Liputan6.com, Beijing - Pertama kali dalam sejarah, perusahaan asal China berhasil mendominasi daftar prestisius Fortune Global 500. Tercatat ada 129 perusahaan asal China berhasil masuk daftar Fortune tersebut, sementara perusahaan Amerika Serikat (AS) hanya ada 121.
Di antara perusahaan raksasa dan BUMN yang ada di daftar itu, ada nama Xiaomi yang menjadi perusahaan berusia paling bungsu di Fortune Global 500. Sebagai tanda syukur, CEO Xiaomi Lei Jun membagikan saham kepada 20 ribu lebih pegawai.
Advertisement
Baca Juga
"Saya ingin menyampaikan apresiasi terdalam saya kepada semua yang bekerja di Xiaomi dan kepada anggota keluarga Anda yang super suportif. Menembus daftar ini butuh usaha semua pihak. Maka dari itu, sebagai tanda apresiasi, kami akan memberikan hadiah spesial kepada 20.538 rekan kerja dan anggota kunci tim eksternal," ujar Lei Jun dalam suratnya.
Total hadiah saham itu mencapai USD 24,3 juta atau Rp 340,1 miliar (USD 1 = Rp 13.998). Para penerima mendapat 1.000 lembar saham kelas B dengan nilai sekitar USD 1.100 (Rp 15,3 juta). Menariknya, saham itu dibagi dua: 500 lembar untuk si pegawai dan 500 lembar untuk keluarga mereka.
Masih dalam suratnya, CEO Lei Jun bercerita soal Xiaomi yang dulunya hanya memiliki 13 orang pegawai. Sektor teknologi China juga ia nilai telah bertransisi dari imitiasi menjadi inovasi.
Lei Jun juga pernah menekankan pentingnya berinvestasi research & development (R&D) bagi Xiaomi. Tahun 2018 kemarin, Xiaomi berhasil menjual 118,7 juta unit smartphone, naik 29,8 persen dari tahun sebelumnya.
Tahun lalu, Xiaomi baru melakukan IPO di Bursa Efek Hong Kong pada tahun lalu dan berhasil mengumpulkan USD 4,72 miliar dana. Meski tak sesuai ekspektasi, angka itu adalah IPO sektor teknologi terbesar sejak 2014. Xiaomi juga memakai aturan baru Bursa Efek Hong Kong untuk mendaftar saham dual-class.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pertamina Juga Masuk Daftar Fortune
Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kini mendapatkan perhatian di Dunia. Setelah sebelumnya, empat BUMN masuk dalam daftar perusahaan public terbesar di dunia versi Forbes. Kini, PT Pertamina (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Top 500 Fortune Global 2019.
Pertamina berhasil naik 78 peringkat dari posisinya tahun lalu yakni 253. Prestasi ini membuktikan bahwa perusahaan BUMN mampu menjadi perusahaan bergengsi dan disegani, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno mengatakan keberhasilan Pertamina masuk daftar Top 500 Fortune Global merupakan kerja nyata dari BUMN dalam melayani kebutuhan masyarakat. Hal ini juga menjadi bukti nyata kinerja BUMN diapresiasi dunia internasional.
“Saya ucapkan selamat untuk Pertamina masuk dalam daftar Top 500 Fortune Global. Ini merupakan hasil kerja keras dalam melayani masyarakat Indonesia dari kebutuhan di sektor energi dan membuktikan Pertamina mampu bersaing dengan perusahaan terbesar dunia,” ujar Rini, Selasa, 22 Juli 2019.
Dalam Fortune Global 500, Pertamina berhasil menduduki peringkat 175. Bahkan, Pertamina mengalahkan Alibaba Group yang berada di peringkat 182 dan Facebook di posisi 184.
Fortune Global 500, atau dikenal juga dengan Global 500, merupakan daftar tahunan yang memuat 500 perusahaan terbaik di seluruh dunia berdasarkan peringkat yang dirangkum dan diterbitkan oleh majalah Fortune selama 67 tahun berturut-turut. Perusahaan-perusahaan tersebut dinilai berdasarkan pendapatan dan laba bersih perusahaan di tahun fiskal sebelumnya.
Advertisement
Kinerja Pertamina
Pada 2018, Pertamina membukukan pendapatan USD 57,933 miliar atau meningkat hingga 34,9 persen dari 2017. Untuk laba bersih, Pertamina berhasil meraup USD 2,526 miliar. Saat ini, perusahaan BUMN minyak dan gas memiliki aset mencapai USD 64,7 miliar dan 31.569 karyawan yang tersebar di seluruh dunia.
“Saya berharap Pertamina bisa masuk ke Top 100 Fortune Global. Untuk itu, dibutuhkan sinergi dengan perusahaan-perusahaan lain ataupun BUMN,” kata Rini.
Sebanyak 500 perusahaan terbesar di dunia masuk daftar ini. Perusahaan yang tersebar di 34 negara ini membukukan pendapatan USD 32,7 triliun dengan laba USD 2,15 triliun AS pada 2018. Secara keseluruhan, 500 perusahaan ini memiliki 69,3 juta pekerja di seluruh dunia.