Inflasi Mei Dapat Jadi Tanda Ekonomi Meningkat

Inflasi Mei 2019 tembus 0,68 persen dan cukup tinggi karena secara musiman jelang Lebaran permintaan konsumsi masyarakat melonjak.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Jun 2019, 06:30 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2019, 06:30 WIB
Inflasi Tahun 2018 Capai 3,13 Persen
Seorang pedagang memasukan bumbu masak di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (3/1). Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 3,61%. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi Mei 2019 sebesar 0,68 persen. Angka ini memang lebih tinggi dari perkiraan ekonom. Hanya saja hal itu tidak perlu dikhawatirkan.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto mengatakan laju inflasi pada Mei ini justru bisa menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini lebih baik.

Ia menuturkan, lonjakan inflasi Mei 0,68 persen menyiratkan geliat ekonomi yang tinggi dari sisi konsumsi rumah tangga. Tercermin dari lonjakan harga kelompok bahan makanan, makanan jadi serta transportasi dan komunikasi jelang Lebaran.

"Hal ini berefek positif ke pertumbuhan ekonomi (PDB) triwulan kedua yang diperkirakan sebesar 5,15-5,25 persen (YoY)," kata dia kepada Liputan6.com, seperti ditulis Minggu (16/6/2019).

Laju inflasi Mei tersebut, kata Ryan, hal itu terjadi secara musiman jelang Lebaran yang permintaan konsumsi masyarakat melonjak terutama terhadap bahan makanan; makanan jadi, rokok dan tembakau; serta transportasi dan komunikasi, dibarengi dengan lonjakan harga sekaligus. 

Selain itu, secara umum, arah laju inflasi bulanan yang 0,68 persen, inflasi year to date yang 1,48 persen maupun tahunan (yoy) yang 3,32 persen masih sesuai kisaran. 

"Diharapkan inflasi sepanjang tahun ini berkisar 3,2-3,3 persen yoy sesuai dengan jangkar yaitu 3,5 plus minus 1 persen," pungkas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

BPS: Inflasi Mei 2019 0,68 Persen

Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama Mei sebesar 0,68 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto menyebutkan inflasi 0,68 persen tersebut secara tahun kalender Januari - Mei adalah sebesar 1,48 persen.

"Sementara inflasi tahun ke tahun adalah 3,32 persen," kata dia di kantornya, Senin, 10 Juni 2019.

Dia menegaskan, inflasi pada Mei yang pada waktu tersebut adalah momen Ramadan dan Idul Fitri termasuk kategori terkendali.

"Target yang dipasang oleh pemerintah adalah 3,5 persen, dengan memperhatikan target ini saya akan simpulkan bahwa inflasi Mei 2019 terkendali," tegasnya.

Dia mengungkapkan, dari 82 kota yang dilakukan pemantauan 81 diantaranya mengalami inflasi. Hanya satu kota yang mengalami deflasi, yaitu Merauke.

"Dari 82 kota yang kita pantau, 81 kota mengalami inflasi, bisa dipahami karena ini bulan Ramadan. Hanya satu kota yang mengalami deflasi yaitu di Merauke. Merauke deflasi karena penurunan harga berbagai komoditas sayuran dan beras," ujar dia.

Inflasi Sepanjang Ramadan Terkendali

Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi selama Mei sebesar 0,68 persen. Tingkat inflasi ini dinilai masih kondisi terkendali, bahkan jauh lebih baik dibandingkan periode di tahun-tahun sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, kondisi indeks harga yang stabil didapati pada harga bahan pangan sepanjang Ramadan. Walaupun terlihat mengalami inflasi untuk kelompok bahan pangan ini mencapai 2,02 persen, namun menurut dia kenaikan indeks harga pagan tersebut karena minggu awal dan akhir Ramadan seluruhnya terjadi pada Mei 2019.

"Sebetulnya cenderung terkendali, ya agak mendinganlah,” ujar Yunita Rusanti di Jakarta, Selasa, 11 Juni 2019.

Selain itu, lanjut Yunita, inflasi pada Mei 2019 cenderung besar lantaran Ramadan dimulai sejak awal bulan. Sementara pada tahun lalu, masa Ramadan baru dimulai pada pertengahan Mei sehingga menyebabkan inflasi Ramadan tidak tercakup pada Mei saja, namun terbagi juga pada Juni.

"Kalau di pertengahan, berarti inflasinya itu terbagi dua di Mei dan Juni 2018,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya