Tiket Pesawat Mahal Bikin Pariwisata Lesu, Ini Solusi Kemenhub

Kementerian Perhubungan menyadari keluhan pengusaha hotel yang terus disampaikan adanya penurunan tingkat hunian hotel karena mahalnya harga tiket pesawat.

oleh Nurmayanti diperbarui 22 Mei 2019, 20:42 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2019, 20:42 WIB
Banyuwangi
Ilustrasi pariwisata.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) siap untuk menjembatani koordinasi antara para pemangku kepentingan pariwisata dengan maskapai penerbangan untuk mencari solusi dalam berbagai permasalahan yang dihadapi dunia pariwisata di Indonesia.

Pemangku kepentingan yang dimaksud terdiri dari asosiasi travel biro, perhotelan, restoran dan makanan dan lainnya. 

“Kementerian Perhubungan menyadari keluhan pengusaha hotel yang terus disampaikan adanya penurunan tingkat hunian hotel karena mahalnya harga tiket pesawat. Walaupun Kemenhub telah mengeluarkan kebijakan menurunkan besaran tarif batas atas melalui penerbitan KM 106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri, pihak dunia pariwisata mesih belum puas”, ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Djoko Sasono di Jakarta, Selasa (22/5/2019).

Dia menilai untuk itu perlu dilakukan langkah sinergitas antara dunia penerbangan nasional dan pariwisata. Ini untuk mencari langkah tepat untuk meningkatkan kembali tingkat hunian hotel.

"Karena masalah tersebut tidak mungkin hanya diatasi dengan langkah penurunan tarif penerbangan semata”, lanjut dia.

Menurut Djoko perlu dirumuskan strategi maupun langkah promosi dari berbagai pihak, baik itu pengusaha hotel, restoran, travel biro dengan maskapai dan pemerintah agar meningkatkan jumlah wisatawan pasca dikeluarkannya KM 106 Tahun 2019.

“Semua pihak harus mau terbuka dan bekerja sama untuk mencari langkah dan solusi yang tepat untuk memajukan dunia pariwisata Indonesia ”, tambah dia. Rencananya, pertemuan berlangsung dalam waktu dekat.

Tiket Pesawat Mahal, Agen Travel Online Raup Untung Besar

Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Kenaikan harga tiket pesawat ternyata membawa berkah tersendiri bagi perusahaan online travel agent, salah satunya adalah tiket.com.

Chief Marketing Officer & Co-Founder Tiket.com, Gaery Undarsa, mengungkapkan bahwa kenaikan harga tiket pesawat tidak membuat penjualan menurun. Justru sebaliknya, perusahaan malah diuntungkan sehingga mampu membukukan kenaikan revenue atau penghasilan.

"Kalau dari saya sih kita dari segi bisnis kita growthing terus setiap bulan. Jadi kalau ditanya ada impact atau tidak, ada impact tapi malah impact adalah kenaikan penjualan di tiket.com," kata dia saat ditemui di hotel Kosenda, Jakarta, Senin (20/5/2019).

Dia menjelaskan, hal tersebut terjadi sebab kebutuhan orang untuk bepergian dengan pesawat sangat tinggi dan tidak memiliki pilihan lain lagi. Sehingga meskipun tarifnya mahal, mereka akan tetap membeli tiket tersebut.

"Saya enggak bilang harga mahal itu tiket.com enggak ada hubungan, pasti ada koneksinya ya kan. tapi menurut saya yang namanya demand itu pasti ada. Dibilang pengaruh atau enggak, ya pengaruh karena revenue kita naik," ujarnya.

Kendati demikian dia enggan mengungkapkan berapa persen kenaikan pendapatan perusahaan dengan adanya kenaikan tarif tiket pesawat tersebut.

"Kita enggak bisa measure (mengukur) seberapa besar pengaruhnya sih yang kita bisa kasih adalah karena gini bedanya tiket.com sama perusahaan travel biasa karena kita kan secara industri perusahaan growthing terus. jadi apapun itu akan selalu berdampaknya naik," ujarnya.

"Mungkin bukan karena harga tiket, karena demand orang yang sangat tinggi aja sekarang ini," dia menambahkan.

Namun menurutnya, dari sisi maskapai, jumlah penumpang memang terlihat mengalami penurunan.

"Secara garis beras (penjualan) tuh tetap gede tetap besar tetap tinggi, ini dari sisi tiket.com ya. Tapi kalau dari segi airlinesnya mungkin mereka beda, kita gak tahu. Tapi saya gak tahu apakah dari segi jumlahnya, menurut saya mungkin gak nurun tapi stagnan tapi secara Rupiahnya naik," ujarnya.

Dia menilai, saat ini masyarakat lebih selektif dalam melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang, kecuali untuk urusan dinas dan bisnis.

"Menurut saya ketika orang perlu kebutuhan untuk pergi pasti mereka akan beli berapapun juga apalagi kalau kita ngomong corporate, pemerintah dan lain-lain. mungkin yang berkurang adalah yang sifatnya untuk jalan - jalan, itu mungkin lebih minimal karena sekarang orang mikir dulu kan mahal nih. Yang tadinya pergi 3 kali setahun mungkin sekarang cuma 2 kali," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Banyak Orang Beli Tiket Luar Negeri karena Lebih Murah

Gaery pun membenarkan adanya fenomena sebagian masyarakat lebih memilih rute memutar dan transit ke luar neger. Misalnya, Jakarta - Batam dibanding tujuan langsung ada orang yang lebih memilih rute Jakarta-Singapura-Batam sebab harganya lebih murah.

"Ke Surabaya misalnya ke Kuala Lumpur dulu lebih murah daripada langsung. Lucu juga kalau kita lihat orang jadi lebih banyak pergi ke luar negeri," kata dia.

Kendati demikian dia menjelaskan fenomenta tersebut tak lantas membuat penjualan tiket rute luar negeri meroket. Sebab porsi penerbangan domestik jauh lebih banyak.

"Ada (kenaikan), tapi domestiknya gede banget, 85 persen dari semua penerbangan yang ada di Indonesia. Jadi maksudnya adalah mau segede-gedenya ke luar negeri, domestik (tetap lebih banyak), jauh sekali," jelasnya.

Selain itu, meski lebih murah, meurutnya banyak pula orang yang enggan membuang waktu dengan memilih rute memutar transit ke luar negeri.

"Orang mikir Jakarta-Surabaya dulu Rp 1,5 juta sekarang Rp 2,5 juta. Lewat Kuala Lumpur Rp 1,5 juta, lebih murah Rp 500 ribu tapi mikir jauh, orang gak mau repot," ujarnya.

Untuk itu, sebagai salah satu online travel agen dia mengatakan pihaknya mencoba menawarkan solusi salah satunya dengan cara memberikan beberapa promo menarik.

"Kita coba dengerin apa yang lagi dibutuhin customer, kita coba bantu sana sini," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya