk domestik dikirim dari Bontang ke FSRU (Floating Storage & Regasification Unit) Jawa Barat. Artinya lama sekali kita baru bisa nikmati gas alam," imbuhnya.

Ia menuturkan, tren kenaikan kebutuhan gas bumi baru tumbuh pada periode 2000, terutama saat 2005 ketika harga minyak naik dan menjadi diatas 100 dolar per barel pada 2008.

"Seiring dengan itu, kebutuhan gas pipa jadi membesar. Bahkan 2013 pemanfaatan domestik lebih besar dari ekspor. Sekarang pemanfaatan domestik sekitar 60 persen," ujar dia.

Akan tetapi, ia menelusuri infrastruktur jadi kendala penyaluran LNG, khususnya dari Bontang menuju kawasan Indonesia bagian barat semisal Pulau Sumatera dan Jawa.

"Infrastruktur yang saya amati transportasi pakai kapal atau kontainer LNG, kok kayanya galangan kapal kita ga pernah buat kapal LNG. Berarti ada yang kita lupakan. 2015 kami diskusi dengan galangan kapal, dan sebenarnya teknologi mudah galangan kapal siap. Tapi yang saya heran sampai sekarang enggak ada yang bikin," tutur dia.

Oleh karena itu, ia coba mengajak pelaku usaha untuk berdiskusi bersama terkait pemanfaatan gas alam cair untuk sektor industri, sehingga bisa meningkatkan pemakaiannya di dalam negeri.

"Makanya saya mikir, coba kita diskusi. Kita lihat end to end supply chance, barangkali bisa saling nyambung antara konsumer, retailer, dan lain-lain. Jadi diharapkan kita bisa create bisnis bersama," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya