Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali kecewa atas langkah Bank Sentral AS atau The Fed yang menaikkan suku bunga. Trump menyebut langkah itu terlampau terburu-buru.
"Mereka menaikan suku bunga terlalu cepat karena mereka pikir ekonomi sedang baik. Tetapi saya pikir bahwa mereka akan segera paham," ujar Trump di Oval Office seperti dilaporkan CNBC, Rabu (26/12/2018).
Trump juga mengirimkan kepercayaan dirinya kepada para pebisnis AS dan menyebut para perusahaan di negaranya sebagai yang terhebat di dunia.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi saya pikir ini adalah peluang besar untuk membeli," ujarnya.
Namun, analis Yahoo! Finance menyebut Trump dan Bank Sentral sama-sama ambil adil dalam membuat volatilitas saham. Sempat pula beredar kabar pemecatan Gubernur Bank Sentral AS walau itu telah dibantah pihak Gedung Putih.
Tepat sebelum Natal, Trump menyebut Bank Sentral sebagai sumber masalah ekonomi, dan tidak memahami efek perang dagang, yang dianggap Trump penting, serta perihal dolar As yang kuat. Trump pun menyamakan the Fed seperti pemain golf yang tak mampu mencetak angka.
"Satu-satunya masalah pada ekonomi kita adalah the Fed. Mereja tidak memiliki rasa terhadap Pasar, mereka tak paham perlunya Perang Dagang atau Dolar As yang Kuat atau bahkan Penutupan (Pemerintah) oleh Demokrat terkait Perbatasan," cuit Trump beberapa jam sebelum Natal.
Langkah kenaikan suku bunga AS pada Rabu lalu telah diprediksi luas sebelumnya. Ini adalah kali keempat Bank Sentral AS melakukannya tahun ini.
Indonesia Harus Antisipasi Kebijakan Suku Bunga The Fed di 2019
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (P2E-LIPI), Maxensius Tri Sambodo, meminta pemerintah tetap mewaspadai kebijakan kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve atau The Fed. Di mana, suku bunga acuan The Fed telah kembali naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25 persen - 2,50 persen.
Maxensius mengatakan, tidak menutup kemungkinan di tahun depan The Fed akan kembali menaikan suku bunga acuan. Pertimbangan tersebut diambil lantaran Bank Sentral Amerika Serikat (AS) itu melihat volatilitas pasar keuangan serta melambatnya pertumbugan global.
"Memang sampai tahun depan kita akan hadapi gejolak seperti itu, The Fed akan terus menaikan suku bunga. Tantangan kita saat ini adalah bagaimana kita meyakinkan bahwa ini akan berikan dampak," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (20/12/2018).
Maxensius menyebut, secara dampak apabila The Fed kembali menaikan suku bunga acuan di 2019, maka secara otomatis akan menghantam perekonomian Indonesia, terutama nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Oleh karenanya, pemerintah perlu membentengi diri dan merespon berbagai kebijakan The Fed.
"Kalau The Fed naik pasti Rupiah akan gonjang ganjing, klo Rupiah gonjang ganjing dampaknya ke CAD (Current Account Deficit) dan sebagiannya," imbuhnya.
Advertisement