Harga Minyak Diprediksi Stabil sampai 2 Tahun ke Depan

Pasokan minyak akan berpengaruh pada harga, seperti yang terjadi pada beberapa bulan terakhir.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Nov 2018, 10:03 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2018, 10:03 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan riset dan konsultan global, Wood Mackenzie dan Bain & Company memprediksi harga minyak mentah dunia stabil dalam dua tahun ke depan. Hal tersebut merupakan dampak gejolak global yang mempengruhi pasokan minyak.

Direktur Riset Hulu Minyak and Gas Wood Mackenzie Asia Pasifik, Andrew Harwood mengatakan, Wood Mackenzie memprediksi harga minyak mentah stabil untuk 18-24 bulan ke depan atau lebih dari satu tahun ke depan.‎

Hal itu terjadi karena berkurangnya penawaran minyak dari Iran terkait sanksi Amerika Serikat (AS). Meski begitu, pasokan minyak dari AS diperkirakan akan meningkat.

“Kami berharap harga minyak akan tetap stabil setidaknya dalam 18 bulan ke depan,” kata ‎Harwood, di Jakarta, Kamis (29/11/2018).

Dia mengungkapkan, harga minyak dipengaruhi persediaan minyak mentah dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut ditunjukkan pada penurunan harga minyak pada beberapa waktu terakhir ini.

Sementara itu, Kepala Bidang Energi dan Sumber Daya Alam Asia Pasifik dari konsultan manajemen global Bain and Company, Brian Murphy sependapat dengan hal tersebut. Pasokan minyak akan berpengaruh pada harga, seperti yang terjadi pada beberapa bulan terakhir.

“Arah harga minyak pada bulan-bulan terakhir telah lebih selaras dibandingkan beberapa bulan sebelumnya,” tandasnya.

 

 

Harga Minyak Susut di Bawah USD 60 per Barel

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Harga minyak turun di bawah USD 60 per barel setelah persediaan minyak mentah AS naik untuk 10 minggu berturut-turut, di tengah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global.

Harga minyak juga naik dari posisi terendah, bersamaan dengan laju pasar saham, usai pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell, yang mengatakan risiko terhadap ekonomi AS relatif seimbang. Ini menunjukkan laju kenaikan suku bunga dapat melambat dalam beberapa bulan mendatang. 

Melansir laman Reuters, harga minyak mentah Brent LCOc1 turun 32 sen, atau 0,5 persen menjadi USD 59,89 per barel. Harga minyak sempat jatuh ke posisi USD 59,03 per barel.

Adapun harga minyak mentah AS turun 25 sen menjadi USD 51,31 per barel, naik dari sesi terendah di USD 50,61 per barel.

Dalam tiga hari terakhir, investor minyak memilih membeli saat terjadi penurunan, setelah minyak mentah berjangka turun 30 persen sejak awal Oktober.

Harga minyak turut dipengaruhi pernyataan Powell yang mengatakan the Fed tidak memiliki jalur kebijakan “pra-set”. Ini menunjukkan bahwa suku bunga tetap dari bank sentral dapat meningkat dalam beberapa bulan mendatang.

Powell telah banyak dikritik Presiden AS Donald Trump, yang meminta Fed mempertimbangkan kebijakannya. "Dia sekarang mengakui dalam posisi hampir netral yang menunjukkan mungkin tidak akan ada kenaikan suku bunga yang banyak di masa depan karena investor percaya. Ini tentu saja perubahan bahasa dan kabar gembira bagi para investor,” kata Jack Ablin, Kepala Investasi di Cresset Wealth Advisors di Chicago.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya