Perang Dagang: AS-China Gencatan Senjata Selama 90 Hari

AS dan China sepakat tidak saling menyerang dengan tarif selama 90 hari ke depan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Des 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 03 Des 2018, 07:00 WIB
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Buenos Aires - Di luar dugaan, pertemuan G20 berhasil mencairkan suasana perang dagang antara Amerika Serikat(China) dan China. Keputusan gencatan senjata dilakukan selama 90 hari.

Dilaporkan Bloomberg, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertatatap muka di meja makan malam bersama jajaran mereka. Turut mendampingi Presiden Trump adalah Menteri Keuangan Steve Mnuchin, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, serta Jared Kushner, menantu Trump sekaligus penasihat senior Gedung Putih.

Kedua pihak sama-sama menyambut positif hasil pertemuan. Selama gencatan senjata ini, kedua pihak akan mencari jalan keluar perang dagang. Dengan ini, AS tidak akan menaikkan tarif barang impor China senilai USD 200 miliar menjadi 25 persen, dan tetap 10 persen.

"Kedua pihak percaya bahwa tercapainya persetujuan prinsipil di antara kedua presiden telah secara efektif mencegah melebarnya gesekan ekonomi antara ke dua negara," jelas Menteri Luar Negeri China Wang Yi yang juga hadir di pertemuan bersama para pejabat tinggi Partai Komunis China.

Juru bicara presiden AS Sarah Sanders berkata pihak China juga sudah setuju untuk membeli lebih banyak produk agrikultur dan industri AS untuk mengurangi ketidakseimbangan dagang antara dua negara. Sebelumnya, China menyasar produk kedelai AS sebagai siasat balasan di perang dagang.

CGTN, media pemerintah komunis China, juga turut menuliskan hasil positif pertemuan tersebut, Presiden Xi juga disebut senang dapat bertemu dengan Presiden Trump. Selama G20 berjalan, Presiden Xi cenderung memakai retorika diplomatis dan berbicara keterbukaan dan inklusivitas dalam perdagangan global. 

"Kerja sama win-win adalah satu-satunya pilihan untuk komunitas internasional," ucap Xi.

Media China tersebut juga mengutip Wang Yi yang menjelaskan akan ada pertemuan lanjutan antara kedua belah pihak, dan bahwa AS dan China perlu memperkuat kerja sama untuk menjaga perdamaian dunia dan stabilitas. Wang Yi turut mencatat terdapat lebih banyak kepentingan bersama ketimbang perbedaan antara dua negara.

Tidak seperti biasanya, Trump belum banyak bicara di Twitter, baik itu mengenai isu perang dagang atau G20. Ia berkata akan menunggu sampai selesainya prosesi pemakaman mantan presiden George H.W. Bush sebelum memberi konferensi pers.

RI Ajak Negara G20 Perkuat Hubungan Multilateral Demi Kondisi Global Kondusif

Intan Umbari Prihatin/Merdeka.com
Wapres Jusuf Kalla menghadiri KTT G20.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga hadir di ajang tersebut dan menegaskan di hadapan para Kepala Negara G20 dan Pimpinan Organisasi Internasional untuk kembali dengan komitmen bersama mewujudkan kemitraan multilateral yang kuat.

Pandangan Indonesia tersebut senada dengan sebagian besar negara G20 lainnya, yang menginginkan kondisi global kondusif untuk memperbaiki pertumbuhan pembangunan yang menyeluruh.

"Pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim adalah dua isu global yang terkait erat yang perlu diatasi secara bersama-sama," jelas Jusuf Kalla yang ditunjuk sebagai pembicara utama (lead speaker) dengan tema Building Consensus, seperti dikutip dari keterangan pers yang dimuat Liputan6.com, Minggu (2/12/2018).

KTT G20 yang berakhir tanggal 1 Desember 2018 di Buenos Aires, Argentina telah menghasilkan kesepakatan sebuah Deklarasi (G20 Leaders’ Declaration Building Consensus for Fair and Sustainable Development).

Deklarasi ini merupakan hasil negosiasi yang alot dilakukan secara marathon dan intensif sejak seminggu yang lalu oleh tim negosiator sherpa dan finance-track G20.

Deklarasi yang akhirnya dapat diselesaikan di penghujung KTT memuat isu-isu penting yang memerlukan tindakan secara bersama di tingkat global.

Beberapa isu penting yang di maksud diantaranya perdagangan internasional yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global, kerjasama multilateral berdasarkan rules-based international order, dan sistem keuangan international yang stabil.

Dibahas pula penanganan masalah migrasi dan pengungsi, perubahan iklim, ketahanan pertanian dan energi, digitalisasi ekonomi yang dapat mendukung pemerataan pembangunan dan keuangan inklusif, hingga isu-isu terkait penanganan anti korupsi, dan usaha menghentikan pengaliran dana terkait terorisme maupun kejahatan lainnya.

Indonesia berhasil memasukan dalam deklarasi isu yang menjadi kepentingan dan prioritas, di antaranya yakni pengembangan inovasi keuangan melalui bisnis model dengan digitalisasi ekonomi dan isu referensi energi terbarukan.

"Indonesia mendesak negara-negara G20 untuk memperkuat kemitraan kita dalam memobilisasi investasi sektor swasta; inovasi; dan transfer teknologi," ujar Wapres dalam intervensinya pada rangkaian akhir KTT G20 yang mengambil tema "Embracing the Opportunities".

Berakhirnya KTT G20 di Buenos Aires menandai berakhirnya Presidensi Argentina tahun 2018. Kepemimpinan G20 selanjutnya tahun 2019 beralih kepada Jepang.

G20 merupakan forum kerja sama negara-negara perekonomian besar dunia yang secara kolektif mewakili 85% GDP dunia, 75% perdagangan global dan 2/3 penduduk dunia. G20 beranggotakan 19 negara (Amerika Serikat, Afrika Selatan, Argentina, Australia, Brazil, China, Kanada, Jepang, Jerman, India, Indonesia, Italia, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Saudi Arabia, Turki dan 1 Kelompok Regional (Uni-Eropa).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya