Cerita Lucu Miliarder Afrika Saat Yakinkan Dirinya Kaya Raya

Orang terkaya Afrika ini lakukan hal yang lucu untuk membuktikan dirinya kaya.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 13 Apr 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2019, 12:00 WIB
Aliko Dangote
Orang Terkaya di Afrika

Liputan6.com, Abuja - Orang terkaya Afrika, Aliko Dangote mempunya cerita lucu dibalik kisahnya menjadi orang kaya.

Dilansir dari AFP, ia pernah tarik tunai hingga puluhan juta dolar AS hanya untuk memastikan jika saat ini ia benar-benar kaya. Kaya yang ia maksud, kaya berupa fisik dan bukan hanya di atas kertas.

"Saya pernah menarik tunai USD 10 juta (atau lebih dari Rp 141 miliar, asumsi kurs Rp 14.144 per dolar AS) dari bank, menaruhnya di bagasi mobil dan memandangi uang tersebut di kamarnya," ujar Dangote.

Sembari memandangi uang tersebut, Dangote berkata dalam hati "Sekarang saya percaya sudah kaya dan memiliki uang".

Kemudian setelah ia yakin akan kekayaan yang saat ini dicapainya, Dangote lalu mengembalikan uang tersebut ke bank ke esokan harinya.

Berdasarkan data dari Bloomberg Billionaires Index, pengusaha asal Nigeria itu kini menempati peringkat ke-76 orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai USD 16,4 miliar atau lebih dari Rp 232 triliun.

Dalam wawancaranya, Dangote berpesan agar pengusaha muda Afrika agar tidak terbuai akan kesuksesan pertama yang diraihnya. Ia pun mengatakan, ada dua sektor yang sangat menjanjikan untuk masa depan Afrika di antaranya pertanian dan teknologi.

 

 

Kaya Raya, Miliarder Terhemat Ini Hanya Habiskan Rp 5 Juta per Bulan

Zong Qinghuo
Zong Qinghuo

Tentunya sebagai seorang miliarder akan sangat mudah baginya untuk hidup dengan mewah, namun tidak dengan miliarder asal China satu ini, Zong Qinghuo. Salah satu miliarder China ini pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di China selama tiga tahun berturut-turut semenjak 2010 hingga 2013, dan saat ini dinobatkan menjadi 'Miliarder Terhemat'.

Pasalnya, ia hanya menghabiskan RM 2.400 atau Rp 5 juta (Kurs 1 RM = Rp 2.106) tiap bulannya. Sungguh luar biasa bukan?

Meskipun ada beberapa miliarder dunia seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg yang memilih hidup sederhana, namun kehidupan mereka masih kalah jauh sederhana dengan Zong Qinghuo.

Dilansir dari laman World of Buzz, ternyata jumlah kekayaan pria 74 tahun ini yang didapatkan dari perusahaan minuman terbesar China, 'Wahaha' mencapai USD 11,4 miliar atau Rp 161,3 triliun (Kurs USD 1 = Rp 14.150).

Tentunya dengan kekayaannya yang mencapai ratusan triliunan ini, ia bisa saja hidup mewah dan membeli apapun yang diinginkannya. Namun Zong tidak melakukannya karena sebelum menjadi kaya raya, Zong sempat hidup miskin.

Zong lahir dari keluarga yang tidak mampu. Sang ibu yang menjadi tulang punggung keluarga hanya memiliki gaji yang kecil dari menjadi guru. Untuk menambah penghasilannya, Zong yang saat itu baru lulus Sekolah Menengah Atas dan berusia 17 tahun ini akhirnya bekerja sebagai seorang petani di ladang garam dekat desanya di Hangzhou, China.

Selain menjadi petani garam, ia juga bekerja serabutan mulai dari bekerja di bidang konstruksi hingga pengantar susu. Setelah 15 tahun bekerja di desa tetangga, akhirnya Zong memutuskan kembali ke desanya dan bekerja sebagai pegawai toko. Darisini, ia hanya mendapatkan gaji sebesar 30 yuan atau Rp 63 ribu per bulannya.

Jalan suksesnya mulai terbuka sejak ia berusia 42 tahun. Zong telah berhasil mengambil alih sebuah pabrik kecil dan memulai memproduksi minuman berkarbonasi dan es loli. Untuk menjual produknya, Zong menggunakan sepeda dan ia berhasil mengumpulkan 220 ribu yuan atau Rp 463 juta dalam waktu satu tahun. Angka ini tentunya sangat melampaui target awalnya senilai 100 ribu yuan atau Rp 210 juta.

Darisini lah, Zong mendapatkan ide untuk berbisnis kedepannya dengan membuat merek minumannya sendiri, 'Wahaha'. Pada 1988, Wahaha telah memproduksi minuman untuk bayi dan sangat cepat menuasai pasar. Berkat ini, bisnis Zong pun mulai berkembang hingga akhirnya ia melakukan eskpansi usaha.

Selanjutnya, ia mengambil alih pabrik lain yang memproduksi makanan kaleng. Setelah itu, ia mulai memproduksi minuman botol yang saat itu belum umum di China. Melalui ini, ia pun sangat berhasil untuk menarik banyak konsumen untuk mencoba produk dan minuman kemasan. Produk ini juga dipandang sebagai barang mewah karena minuman kaleng ini hanya disajikan untu kalangan atas pada masa itu.

Saat ini, Wahaha telah menjadi produsen minuman terbesar di China namun Zong tetap setia untuk hidup dengan sederhana. Selain menghabiskan uang sekitar USD 20 atau Rp 283 ribu per harinya, Zong juga lebih sering memakai pakaian, sepatu bahkan tas yang biasa saja kemanapun ia pergi.

Zong memang sangat berbeda dibanding miliarder dunia lainnya. Jika miliarder dunia lainnya lebih suka makan di hotel berbintang, namun Zong lebih menyukai makanan sederhana dan ia juga sering makan bersama dengan pegawainya pada jam makan siang. Karena kedekatan tersebut, Zong dipanggil 'kakak' oleh para pegawainya.

Tak Terkalahkan, Raja Muslim Ini Jadi Orang Terkaya Sepanjang Masa

Kaisar Terkaya dalam Sejarah yang Tak Banyak Dikenal
Siapa orang terkaya dalam sejarah? Bukan Bill Gates ataupun Henry Ford, namun Mansa Musa I, Kaisar Mali Abad ke-12.

Siapa tak mengenal Jeff Bezos? Pendiri Amazon ini merupakan orang terkaya dunia versi Majalah Forbes pada 2019. Dengan perkiraan total kekayaan mencapai USD 131 miliar, dia merupakan orang paling tajir di dunia dalam sejarah modern.

Namun begitu, bukan berarti Jeff Bezos adalah manusia paling kaya sepanjang masa. Titel tersebut rupanya dipegang oleh seorang raja muslim yang berasal dari kawasan Afrika Barat dan hidup pada abad ke-14, Mansa Musa.

"Melihat catat kontemporer tentang kekayaan Musa itu sangat mencengangkan, sehingga hampir tidak mungkin untuk menghitung betapa kaya dan besar dia sebenarnya," ucap Profesor Sejarah Universitas California, Rudolph Butch Ware, seperti dikutip BBC.com, Senin (8/4/2019).

Adapun pada 2012 lalu, situs Celebrity Net Worth sempat memperkirakan kekayaan Mansa Musa mencapai sekitar USD 400 miliar. Pernyataan itu dibantah para pakar sejarah ekonomi, yang menyetujui bahwa kepemilikan hartanya mustahil ditakar dengan jumlah angka.

Lantas, siapa sebenarnya Mansa Musa ini?

Mansa Musa pada zamannya merupakan sosok fenomenal. Penguasa Mali ini punya kendali penuh atas produksi emas paling murni yang paling diincar orang-orang kala itu.

Dia terlahir pada 1280 sebagai anggota dari keluarga Kerajaan Mali. Dia naik tahta sebagai raja pasca kerajaan ditinggal oleh kakaknya Mansa Abu-Bakr yang memutuskan untuk melakukan ekspedisi menyeberangi lautan bersama ribuan orang lainnya.

Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Mali berkembang pesat dengan mencaplok sebanyak 24 kota, termasuk Timbuktu. Kerajaan ini terbentang sejauh 2.000 mil dan berdiri di atas negara-negara modern seperti Senegal, Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Gambia, Guinea-Bissau, Guinea, sampai Pantai Gading.

Kekuasaan sebesar itu lantas menghadirkan banyak kekayaan alam juga seperti emas dan garam. Merujuk catatan British Museum, hampir setengah dari produksi emas dunia pada saat itu dimiliki oleh Kerajaan Mali dibawah rezim Mansa Musa.

Publik dunia baru tersadarkan atas kekayaannya saat ia yang seorang Muslim melakukan perjalanan ke Mekkah. Sang Raja dikabarkan meninggalkan Mali bersama rombongan karavan berisikan 60 ribu orang, termasuk 12 ribu orang budak yang seluruhnya mengenakan busana brokat dan sutra Persia, serta barisan unta yang membawa ratusan pon emas murni.

Perjalanan itu rupanya memberi kesan mendalam kepada beberapa kota yang disinggahinya. Seperti yang diceritakan al-Umari, yang melaporkan bahwa Sang Raja begitu dipuja oleh masyarakat Kairo.

Saat tinggal di Kairo selama tiga bulan, Mansa Musa membagikan emas kepada penduduk setempat, hingga menyebabkan harga emas di kawasan tersebut anjlok selama 10 tahun dan menghancurkan ekonomi.

Perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat, SmartAsset.com, bahkan memperkirakan, ziarah Mansa Musa tersebut menyebabkan kerugian ekonomi hingga USD 1,5 miliar di seluruh kawasan Timur Tengah akibat depresiasi emas.

Kemakmuran Mansa Musa dan Kerajaan Mali ini terus berlanjut hingga Sang Raja wafat di usia 57 tahun pada 1337. Sayangnya, setelah ditinggal sang pemilik tahta, pewarisnya tak bisa mempertahankan harta sehingga kekaisaran besar itu runtuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya