Menteri Susi Studi Pengembangan Teknologi Kelautan di Monaco

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengajak peneliti ikut menyelamatkan terumbu karang dunia.

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Des 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 06 Des 2018, 11:15 WIB
(Foto: Dok Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Foto: Dok Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengajak peneliti ikut menyelamatkan terumbu karang dunia. Hal ini mengingat jumlah terumbu karang dunia termasuk di Indonesia turun drastis akibat pemanasan global.

Susi Pudjiastuti menyampaikan hal itu saat kunjungan kerja di Monaco, Selasa 4 Desember 2018. "Terumbu karang Indonesia saat ini tengah menghadapi ancaman. Tak hanya di Indonesia, di dunia pada umumnya jumlah terumbu karang terus menurun drastis akibat global warming, penangkapan ikan ilegal, dan kegiatan merusak manusia lainnya. Ini harus menjadi perhatian bersama," ungkap Susi, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (6/12/2018).

Susi pun mengajak semua peneliti untuk ikut menyelamatkan terumbu karang dunia.

Dalam kunjungan kerjanya, Susi Pudjiastuti didampingi Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi dan Duta Besar (Dubes) Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) untuk Prancis merangkap Andora dan Monaco, Letjen (Purn) Hotmangaradja MP Pandjaitan mengunjungi Pusat Ilmiah Monaco (The Scientific Center of Monaco). 

Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat dan mempelajari pusat ini sebagai referensi pembangunan  Pangandaran Integrated Aquarium and Marine Research Institute (PIAMARI) dan Morotai Integrated Aquarium and Marine Research Institute (MIAMARI) yang pembangunannya akan selesai dalam waktu dekat. 

Sebagai informasi, pusat ilmiah ini dibangun Pemerintah Monaco pada 1960 untuk kebutuhan studi berkelanjutan mengenai ekosistem pantai karang tropis dan mediterania. Dalam penelitiannya, pusat ilmiah ini menggunakan pinguin sebagai indikator perubahan ekosistem kutub.

Pinguin juga digunakan untuk menerjemahkan penelitian dasar ke dalam layanan klinis, seperti senyawa anti kanker, terapi gen penyakit neuromuskular, dan studi mikrobiota manusia.

 

Melakukan Studi Lanjutan

(Foto: Dok Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Foto: Dok Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Dalam kunjungan tersebut, Susi dan rombongan delegasi RI diterima oleh Presiden Pusat Ilmiah Monaco, Patrick. Mereka berdiskusi mengenai perkembangan penangkapan ikan ilegal dan kondisi terumbu karang Indonesia.

Selanjutnya, rombongan melakukan studi lanjutan dengan melihat-lihat fasilitas yang tersedia di Pusat Ilmiah Monaco didampingi peneliti Biologi Laut, Didier Zocolla.

Di hari yang sama, rombongan juga bertemu dengan Honorary Consul RI untuk Monaco, Mahmoud Shaker Al-Abood guna membahas peluang dan hubungan kerja sama  kedua negara di bidang kelautan dan perikanan dan hal terkait lainnya.

Sebelumnya, Menteri Susi bersama rombongan juga menghadiri rapat koordinasi Keketuaan Bersama International Coral Reef Initiative (ICRI) di Museum Oseanografi Monaco.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi bertemu dengan Minister Plenipotentiary, Special Adviser to the Prime Minister on Sustainable Development Issues Monaco, Bernard Faultier; Vice-president Chief Executive Officer of the Prince Albert II of Monaco Foundation; dan Margareth Johnson General Manager of Great Barrier Reef Marine Park Authority Australia.

Pertemuan tersebut merupakan pre-meeting Keketuaan Bersama ICRI 2018-2020 (Indonesia, Monaco, dan Australia) sebelum penyelenggaraan Sidang Umum ke-33 ICRI pada 5-7 Desember 2018 di Monaco.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya