Pemerintah Cari Solusi Cegah Lifting Minyak Blok Cepu Turun Akibat Hujan

Proses ‎lifting Blok Cepu yang dioperatori Exxon Mobil Limmited berpotensi terganggu, akibat intensitas hujan tinggi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Feb 2019, 16:45 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2019, 16:45 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Menjelang musim hujan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencari solusi untuk menghindari penurunan produksi siap jual (lifting) minyak dari Blok Cepu akibat gangguan cuaca.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, proses ‎lifting Blok Cepu yang dioperatori Exxon Mobil Limmited berpotensi terganggu, akibat intensitas hujan tinggi. Hal ini yang berpotensi menurunkan produksi minyak dari blok tersebut.

"Kalau cuaca seperti ini ada indikasi (penurunan produksi). Sekarang sih masih (normal)," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2‎/1/2019).

Menurut Arcandra, kondisi tersebut harus diantisipasi sebelum intensitas hujan kian tinggi. Ini karena seluruh minyak dari Blok Cepu dengan rata-rata produksi di atas 200 ribu barel per hari, direncanakan memasok kilang PT Pertamina (Persero).‎

Adapun saat ini Pertmina sedang melakukan negosiasi, agar bisa membeli minyak bagian Exxon dari Blok Cepu sekitar 30 ribu barel per hari. ‎"‎Liftingnya Exxon yang di Blok Cepu, crude ke Pertamina. Kalau cuaca jelek kan liftingnya terganggu," tutur dia.

‎Arcandra pun mengumpulkan beberapa pihak, diantaranya Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas bumi (SKK Migas), untuk mencari solusi agar lifting minyak dari Blok Cepu tidak turun saat musim hujan.

"Makanya mau bahas itu bagaimana atasi lifting yang 220ribu. Mau cari jalan keluar bagaimana pertahankan yang 220ribu," tandasnya.

 

Pertamina Mulai Transisi Pengelolaan Blok Rokan

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

PT Pertamina (Persero) memulai masa transisi pengolahan Blok Rokan di Riau untuk menjaga tingkat produksi minyak. Transisi dilakukan sebelum Pertamina resmi ‎menjadi operator pasca kontrak Chevron Pacific Indonesia habis pada 2021.

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan, perusahaan sudah membuat anak usaha untuk mengelola Blok Rokan pada 22 Desember 2018, serta menandatangani ketentuan dimulainya masa transisi dengan Chevron Pacific Indonesia.

‎"Jadi sudah terjadi penandatanganan transisi antara Pertamina dan Chevron,"‎ kata Dharmawan, saat menghadiri Workshop Media 2019, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Dia menyebutkan, dalam masa transisi Pertmina akan melakukan peremajaan ruas pipa Minas-Duri-Dumai, Balam-Bangko-Dumai. Pipa tersebut diganti lebih awal sebelum 2021, untuk menghindari penghentian kegiatan operasi saat Pertamina sudah menjadi operator.

Saat ini Pertamina sedang melakukan kajian untuk penggantian pipa, sehingga proyek tersebut bisa diesekusi pada tahun ini. Namun dia belum bisa menyebutkan investasinya.

"Harus diganti sebelum 2021 karena memang sudah harus diganti, tetapi kalau harus menunggu 2021 pipa itu bisa berhenti produksi harus dirawat," tutur dia.

Dia melanjutkan, dalam masa transisi Pertamina juga melakukan pengeboran sumur di Blok Rokan. Hal ini untuk mempertahankan tingkat produksi minyak dari Blok Rokan yang menjadi andalan produksi nasional.

"Kedua adalah program pengeboran yang memungkinkan Pertamina partisipasi, ini tidak sederhanan karena secara legal masih dikelola Chevron‎," tuturnya.

Menurut Dharmawan, dalam masa transisi akan dilakukan transfer pengetahuan pengelolaan Blok Rokan‎ dari pihak Chevron Pacific Indonesia.‎"Tindak lanjut komite dilakukan secara periodik, untuk mendesain rencana. Ini sebuah model sangat baik," tandasnya.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya