BI Klaim Rupiah Stabil di Tengah Ketidakpastian Global

Bank Indonesia mencatat Rupiah masih berada dalam kondisi yang stabil dan aman

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Agu 2019, 15:45 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2019, 15:45 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS (USD) bergerak stabil meski di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak. Rupiah masih berada dalam kondisi yang stabil dan aman.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan meski kadang terjadi fluktuatif naik turunnya nilai tukar Rupiah hanya berlangsung sementara.

"Alhamdulillah nilai tukar ditengah ketidakpastian dunia terus berlangsung termasuk kelanjutan ketegangan perdagangan AS dan Tiongkok juga meningkatnya risiko geopolitik di Inggris khususnya terkait brexit, nilai tukar bergerak stabil," kata dia saat ditemui di Mesjid Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (30/8).

Perry menjelaskan, ketangguhan Rupiah didukung oleh situasi pasar yang masih menguntungkan.

"Paling pnting bahwa mekanisme pasar itu berlangsung suplai dan demand berlangsung dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," ungkapnya.

Dia juga menegaskan BI sebagai bank sentral akan terus berada di pasar dan menempuh langkah stabilisasi apabila dipelrukan untuk memastikan stabilitas nilai tukar Rupiah terjaga, serta imbal hasil aset keuangan domestik tetap terpelihara.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengaruh Ketidakpastian

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan data BI, pada Juli 2019 Rupiah mengalami apresiasi 0,8 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019, dan 1,3 persen secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2019.

Sejalan pergerakan mata uang global, Rupiah pada Agustus 2019 melemah dipengaruhi ketidakpastian pasar keuangan dunia akibat kembali meningkatnya ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok sehingga mengalami depresiasi 1,6 persen secara point to point dan 1,4 persen secara rerata dibandingkan dengan level bulan Juli 2019.

Dengan perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 21 Agustus 2019 secara point to point menguat sebesar 0,98 persen dibandingkan level akhir tahun 2018.

Rupiah Masih Dibayangi Perang Dagang

Rupiah Melemah Tipis, Dolar AS Apresiasi ke Rp 13.775/US$
Sejumlah uang kertas rupiah ditunjukkan petugas di Bank BUMN, Jakarta, Selasa (17/4). Rupiah hari ini diperdagangkan dengan kisaran Rp 13.766 -Rp 13.778 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak stabil pada perdagangan Selasa ini. Pada hari ini rupiah kemungkinan akan bergerak di kisaran 14.210 per dolar AS hingga 14.295 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Selasa (27/8/2019), rupiah dibuka di angka 14.243 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.242 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.227 per dolar AS hingga 14.342 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,04 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.235 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.261 per dolar AS.

"Dalam transaksi hari ini, eskalasi perang dagang masih dominan sehingga rupiah masih akan melemah walaupun tipis," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.

Ibrahim memprediksi pada hari ini rupiah kemungkinan akan bergerak di kisaran 14.210 per dolar AS hingga 14.295 per dolar AS.

Pada Jumat lalu, pemerintah China menyatakan bahwa pihaknya akan mengenakan tarif balasan terhadap barang-barang tambahan senilai 75 miliar dolar AS asal Amerika Serikat.

Presiden AS Donald Trump merespons langkah tersebut dengan mengumumkan tarif tambahan untuk impor China. Trump juga meminta perusahaan-perusahaan AS untuk memindahkan operasionalnya dari China ke negara lain, termasuk kembali ke AS.

Namun, pernyataan Trump baru-baru ini meningkatkan harapan untuk meredanya perang dagang AS-China. Trump mengatakan China telah menghubungi pejabat perdagangan AS semalam untuk kembali ke meja perundingan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya