Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menegaskan masih mahalnya harga tiket pesawat saat ini bukan disebabkan oleh tingginya harga avtur.
Manager Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan, harga tiket pesawat yang masih mahal tidak berkaitan dengan harga avtur Pertamina. Alasannya, Pertamina telah menurunkan harga atur sesuai dengan yang diperintahkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Harga avtur tidak ada kaitanya dengan harga tiket pesawat, avtur kita harganya sudah kompetitif," kata Mas'ud, di Jakarta, Selasa (28/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Di kesempatan terpisah, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengklaim, sudah mengikuti formula harga avtur yang ditetapkan pemerintah. Sebab itu, harga avtur yang dijualnya di Bandara Soekarno Hatta paling murah.
Nicke mengatakan, Pertamina telah memperbarui harga avtur setiap dua minggu, dengan mengacu formula pembentukan harga yang sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan patokan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).
"setiap dua minggu kami udpate,harga avtur juga kami tetapkan dengan formula disesuaikan dgn ICP," kata Nicke.
Menurut Nicke, dalam tiga bulan terakhir ICP mengalami penurunan, harga avtur pun merefleksikan kondisi tersebut. Bahkan dia mengklaim harga avtur termurah di Bandara Soekarno Hatta.
"Kalau lihat tren 3 bulan terakhir di 2018, itu ICP turun," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Membantah
Nicke membantah kabar jika harga avtur Pertamina masih tergolong mahal. dia menyatakan harga avtur yang dijualnya termasuk yang paling murah.
"Itu tidak benar. Avtur kita di Cengkareng itu yang termurah," tegasnya.
Nicke melanjutkan, Pertamina sudah berkontrak dengan maskapai Garuda Indonesia untuk memasok avtur agar bisa menjual dengan harga murah Pertamina melakukan kesepakatan langsung dengan produsen.
"Semua avtur untuk Garuda kami juga yang sediakan. Artinya kami langsung deal dengan penghasil avtur di sana, kami bisa langsung bandingkan. Jadi harga avtur kita kompetitif," tandasnya.
Advertisement
Duopoli Bisnis Penerbangan di Indonesia Bikin Harga Tiket Pesawat Mahal
Sebelumnya, anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo mengatakan agar harga tiket pesawat bisa dijangkau oleh masyarakat maka tidak cukup dengan menurunkan tarif batas atas alias TBA. YLKI justru menyatakan keberatan dengan penurunan tarif batas atas tiket pesawat.
"Kami keberatan dengan langkah Kemenhub. Mestinya kalau TBA turun maka struktur cost juga harus diturunkan. Kemenhub anti pasar. Bagaimana menjadikan iklim persaingan penerbangan lebih kompetitif. Kalau ada iklim kompetitif akan mendorong Airlines efisien," kata dia, di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).
Menurut dia, untuk menciptakan kompetisi, maskapai penerbangan selain Garuda Grup dan Lion Air Grup perlu diperkuat. Sebab dapat menjadi penyeimbang dalam bisnis penerbangan di Indonesia.
BACA JUGA
Maskapai semacam Air Asia, kata dia, bisa memberikan harga tiket pesawat yang lebih rendah dan terjangkau. Sayangnya, market share Air Asia masih kecil. "Air Asia market kecil, Indonesia ideal ada 3-5 air line independen. Sekarang baru ada 3 perusahaan, Lion Group dan Garuda Group dominan," ungkapnya.
Menurut dia, saat ini terjadi duopoli dalam bisnis penerbangan di Indonesia. Size perusahaan dan anak perusahaan yang besar membuat Garuda Indonesia dan Lion Air menjadi sangat dominan. Dia mengatakan di antara dua maskapai ini tidak terjadi kompetisi.
"Sebenarnya yang terjadi grup Garuda, Citilink, Sriwijaya, Lion Air, Batik, Wings itu tidak ada kompetisi sebetulnya. Karena dari sisi harga, Lion ikuti Garuda," tegas dia.
Berhadapan dengan kenyataan seperti ini, lanjut dia, kehadiran maskapai lain sangat diperlukan. "Apa bedanya cost mereka? AirAsia kenapa lebih murah? Efisiensi. Artinya efisiensi Garuda, Lion di-deliver ke konsumen. Kedua tiket mahal sturktur pasar industri aviasi cenderung ke duopoli kemudian dari dua kelompok besar tadi tidak berkompetisi satu leader, satu followers," imbuh dia.
"Langkah yang dilakukan bukan supaya harga tiket pesawat Lion, Garuda turun, tapi Pemerintah baca efisiensi di AirAsia dan menekan Garuda lebih efisien. Kalau AirAsia bisa lebih murah kenapa Lion dan Garuda tidak efisien," tandasnya.