Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) masih mengalami kendala lahan dalam pembangunan kilang Tuban, Jawa Timur. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan berencana melakukan reklamasi lahan.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan, dalam pembangunan Kilang Tuban Pertamina membutuhkan tanah seluas 800 hektar (Ha), lahan tersebut sebagian milik pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan sebagian milik masyarakat yang sedang dibebaskan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
"Kami butuh 800 hektar, yang kurang sekitar 400 hektar," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Nicke menuturkan, dalam pembebasan lahan 23 warga di PTUN Pertamina mengalami kekalahan, sebab itu ada rencana pembatalan penentuan lokasi (penlok) pembangunan kilang jika kasasi yang diajukan kembali mengalami kekalahan.
‎"Lokasi gubernur di PTUN oleh 23 warga. Hari ini penlok bilang membatalkan. Kami sedang ajukan kasasi," tutur dia.
Nicke mengungkapkan, jika penentuan lokasi dibatalkan dan pembebasan lahan tidak berhasil dilakukan, Pertamina akan melakukan reklamasi untuk memperoleh lahan pembangunan Kilang Tuban. Hal ini merupakan upaya untuk membuat pembangunan Kilang Tuban tetap berjalan.
"Lahan kami coba mau reklamasi, kekurangan lahan 400 hektar, itu milih LHK, kalau ini sama warga larut, maka kami akan lakukan reklamasi. Sebetulnya kami lakukan side preparation. Tapi karena penlok bilang batal, yaudah kita stop dulu," tandasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Mega Proyek Kilang Hasilkan BBM Standar Euro 5
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menyatakan, Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diproduksi dari megaproyek kilang ramah lingkungan karena berstandar Euro 5.
Adapun megaproyek kilang tersebut adalah empat proyek perluasan Refinery Development Master Plan (RDMP) yakni RDMP Refinery Unit (RU) V Balikpapan, RDMP RU IV Cilacap, RDMP RU VI Balongan, dan RDMP RU II Dumai.
Selain itu, dua proyek Pembangunan Kilang Minyak dan Petrokimia Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan GRR Bontang.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang mengatakan, megaproyek kilang akan meningkatkan ketahanan energi, sebab produksi BBM Indonesia akan bertambah dari saat ini sekitar 680 ribu barel per hari (bph) menjadi 1,7 juta hingga 2 juta bph. Jika seluruh megaproyek kilang beroperasi, akan mengurangi impor BBM.
"Kita butuh 1,4 juta bph. Sekarang kilang Kita hanya mampu 680 ribu barel. Artinya hampir separuhnya Kita impor, memang salah satu penugasan mengurangi impor," kata Tallulembang, di Jakarta, Kamis, 25 April 2019.
Tallulembang melanjutkan, selain meningkatkan kapasitas kilang, program megaproyek akan meningkatkan kualitas BBM, dari saat ini standar Euro 2 menjadi standar Euro 5. Dengan begitu sudah sesuai standar BBM negara maju yang ramah lingkungan.
"Kita produksi Euro 2 sementara ada tuntutan konsumen. Sehingga kilang yang kita upgrade ini standar Euro 5.  Kilang yang kita bangun adalah kilang yang menghasilkan produk BBM ramah lingkungan," tutur Tallulembang.
Kilang-kilang tersebut juga ditingkatkan keandalannya, sehingga mampu mengolah minyak mentah dari berbagai jenis, khususnya sour crude dengan kadar sulfur tinggi. Hal ini mengikuti kondisi pasar minyak mentah yang kebanyakan stok sour crude.Â
Saat ini, kilang yang beroperasi di Indonesia kebanyakan hanya mampu mengolah minyak mentah jenis sweet crude dengan kadar sulfur rendah, menyesuaikan kondisi minyak mentah asal Indonesia.
"Kilang kita mampu mengelola sampai 2 Â persen sulfurnya, jadi lebih banya crude yang mampu kita olah," tandasnya.
Â
Advertisement
Pertamina Cari Mitra untuk Danai Proyek Kilang Balikpapan
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mencari mitra untuk memikul beban investasi pembangunan kilang Balikpapan yang masuk dalam program mega proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit (RU) V.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, ‎Pertamina membangun kilang Balikpapan dalam dua tahap, untuk tahap pertama sudah dimulai pembangunannya dengan target selesai seluruhnya pada 2023.
"Pada 2023 kita targetkan menyelesaikan Balikpapan Nanti Kita kelola cured lokal. Di fase dua Kita bisa mengelola crude sulfur tinggi tapi tidak terburu-buru," kata Tallulembang di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu, 24 April 2019.
Menurut Tallulembang, dalam pembangunan Kilang Balikpapan Pertamina dengan modalnya internal sudah berjalan. Namun, untuk menyelesaikannya memerlukan suntikan dana.‎ Untuk diketahui total nilai investasi pembangunan kilang Balikpapan sebesar USD 6,5 miliar.
"Masalahnya dana, kalau ini saja Pertamina mampu. Tapi kalau panjang berat," tuturnya.
Tallulembang mengungkapkan, Pertamina akan mencari mitra untuk mendanai pembangunan Kilang Balikpapan, dengan syarat mau mengikuti proses pembangunan yang sudah berjalan.‎
"Untuk Balikpapan kita akan cari patner yang mau mengikuti apa yang kita jalankan," ujarnya.
Dia melanjutkan, mitra ‎tersebut bisa berasal dari perusahaan penjual migas atau penyedia dana. Pertamina pun telah mengadakan seleksi calon mitra, dengan target pada Oktober 2019 mitra pembangunan Kilang Balikpapan sudah diputuskan.
"Dari studi analisis kita yang mau begitu trading patner dan financial patner. Saat ini sudah selesai dari 70-an (calon mitra) tinggal 9, targetnya Oktober nanti sudah diputuskan," tandasnya
Â