Pemerintah Incar Pertumbuhan Industri Fesyen Muslim di Atas 18 Persen

Kemenperin akan mendukung kegiatan-kegiatan yang dapat mendekatkan pasar ke produk fesyen muslim Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Mei 2019, 17:05 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2019, 17:05 WIB
E-commerce fashion muslim HIJUP
Berikut perayaan ulang tahun e-commerce fashion muslim,HIJUP yang semakin mengembangkan pasar hingga internasional. (Foto: Liiputan6.com/ meita fajriana)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan pertumbuhan industri fesyen muslim di atas 18 persen pada 2019.

"18 persen itu pertumbuhan satu tahun. Dari 2017 ke 2018 itu pertumbuhan 16 persen. Dari 2018 ke 2019, target kita itu di atas 18 persen," kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian perindustrian, Gati Wibawaningsih saat ditemui, di JCC, Jakarta, Rabu (1/5/2019).

"Kita memang tidak menargetkan banyak-banyak, karena melihat angka pertumbuhan ekonomi dunia juga. Jadi kita menyesuaikan," lanjut Gati.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, kata dia, yakni dengan mendukung kegiatan-kegiatan yang dapat mendekatkan pasar ke produk fesyen muslim Indonesia. 

"Untuk dorong apa yang dilakukan. Yang pertama adalah mendekatkan pasar ya. Makanya kita dukung acara seperti ini (pameran fesyen muslim). Kita dekatkan pasar. Kita lihat pasar seperti apa. Kalau pasar banyak, industri dengan sendirinya tumbuh. Karena dari segi kapasitas produksi kita cukup untuk suplai pasar dalam negeri," imbuhnya.

Dia pun mengatakan, kiprah produk fesyen muslim Indonesia di pasar dunia sudah diakui. Indonesia bahkan sudah punya beberapa negara yang menjadi pemakai produk fesyen muslim asal Indonesia.

"Kita tidak menyangka Amerika itu target ekspor yang paling bagus. Komunitas muslim di Amerika itu daya beli tentu lebih tinggi. Paris juga, London juga. Negara Timur Tengah yang tujuan ekspor itu Kuwait, Uni Emirat Arab, kemudian, London juga bagus. Bahkan Jepang juga ada," jelas dia.

Gati menambahkan, industri fesyen muslim Indonesia sebagian besar masih didominasi oleh industri kecil dan menengah alias IKM.

"Kalau namanya fesyen muslim itu dia nggak industri besar, kecuali kalau dia bikin jilbab baju olahraga itu industri besar. Tapi kalau baju ya enggak besar-besar bisa dari rumahan juga. Karena para desainer nanti dijahit di para IKM. Ada juga yang punya sendiri pekerja, beberapa, dan itu masih dikategorikan IKM," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Upaya Kemenperin

(Foto: Merdeka.com/Wilfridus S)
Menperin Airlangga Hartarto (Foto: Merdeka.com/Wilfridus S)

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mewujudkan Indonesia menjadi salah satu pusat fashion muslim dunia. Menurut rencana, Kemenperin mewujudkan, sekaligus mendeklarasikannya pada 2020.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menyampaikan, Kementerian Perindustrian siap mengawal untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu pusat fesyen muslim dunia pada 2020.

"Menyongsong tahun 2020 yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, kita harus segera mendeklarasikan bahwa Indonesia siap menjadi salah satu Pusat Fesyen Muslim Dunia pada Tahun 2020," kata dia, ketika membuka Muslim Fashion Festival (Muffest) 2019, di JCC, Jakarta, Rabu, 1 Mei 2019.

Dia menjelaskan, sepanjang 2018 dan 2019, Kementerian Perindustrian telah dan akan melakukan berbagai program kegiatan pengembangan industri fesyen muslim yang melibatkan 656 orang pelaku usaha IKM fesyen dan 60 desainer. 

Airlangga menyebutkan, program pembinaan yang dilakukan terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir oleh Kemenperin, seperti Link and Match Industri Fesyen Muslim dengan Industri Tekstil, Bimbingan Teknis dan Sertifikasi SKKNI, Capacity Building IKM Fesyen Muslim, Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha Baru IKM  Busana Muslim, dan Moslem Fashion Project (MOFP) berupa kompetisi dan inkubasi bagi Start Up Fesyen Muslim. 

 

Penyusunan Roadmap

(Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)
Menperin Airlangga Hartarto (Foto:Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)

Selanjutnya, penyusunan roadmap pengembangan industri fesyen muslim, link and match industri fesyen muslim dengan desainer.

"Pada tanggal 1 Desember 2018 yang lalu, kami telah melaksanakan Launching International Muslim Fashion Festival di Paris. Kami juga akan mendirikan Fashion District di Kota Lama Semarang yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Semarang dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia," ungkapnya. 

Industri fesyen muslim pun perlu didorong untuk dapat mengimplementasikan revolusi industri 4.0. Penerapan industri 4.0 pada industri pakaian jadi dapat dilakukan pada proses produksinya.

"Seperti yang telah dilakukan oleh salah satu industry tekstil di Tangerang dengan menggunakan sistem berbasis digital manufacturing, yaitu penerapan sistem embos dengan teknologi laser berdasarkan perintah dari sistem komputer serta penerapan teknologi artificial intelligence dalam proses pembuatan pola, perencanaan produksi dan pengendalian material," ujar Airlangga.

Selain itu, teknologi internet of things telah dijalankan dalam proses produksi dengan dipasangnya sensor Radio Frequency Identification (RFID) untuk memonitor semua proses produksi.

Teknologi lain yang lebih canggih juga telah diterapkan seperti teknologi augmented reality dan advanced robotics untuk aplikasi proses pemotongan bahan secara otomatis. 

"Dengan menerapkan industri 4.0 dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi industri pakaian jadi tanpa mengurangi jumlah tenaga kerja," imbuhnya.

Dia pun menegaskan, industri fesyen muslim yang merupakan bagian dari industri tekstil dan busana memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. 

Tercatat, ekspor produk tekstil dan busana pada 2018 mencapai USD 13,27 miliar atau tumbuh 5,4 persen dari 2017 yang hanya mencapai US persen 12,59 miliar.

Industri tekstil dan busana  menunjukkan pertumbuhan positif dari 3,76 persen pada 2017 menjadi 8,73 persen pada 2018. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya