Liputan6.com, Karawang - Menteri BUMN, Rini Soemarno mengingatkan, nasabah Jiwasraya untuk tidak khawatir dengan pembayaran polis yang tengah bermasalah.
Seperti diketahui Jiwasraya saat ini tengah terlilit kasus gagal bayar JS Saving Plan yang sudah jatuh tempo. Rini mengungkapkan, pihaknya saat ini tengah restrukturisasi dan penguatan perusahaan tersebut.
"Nah yang kita lakukan sekarang perbaikan, penguatan. Misal nasabah khawatir saya bilang tidak perlu khawatir, BUMN akan selamanya menjaga," kata dia saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia menegaskan, hal tersebut juga merupakan mandat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab persoalan yang menimpa Jiwasraya adalah persoalan yang sudah cukup lama.
"Jiwasraya itu justru persoalan lama, kita mau lakukan sekarang perbaikan total. Saya punya tanggung jawab dan diingatkan pak presiden, "bu Rini, BUMN harus bisa sehat harus bisa dikelola dengan profesional, ada masalah harus dihadapi"," ungkapnya.
"Nah Jiwasraya ini masalahnya dari 2007 - 2008 numpuk terus sekarang kita mau perbaikan," dia menambahkan.
Selain Jiwasraya, dia menyatakan pihaknya juga akan terus memperbaiki pada BUMN lainnya yang tengah bermasalah agar kasus yang menimpa Merpati tidak terulang pada perusahaan pelat merah lainnya.
"Sekarang dengan presiden Joko Widodo kita jaga terus biar sehat. Kita tidak mau ada kejadian Merpati terulang lagi," ujar dia.
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Â
Kementerian BUMN Optimalkan Kinerja Jiwasraya
Perlu diketahui, Kementerian BUMN juga tengah mengoptimalkan kinerja Jiwasraya melalui program sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) antara Jiwasraya dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Selain bakal mengelola dana pensiun, upaya sinergi BUMN ini juga akan menyasar pengembangan produk-produk asuransi tradisional Jiwasraya mulai dari asuransi kesehatan, asuransi perjalanan (travel assurance) dan asuransi jiwa, hingga unitlink.
Manajemen Jiwasraya juga tengah melakukan sejumlah langkah strategis dalam rangka meningkatkan pendapatan dan memenuhi kewajiban pemegang polis Jiwasraya.
Di antaranya dengan menerbitkan produk-produk asuransi yang bersifat mikro dan kekinian dengan memanfaatkan digital platform, efisiensi beban operasional, meningkatkan pemanfaatan aset tidak produktif, hingga pada membenahi portofolio investasi sehingga tidak lagi mengalami ketidakcocokan yang mengakibatkan penundaan pembayaran polis.
Â
Advertisement
OJK Masih Tunggu Proposal Restrukturisasi Jiwasraya
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menunggu proposal dari manajemen PT Asuransi Jiwasraya terkait proses menyelesaikan masalah gagal bayar kepada nasabah di produk JS saving plan.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Riswinandi mengatakan, pemegang saham Asuransi Jiwasraya sudah menyatakan akan melakukan beberapa alternatif untuk memperbaiki kondisi keuangan Jiwasraya.
"Ada beberapa alternatif yang mungkin dijalankan. Nanti juga ada corporate action-nya. Ini yang kami juga lagi tunggu secara lengkap proposal rencananya gimana. Mereka lagi selesaikan," ujar Riswinandi seperti ditulis Rabu, 3 April 2019.
"Kan pemegang saham setelah melakukan alternatif-alternatif yang paling bisa untuk menempatkan perbaikan daripada korporasi ini," lanjut dia.
Memang ada sejumlah alternatif yang bakal ditempuh oleh Jiwasraya. Salah satu lewat penerbitan obligasi. "Itu salah satu alternatif dalam rangka kebutuhan likuiditas. Tapi bentuknya bagaimana ini juga masih dikaji," jelas dia.
Menurut dia, setelah proposal dimasukkan, maka OJK akan dapat menentukan langkah pengawasan lanjutan terhadap Jiwasraya.
"Kami tentu memantau rencana target plan-nya bagaimana, ya kita memantau. tapi tadi yang kita sampaikan, kita belum terima (proposal). Jadi kalau sudah terima, resmi ya kita tinggal pantau. action-nya bagaimana, impelementasi bagaimana? Ada penyimpangan enggak? Sesuai enggak?" tandasnya.
Â
Jiwasraya Diminta Setop Penjualan Produk Bermasalah
Sebelumnya, Pengamat asuransi, Irvan Raharjo meyakini manajemen baru PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mampu memperbaiki kinerja perseroan di tengah upaya penyelesaian polis JS Saving Plan.
Sebagai langkah awal perbaikan, dia menyarankan manajemen baru menghentikan penjualan produk investasi JS Saving Plan.
Ini lantaran kasus tunda bayar polis JS Saving Plan terjadi karena adanya kesalahan manajemen yang lalu dalam menempatkan portofolio investasi yang menyebabkan perusahaan kesulitan likuiditas.
"Bisa, bisa, nomor satu setop Saving Plan itulah. Saving Plan itu sifatnya investasi, bukan proteksi saja dan kedua dia harus membuat profiling yang sangat detail, supaya tidak salah penempatan. Jadi intinya Saving Plannya disetop lah," ujar Irvan di Jakarta, Jumat, 18 Januari 2019.
Seperti diketahui, saat ini manajemen Jiwasraya yang baru telah menawarkan opsi perpanjangan masa polis (roll over) dengan kompensasi bunga 7 persen dibayar di muka kepada para nasabahnya yang mengalami tunda bayar klaim produk JS Saving Plan.
Selain langkah tersebut, Irvan bilang untuk memperkuat likuiditasnya Jiwasraya diharapkan fokus menjual kembali produk murni asuransi, seperti asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, dan lain-lain.
"Selain itu, ya digitalisasi, menjual melalui digital. Terus aset nonproduktif seperti gedung-gedung tua dikerjasamakan dan dioptimalkan. Sekarang zamannya sudah serba digital, ada bisnis hotel tanpa punya hotel, bisnis transportasi tanpa punya mobil, kan ngapain juga Jiwasraya mesti punya gedung besar seperti itu enggak ada nilai produktifnya. Dijadikan hotel, kafe kan masih bisa itu," jelas Irvan.
Sejauh ini, Jiwasraya telah memiliki sejumlah strategi dalam rangka meningkatan kinerja perseroan sepanjang 2019 dan memenuhi kewajiban polis produk JS Saving Plan.
Pertama, manajemen akan meningkatkan penjualan produk asuransi Jiwasraya kepada peserta baru, dan menambah manfaat produk asuransi kepada peserta eksisting. Kedua, mengembangkan varian produk asuransi Jiwasraya yang sifatnya lebih simple dan kekinian seperti asuransi mikro dengan premi yang ringan.
Ketiga, melakukan efisiensi dengan mengembangkan platform digital. Keempat, meningkatkan pemanfaatan aset-aset yang tidak produktif. Sedangkan untuk langkah terakhir, manajemen juga akan membenahi penempatan portofolio investasi, sehingga tidak lagi mengalami ketidakcocokan (missmatch) yang mengganggu likuiditas.
Advertisement