Sinyal Pemangkasan Suku Bunga AS Bawa Rupiah Menguat

Hingga sore ini, rupiah menguat ke level 14.067 per dolar AS.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Jul 2019, 16:50 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2019, 16:50 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tren penguatan hari ini. Hingga sore ini, rupiah menguat ke level 14.067 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (11/7/2019), rupiah dibuka di angka 14.105 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.131 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.160 per dolar AS hingga 14.101 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,24 persen.

 

Ekonom Asia Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi mengatakan, penguatan ini disebabkan oleh spekulasi para pelaku pasar finansial dan investor portofolio bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada tahun ini.

"Spekulasi ini terjadi setelah Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan keterangan kepada komisi yang menangani sistem finansial DPR AS. The Fed melihat bahwa inflasi di AS masih di bawah target 2 persen, sementara pertumbuhan ekon global beresiko melambat dan ada faktor ketidakpastian global dari perang dagang AS-China," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (11/7/2019).

Sementara dari dalam negeri, lanjut dia, relatif tidak ada sentimen negatif yang signifikan, yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.

"Minggu depan para pelaku pasar akan fokus pada data neraca perdagangan Indonesia bulan juni 2019," kata dia.

Eric memperkirakan rupiah masih bisa menguat dalam beberapa waktu ke depan. Hingga akhir bulan ini, rupiah akan bergerak di kisaran 13.800-14.200 per dolar AS.

"Tapi penguatannya terbatas. Saya perkirakan sampai akhir bulan ini rupiah akan bergerak di kisaran 13.800-14.200 per dolar AS," tandas dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menunggu Sinyal The Fed, Rupiah Tertekan ke 14.155 per Dolar AS

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini. Hingga saat ini ekspektasi pelaku pasar masih besar terhadap pemangkasan Fed Fund Rate pada akhir bulan ini.

Mengutip Bloomberg, Rabu (11/7/2019), rupiah dibuka di angka 14.138 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.130 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.137 per dolar AS hingga 14.155 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,75 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.152 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.129 per dolar AS.

Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto mengatakan, dolar AS hari ini masih terus menguat terhadap mata uang utama lainnya.

"Dampaknya juga besar terhadap rupiah hari ini. Pasar masih menunggu sinyal kuat The Fed terkait suku bunga," ujar Rully.

Menurut dia, hingga saat ini ekspektasi pelaku pasar masih besar terhadap pemangkasan Fed Fund Rate pada akhir bulan ini.

"Hari ini rupiah mungkin akan berada pada kisaran 14.085 per dolar AS hingga 14.165 per dolar AS," kata Rully.  

BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020

Nilai tukar Rupiah
Petugas menunjukkan pecahan uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar Rupiah di pasar spot menguat tipis 0,06 persen ke Rp 14.926 per dollar Amerika. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.

Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia pada Selasa 11 Juni 2019. 

Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.

"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.

"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.

Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.

"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya