Dorong Ekspor Pisang dan Nanas, Bea Cukai Siapkan Fasilitas Bebas Pajak

Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan menyatakan turut serta dalam upaya mendorong ekspor komoditas Holtikultura

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Agu 2019, 15:45 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2019, 15:45 WIB
Bea Cukai Paparkan Sistem Manifes Generasi III
Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi memberi keterangan terkait Manifes Generasi III di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (7/1). Sistem ini merupakan inovasi dan strategi dalam rangka merespons pesatnya perkembangan industri. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan turut serta dalam upaya mendorong ekspor komoditas holtikultura, khususnya Pisang dan Nanas. Dukungan yang diharapkan dapat meningkatkan ekonomi daerah tersebut ditunjukkan salah satunya melalui kawasan berikat.  

Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi mengatakan, bagi para pelaku usaha berorientasi ekspor akan mendapatkan sejumlah fasilitas pembebasan pajak.

"Kalau paham Batam sebagai kawasan bebas, kira-kira Kawasan Berikat mirip-mirip seperti itu," kata dia, pada acara Focus Group Discussion (FGD) 'Pengembangan Hortikultura untuk Peningkatan Ekspor dan Ekonomi Daerah' yang dilakukan di Madiun, Senin (12/8/2019).

Dia menjelaskan, dalam konteks pengembangan produk Holtikultura, insentif yang diberikan Bea Cukai juga meliputi pembebasan pajak impor dan bea masuk bagi produk yang berkaitan dengan pengembangan holtikultura, seperti bibit, pupuk, peralatan produksi.

"Jadi untuk mendorong ekspor, kita akan memberikan insentif kepada ibu bapak, sehingga bahan-bahan yang nanti diperlukan untuk kegiatan produksi itu harus diimpor, katakanlah bibit, pupuk, alat cangkul itu yang harusnya bayar pajak impor dan bea masuk nanti kita bebaskan," ujar dia.

"Siapa yang nanti mengimpor, yang mengimpor kawasan berikat induk, perusahaannya. Nanti akan didistribusikan kepada para petani," imbuh Heru.

Adanya sejumlah fasilitas tersebut, lanjut dia, mengakibatkan biaya produksi akan menjadi lebih murah. Dengan demikian harga komoditas holtikultura pun menjadi lebih kompetitif di pasar ekspor.

"Supaya dalam kegiatan produksi menjadi lebih murah dan efisien. Sehingga ketika dia nanti akan diekspor, menjadi lebih murah. Kalau lebih murah Indonesia bisa lebih kompetitif," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kurangi Defisit Neraca Perdagangan, Pemerintah Gencar Ekspor Buah-buahan

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) memaparkan produk holtikultura menjadi salah satu produk asal Indonesia yang memiliki potensi ekspor yang sangat bagus.

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono mengatakan jika ekspor produk holtikultura ini terus ditingkatkan, diklaim mampu mengurangi defisit neraca perdagangan hingga akhir 2019. Pada Semester I 2019 ini neraca perdagangan Indonesia masih defisit sebesar USD 1,93 miliar.

"Buah-buahan merupakan komoditas yang memberikan kontribusi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Hortikultura tertinggi dengan rata-rata sebesar 54,7 persen dari PDB Hortikultura," ujar Susiwijono dalam sambutannya pada acara Focus Group Discussion (FGD) 'Pengembangan Hortikultura untuk Peningkatan Ekspor dan Ekonomi Daerah' yang dilakukan di Madiun, Senin (12/8/2019).

 

Tantangan

20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Meski demikian, masih terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan hortikultura, antara lain: sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan petani masih lemah, keterbatasan modal, pendampingan dan inovasi teknologi masih lemah, daya saing yang rendah, serta kurangnya akses pasar.

"Solusinya perlu ada kerja sama kemitraan yang dapat membantu petani dalam merancang pola produksi hingga pemasaran di dalam negeri maupun ekspor, supaya petani kita menjadi lebih mandiri, tangguh dan bisa bersaing di pasar global," tuturnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya