KEIN: Strategi Pengembangan 10 Bali Baru Harus Terukur

Menciptakan 10 Bali baru harus benar-benar berkaca kepada Bali.

oleh Arthur Gideon diperbarui 27 Jul 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2019, 14:00 WIB
Presiden Jokowi Saat Meninjau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Jumat (17/5/2019). (Foto: Biro Pers Setpres)
Presiden Jokowi Saat Meninjau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Jumat (17/5/2019). (Foto: Biro Pers Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah harus mengembangkan traffic puller yang sifatnya mass tourism atau wisata masal di 10 destinasi pariwisata prioritas atau biasa disebut juga 10 Bali baru. Dengan mengarah kepada destinasi wisata massal maka bisa mewujudkan target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) di tahun ini. Dampak selanjutnya tentu saja meningkatkan devisa dan memperlebar kontribusi pariwistaa terhadap PDB nasional.

Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dan Ketua Pokja Pariwisata Nasional KEIN Dony Oskaria menjelaskan, beberapa ada beberapa hal yang kurang tepat dalam pengembangan 10 Bali baru. Ia mencontohkan misalnya Toba. Dalam rencana wilayah tersebut diberi prioritas pada destinasi minat khusus seperti Geopark yang secara konseptual tidak nyambung dengan tujuan yang ditetapkan.

"Semangat geopark adalah konservasi. Maka sudah bisa dipahami bahwa konservasi tidak mungkin dibuat masif karena ada pembatasan-pembatasan demi menjaga sisi sustainability dan sisi penjagaan lingkungan, kata Dony Sabtu (27/7/2019).

Oleh sebab itu, hal tersebut harus betul-betul dipahami. Menciptakan 10 Bali baru harus berkaca kepada Bali. Bali adalah mass tourism. Oleh sebab itu semua arah kebijakan di sana ditujukan untuk penyempurnaan ekosistem mass tourism. Infrastruktur harus lengkap, aksesbilitas harus masif dari semua arah, sesuai dengan hasil market mapping untuk Bali, amenitas harus berkelas dunia,

"Investasi pariwisatanya pun didukung penung dengan regulasi-regulasi yang membuka kran bertumbuhnya wisata massal," jelas Donny.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Toba

Kuliner Danau Toba Samosir
Kuliner Danau Toba Samosir. (Foto: pixabay)

Lalu menanggapi soal strategi desa wisata di Toba. Menurut Dony, desa wisata sejatinya adalah destinasi pendukung atau supporting destination. Semangat desa wisata adalah pemerataan atau community based tourism.

Pertanyaanya, apa yang mau diratakan kalau kue ekonomi pariwisatanya belum tumbuh. Ini tak berbeda dengan pendekatan ekonomi biasa. Oleh sebab itu sudut pandang yang di bawah adalah pertumbuhan terlebih dulu. Artinya, harus memikirkan bagaimana menumbuhkan kue ekonomi pariwisata di destasi tersebut dulu, kunjungannya harus dibuat masif dan progresif, baru kemudian kita bicara pemerataan.

"Redustribution after growth. Kalo growthnya tak ada, lantas kita mau memeratakan apa? Ini perlu menjadi catatan oleh pemerintah," kata dia. 

Desa wisata akan kebagian kuenya sendiri, jika pemerintah berhasil menciptakan traffic puller di Toba, maka pengunjung akan ikut menyinggahi desa-desa wisata. Dan soal pengembangan desa wisata ini sebaiknya dikolaborasikan saja diserahkan dengan pemda-pemda.

Karena menurut Donny, tugas utama pemerintah di setiap destinasi, adalah menciptakan traffic puller. Sebenarnya mau mass tourism atau special interest tourism, kalau strateginya tepat, ujungnya juga akan bagus.

 

 

Contoh Manado

Bunaken, Keindahannya Bikin Kamu Mau Balik Lagi
Bagaikan sebuah lukisan, Bunaken menebar pesona dari sudut manapun kamu memandangnya (7/9/2014) (Liputan6.com/Faizal R Syam)

Donny memberi contoh menarik Manado. Manado saat ini jadi bintang di Timur Indonesia, padahal bunaken adalah spesial interest tourism, karena nuansa konservasinya sangat kental, aturan yang ada sangat ketat. Tapi faktanya adalah bahwa aturan di Bunaken sering dilanggar, karena jumlah pengunjungnya membludak. Ancaman terhadap konservasinya pun makin membesar.

Namun menariknya, kata Donny, Manado memiliki pertumbuhan kunjungan yang drastis, karena aksesibilitasnya dibuka. Ada penerbangan langsung dari beberapa provinsi di China yang langsung ke Manado. Ini adalah sebab utama.

Lalu kemudian amenitas di Manado sudah nyaris bagus, hotel-hotel berbintang sudah cukup banyak, jadi Manado tinggal ditata dan disiapkan, akan mengikuti cara Bali sendiri nanti.

Namun risikonya, Bunaken akan menjadi mass tourism pelan-pelan, karena akan dikunjungi secara masif dan akan melewati batas toleransi kunjungan sebagai mana ditetapkan balai konservasi di sana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya