Liputan6.com, Jakarta - PriceWaterhouseCoopers (PwC) merilis hasil penelitian yang menyebutkan hampir 30 persen pimpinan perusahaan yakin bahwa pertumbuhan ekonomi global dalam 12 bulan ke depan akan menurun. Jumlah itu sekitar enam kali dari angka 5 persen pada tahun lalu.
Temuan itu didapatkan berdasarkan hasil survei tahunan PwC ke-22 terhadap lebih dari 1.300 CEO seluruh dunia yang diluncurkan Secara, 21 Januari 2019, dalam acara World Economic Forum Annual Meeting di Davos, Swiss.
Advertisement
Baca Juga
Global Chairman of PwC Bob Moritz mengatakan, pandangan dari CEO tentang perekonomian global tersebut seolah mencerminkan prospek ekonomi di negara-negara besar yang sedang mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonominya pada tahun ini.
"Dengan memanasnya suhu perdagangan dan meningkatnya proteksionisme, cukup beralasan untuk mengatakan bahwa optimisme pertumbuhan ekonomi bakal terakselerasi memudar," tegas dia dalam sebuah keterangan tertulis, Selasa (22/1/2019).
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Artificial Intelligence
Di sisi lain, penemuan tersebut menjabarkan, sebanyak 85 persen CEO setuju bahwa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan drastis mengubah sektor usaha selama 5 tahun ke depan, atau hampir dua per tiga memandang AI sebagai sesuatu yang akan mempunyai dampak lebih besar daripada internet.
Territory Senior Partner of PwC Indonesia Irhoan Tanudiredja menyampaikan, mayoritas CEO di kawasan Asia Pasifik pun meyakini AI bakal punya dampak besar ke depannya.
"Hampir sepertiga CEO mempunyai rencana untuk mengupayakan AI dalam 3 tahun ke depan, sedangkan sepertiga sisanya telah memperkenalkan AI dalam organisasinya, namun hanya untuk penggunaan terbatas," urai dia.
Kesenjangan keterampilan disebutkannya juga merupakan salah satu faktor yang menghambat perkembangan implementasi AI, sehingga dinilai perlu memanfaatkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Selain itu juga perlu melakukan edukasi di masa mendatang agar banyak orang memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses," ujar dia.
Advertisement