6.314 Rumah Tangga di Kota Pasuruan Gunakan Gas Bumi‎

Sebanyak 6.314 rumah tangga di Kota Pasuruan, Jawa Timur telah menggunakan gas bumi untuk bahan bakar memasak.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Jan 2019, 20:20 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2019, 20:20 WIB
Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Pasuruan - Sebanyak 6.314 rumah tangga di Kota Pasuruan, Jawa Timur telah menggunakan gas bumi untuk bahan bakar memasak. Hal ini usai jaringan gas yang dibangun PT Perusahaan Gas Negara (PGN) telah resmi beroperasi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, mengatakan pada 2018 pemerintah dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membangun 89.906 sambungan rumah (SR). Sekitar 6.314 SR di antaranya dibangun di Kota Pasuruan.

Program pembangunan jaringan gas rumah tangga ini merupakan wujud keberpihakan pemerintah kepada masyarakat, dengan mengalokasikan APBN untuk kegiatan dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama lapisan menengah ke bawah.

"Pembangunan jaringan gas kota (jargas) merupakan salah satu wujud pemanfaatan dana APBN untuk kegiatan yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat," kata Menteri Jonan, saat meresmikan pengoperasian jargas di Pasuruan, Selasa (8/1/2019).

Menurut Menteri Jonan, jaringan gas bumi untuk rumah tangga memiliki banyak keunggulan. Gas yang dialirkan melalui pipa ke pelanggan merupakan gas alam (Natural Gas) yang bersih.

Selain itu, gas bumi jauh lebih aman karena tekanan jargas lebih rendah dari tekanan Liqufied Petroleum Gas (LPG). Sehingga jika terjadi kebocoran gas langsung naik ke atas ke udara bebas, tidak mengendap seperti LPG.

Keunggulan lain adalah penghematan baik dari sisi konsumen maupun pemerintah. Penggunaan jargas dapat mengurangi biaya rumah tangga sekitar Rp 90.000 per bulan per keluarga.Jargas juga lebih praktis, bersih, murah, mengalir 24 jam, dan aman dibandingkan tabung LPG 3 kg.

Selain itu, program jargas juga akan menghemat subsidi LPG 3 kg dalam APBN dan dapat memangkas impor LPG yang mayoritas bahan bakunya diimpor.

"Kebutuhan LPG 6,5 juta ton dalam setahun, yang diproduksi dalam negeri 2-2,5 juta ton, kira-kira 4-4,5 juta ton di impor itu nilainya Rp 35-40 triliun, dengan ada sambungan gas ini negara secara keselurhan dengan mengurangi impor bisa menghemat devisa," jelasnya.

Direktur Utama PGN, Gigih Prakoso, mengungkapkan penambahan infrastruktur distribusi gas ini merupakan upaya bersama menciptakan ketahanan energi nasional. Tak hanya itu, lanjutnya, lewat pembangunan Jargas ini menunjukan keseriusan pemerintah dalam hal pembangunan ekonomi nasional.

"Penggunaan gas bumi untuk rumah tangga akan lebih efisien, sehingga secara jangka panjang akan menguatkan daya beli masyarakat," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya