Menperin: Industri di RI Berkembang Pesat dalam 10 Tahun Terakhir

Menperin, Airlangga Hartarto menuturkan, banyak perusahaan menanamkan modalnya untuk berinvestasi mulai USD 30 juta hingga USD 2 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 31 Mei 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2019, 11:00 WIB
(Foto: Dok Kementerian Perindustrian)
Menperin Airlangga Hartarto (Foto: Dok Kementerian Perindustrian)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan, sektor industri di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam 10 tahun terakhir.

Bahkan, World Bank menempatkan industri manufaktur Indonesia sebagai negara peringkat kelima di negara-negara G-20.

Airlangga Hartarto menyampaikan hal itu dalam pertemuan 25 Tahun konferensi internasional, The Future of Asia di Tokyo Jepang, Kamis 30 Mei 2019.

Pertemuan ini dihadiri sejumlah pemimpin politik, ekonomi dan akademik dari wilayah Asia. Beberapa presiden dan perdana menteri juga hadir, dari Myanmar, Kamboja, Filipina.

"Dari data terakhir, industri manufaktur Indonesia menyumbang 20 persen ke GDP pada quarter pertama tahun ini. Dengan raihan itu, World Bank menjelaskan bahwa Indonesia berada di peringkat kelima negara-negara G-20, yang berarti hampir sama dengan Jerman dimana kontribusi manufakturnya sebesar 20,6 persen," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (31/5/2019).

Di depan para pemimpin politik dan ekonomi di wilayah Asia, Airlangga banyak menyampaikan soal perkembangan industri di Indonesia.

"Kita berbicara bagaimana Indonesia saat ini yang berbeda 10 tahun lalu. Bagaimana peningkatan ekspor komoditas sepanjang 5 tahun terakhir, yang mana Indonesia fokus ekspor manufaktur bernilai tambah tinggi. Kita bicara bagaimana Indonesia menarik lebih banyak investasi dengan kebijakan tax holiday yang agresif," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Nilai Investasi

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Airlangga menyebut, banyak perusahaan menanamkan modalnya untuk berinvestasi mulai USD 30 juta hingga USD 2 miliar sepanjang 5 tahun-20 tahun. 

Pada tahun-tahun mendatang, tentu akan semakin besar dengan diberikan inisiatif kebijakan fiskal, yang lebih longgar dalam pertumbuhan ekonomi.   

"Sebagai salah satu tujuan investasi dunia, Indonesia semakin dekat untuk menjadi pusat manufaktur Asean. Kita juga bicara bagaimana menjadi salah satu wilayah basis produksi untuk produsen global, dengan menciptakan iklim investasi yang positif dan insentif yang kuat untuk bisnis," jelas dia.

Dalam kesempatan itu, Airlangga juga mengungkapkan, Indonesia telah menggelar pesta demokrasi yang dibuktikan jika Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia, mampu merangkum Islam dan demokrasi dengan politik yang stabil, dan kondisi sosial masyarakat yang tetap optimis di masa depan.

"Presiden Joko Widodo telah menang pemilu. Ini adalah cerminan dari kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah saat ini. Ini juga merupakan tanda bahwa Indonesia sudah berada di jalur yang benar untuk mencapai tujuan pembangunan,” tandas dia.  ‎

Kembangkan SDM, Pemerintah Siapkan Insentif bagi Pelaku Industri

3 Menteri Jokowi Umumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meluncurkan Paket Kebijakan Ekomomi XVI di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (16/11). Peluncuran ini juga dihadiri Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menkeu Sri Mulyani. (Liputan6.com/AnggaYuniar)

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah menyiapkan insentif super deductible tax bagi para pelaku industri. Dengan adanya insentif ini diharapkan pelaku industri dapat terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan SUmber Daya Manusia (SDM) berupa pendidikan dan pelatihan vokasi serta aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan.

Fasilitas ini diyakini bakal menciptakan tenaga kerja industri yang kompeten serta menghasilkan inovasi produk. Selain itu, pengembangan SDM merupakan salah satu momentum Indonesia untuk mengambil peluang dengan adanya bonus demografi hingga 2030.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, regulasi tersebut nantinya tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP). Aturan ini berlaku apabila perusahaan bekerja sama dengan SMK, dengan memberikan pelatihan dan pembinaan vokasi serta penyediaan alat industri hingga kegiatan pemagangan.

"Misalnya, perusahaan menghabiskan biaya Rp 1 miliar, maka pemerintah akan memberikan pengurangan terhadap penghasilan kena pajak sebesar Rp 2 miliar kepada perusahaan tersebut dalam periode tertentu," jelas Airlangga dalam keterangan tertulis, Kamis, 2 Mei 2019.

Menperin pun meyakini, program penyediaan tenaga kerja yang kompeten menjadi magnet bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam hal ini, Kemenperinmemfasilitasi pembangunan politeknik dan akademi komunitas di kawasan industri. "Tumbuhnya industri juga akan menambah lapangan kerja. Ini yang dapat mendorong perekonomian nasional," terangnya.

 

Investasi Industri Manufaktur Terus Meningkat

Mau Kerja di Industri Manufaktur? Cek Lowongan Di Sini
Mau Kerja di Industri Manufaktur? Cek Lowongan Di Sini

Kemenperin mencatat, investasi di sektor industri manufaktur pada tahun 2014 sebesar Rp 195,74 triliun, naik menjadi Rp 226,18 triliun di tahun 2018. Serapan tenaga kerja di sektor industri juga ikut meningkat, yakni dari 15,54 juta orang pada tahun 2015 menjadi 18 juta orang di tahun 2018 atau naik 17,4 persen.

Melalui program-program strategis yang sedang dijalankan, Kemenperin optimistis memasang target pertumbuhan industri nonmigas sebesar 5,4 persen pada tahun 2019.

Adapun sektor-sektor yang diproyeksikan tumbuh tinggi, di antaranya industri makanan dan minuman (9,86 persen), permesinan (7 persen), tekstil dan pakaian jadi (5,61 persen), serta kulit barang dari kulit dan alas kaki (5,40 persen).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya